IYEC 2014: Kembangkan Potensi Keenergian Indonesia

Oleh Teguh Yassi Akasyah

Editor Teguh Yassi Akasyah

BANDUNG, itb.ac.id - Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Seksi Mahasiswa ITB (IATMI - SM ITB) menggelar seminar mengenai isu keenergiaan Indonesia yang saat ini masih tergantung pada energi fosil terutama minyak dan gas bumi. Seminar tersebut diselenggarakan pada Sabtu (15/02/14) di Auditorium Campus Center Timur, ITB. Seminar ini merupakan acara puncak dari IATMI-Youth Energy Challenge (IYEC) yang merupakan gerakan untuk membangkitkan pemuda agar peduli dengan isu keenergian Indonesia. Pada seminar tersebut dihadirkan narasumber yang bergerak di bidang keenergiaan, seperti Ridha Mulyana, Direktur Jendral Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi, Dini Novayanti, Asisten Manajer Biofuel Project PT Pertamina, Bambang Ismanto, Vice President for Reservoir Development - Asia Pacific Region at British Petroleum serta selaku Ketua Umum IATMI Pusat.

Seminar yang bertemakan "Kebijakan dan Implementasi Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan Untuk Menjaga Kestabilan Energi Indonesia di Masyarakat" ini terbagi menjadi dua sesi yaitu pemaparan informasi dari masing-masing narasumber, dan dilanjutkan dengan talk-show mengenai keenergian tersebut. Dini Novayanti memaparkan tentang energi yang sedang dikembangkan oleh PT Pertamina saat ini, dan Ridha Mulyana memaparkan kondisi keenergian Indonesia saat ini serta langkah yang sedang dilakukan oleh pemerintah.

Keenergian Indonesia

Kebergantungan Indonesia pada energi fosil terutama minyak dan gas saat ini masih tetap meningkat, kondisi ini dinilai tidak sesuai dengan fakta yang ada saat ini. Pasalnya, cadangan energi fosil yang terus menipis dari tahun ke tahun sementara permintaan energi terus meningkat. Pemenuhan kebutuhan energi Indonesia saat ini masih didominasi oleh energi fosil, padahal cadangan minyak Indonesia saat ini tidak lebih dari 4 miliar barrel. Minyak bumi diambil dari perut bumi sekitar 840 ribu barrel tiap hari. Cadangan tersebut hanya bisa bertahan sekitar 10 tahun lagi sebelum ditemukannya cadangan yang baru.

Cadangan gas Indonesia saat ini mencapai 103 trilliun kaki pada tahun 2013  yang diproyeksikan bertahan hingga 35 tahun lagi. Sayangnya, cadangan gas bumi ini belum dimanfaatkan secara maksimal, sehingga Indonesia masih tergantung pada cadangan minyak bumi. Untuk menepis kebergantungan yang berkelanjutan, maka pemerintah melalui Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) berusaha mengelola energi tersebut. Ridha Mulyana memaparkan bahwa target bauran energi pada 2025 terhadap penggunaan minyak bumi menurun dari sekitar 55% pada 2005 menjadi 20% pada 2025 dengan memanfaatkan sumber energi lain yag saat ini sedang dikembangkan penggunaannya seperti gas. Selain itu, saat ini KESDM sedang menargetkan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang dapat berkontribusi memenuhi kebutuhan energi Indonesia hingga 17% pada tahun 2025.

Energi Baru Terbarukan (EBT)

EBT merupakan sumber energi yang ditargetkan dapat menggantikan ketergantungan manusia akan energi fosil. Indonesia memiliki potensi EBT yang relatif tinggi diantaranya, bioenergi, energi angin, energi panas bumi, energi nuklir, dan energi surya. Untuk bioenergi, Indonesia didukung oleh kondisi agrarisnya. Pasalnya, bioenergi yang dapat menghasilkan bahan bakar (biofuel) dalam bentuk cair (biodiesel, bioetanol) dapat dihasilkan melalui tanaman seperti sawit. Potensi pemanfaatan bioenergi ini mencapai 50 GW, dan baru dimanfaatkan sekitar 1618 MW atau sekitar 3,25 % dari potensi yang ada.

Saat ini, PT Pertamina sedag mengembangkan bioetanol yang dapat dihasilkan langsung melalui tanaman hijau, atau sering disebut greendiesel. Menurut Dini, potensi ini dinilai sangat sesuai dengan Indonesia, bioetanol diproduksi dari bahan baku tetes tebu atau molasses yang dapat digunakan sebagai bahan campuran dari BBM yang dijual saat ini. Sehingga, bioetanol disebut sebagai energi alternatif yang  ramah lingkungan karena menggunakan sumber utama dari tanaman hijau. 

Selain itu, Indonesia saat ini sedag berusaha mengembangkan potensi panas bumi (geothermal). Pemanfaatan panas bumi relatif ramah lingkungan, terutama karena tidak menghasilkan gas rumah kaca. Potensi panas bumi Indonesia mencakup 40% dari potensi panas bumi dunia, atau sekitar 27.140 MW yang tersebar dalam 251 lokasi. Kapasitas yang dimanfaatka saat ini baru mencapai 4% dari potensi yang tersedia. Pemerintah menargetkan pada 2025 Indonesia mampu mengembangkan pembangkit listrik berbahan bakar panas bumi untuk menggantikan pembakaran batu bara hingga kapasitas 12.000 MW.


Sumber foto : www.geonviron.blogspot.com