Gerakan LOCAL: Solusi Kreatif Keenergian di Indonesia

Oleh Teguh Yassi Akasyah

Editor Teguh Yassi Akasyah

BANDUNG, itb.ac.id - Ketergantungan masyarakat Indonesia pada energi fosil terutama minyak dan gas saat ini masih terus meningkat, kondisi ini dinilai tidak sesuai dengan fakta yang ada saat ini. Pemenuhan kebutuhan energi di Indonesia saat ini masih didominasi oleh energi fosil, padahal cadangan minyak Indonesia saat ini tidak lebih dari 4 miliar barrel. Hingga saat ini, cadangan energi tersebut diprediksi hanya bisa bertahan sekitar 10 tahun lagi sebelum ditemukannya cadangan yang baru. Kondisi ini tidak hanya disebabkan oleh jumlah cadangan energi fosil yang terus menipis dari tahun ke tahun, tetapi juga disebabkan oleh kebiasaan masyarakat Indonesia dalam hal mengonsumsi bahan bakar tersebut dalam jumlah yang lebih dari cukup. Pemakaian yang berlebihan tersebut akan menimbulkan masalah baru yang berhubungan dengan ketidakstabilan kondisi lingkungan, seperti global warming.

Menindaklanjuti permasalahan ini, Fuad Azminuddin (Teknik Oseanografi 2011) bersama Sabilil Akbar Husniaputra (Teknik Sipil 2010) merancang sebuah inovasi yang berkaitan dengan krisis energi dan gaya hidup masyarakat Indonesia dalam hal mengonsumsi bahan bakar. Melalui The 11th Hokkaido Indonesian Student Association Scientific Meeting (HISAS) 2014 yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia - Hokkaido yang berkerjasama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Jepang, kedua mahasiswa ITB ini mempresentasikan ide kreatif mereka yang berjudul 'Solving The Fuel Crisis in Indonesia With Creative Solution Called LOCAL (Low Carbon-Emission Lifestyle) Movement'. Kegiatan yang berlangsung pada Senin (9/02/14) di Graduate School of Environmental Science, Hokkaido University, Sapporo ini berhasil membuat inovasi Fuad dan Sabilil terpampang di jurnal ilmiah internasional.

Keenergian di Indonesia

Meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia membuat negara ini harus menyediakan energi yang lebih agar semua permintaan terpenuhi. Hingga saat ini, pemenuhan kebutuhan bahan bakar tersebut masih belum didukung dengan jumlah cadangan energi Indonesia yang makin menipis dari tahun ke tahun. Sebelum 2003, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil minyak bumi terbesar di dunia dan bergabung dengan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Namun, setelah tahun 2003 , Indonesia memasuki era baru sebagai negara yang melakukan impor minyak bumi karena konsumsi terhadap bahan bakar dalam negeri yang meningkat dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk.

Ketimpangan antara produksi dan konsumsi bahan bakar di Indonesia ini juga didasarkan karena gaya hidup masyarakat yang relatifnya mengkonsumsi bahan bakar secara berlebihan. Tindakan ini juga ikut menyebabkan terjadinya krisis lingkungan seperti global warming. Seharusnya, laju produksi bahan bakar yang menurun saat ini harus didukung oleh masyarakat melalui gaya hidup mereka dengan menerapkan slogan 'Hemat Energi'.

Gerakan 'LOCAL (Low Carbon-Emission Lifestyle)'

Permasalahan energi yang saat ini belum terselesaikan tersebut membuat Fuad dan Sabilil merancang sebuah gerakan kreatif yang sangat sederhana dan dapat dilaksanakan oleh semua pihak. Gerakan alternatif yang dinamai 'LOCAL (Low Carbon-Emission Lifestyle)' tersebut merupakan gerakan yang didasari untuk mengajak masyarakat melakukan perubahan terhadap cara hidup mereka dalam hal mengkonsumsi energi fosil, seperti minyak bumi. LOCAL juga dinilai mampu menjadi salah satu bentuk kontribusi masyarakat Indonesia dalam hal menghemat cadangan energi yang menipis tersebut.

Gerakan LOCAL mempunyai fokus terhadap kegiatan sosialisasi dan pendidikan kreatif kepada masyarakat tentang pentingnya meningkatkan efisiensi konsumsi bahan bakar. Kegiatan yang dilakukan dalam gerakan LOCAL hingga saat ini didukung oleh berbagai pihak, termasuk masyarakat sendiri. Beberapa kegiatan tersebut adalah 'Switch Off Engine, Please!' , dan promosi kreatif dalam media sosial. Kegiatan yang dilakukan tersebut dinilai mampu mendukung tercapainya masyarakat yang hemat terhadap bahan bakar.

Pada kegiatan 'Switch Off Engine, Please!', masyarakat diharapkan untuk mematikan mesin kendaraannya selama satu menit ketika menunggu lampu lalu lintas. Ide ini didasari oleh penelitian yang dilakukan oleh pihak ISUZU Corporation di Jepang yang menyatakan bahwa mesin kendaraan menghabiskan sekitar 12,2 cc bahan bakar dalam satu menit menunggu lampu lalu lintas. Kondisi inilah yang menjadi motivasi gerakan LOCAL untuk mengajak masyarakat melakukan tindak mematikan kendaraan untuk satu menit saja.

Selain mendorong masyarakat untuk menghemat energi, gerakan yang sederhana ini turut berkontribusi dalam menjaga keseimbangan alam di Indonesia. Pasalnya, penggunaan energi yang berlebihan akan menghasilkan polusi udara dalam jumlah besar, seperti gas monooksida (CO) yang beracun, serta adanya peningkatan suhu yang tidak wajar atau global warming tersebut."Kami menilai gerakan ini adalah bentuk energi alternatif sederhana yang harus diterapkan mengingat laju permintaan dan produksi energi yang tidak sesuai," tutur Fuad.

 

Sumber foto : dokumentasi pribadi Fuad Azminuddin.