Glutara, Inovasi IoT Bagi Penyandang Diabetes, Bawa Tim Teknik Informatika ITB Raih Juara 2 HackFest 2024

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita


BANDUNG, itb.ac.id - Tim AMN yang terdiri dari empat mahasiswa Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung (ITB) menorehkan prestasi pada HackFest Indonesia 2024, pada Sabtu (27/1/2024). Tim tersebut terdiri dari Michael Leon Putra Widhi, Austin Gabriel Pardosi, Margaretha Olivia Haryono dan Go Dillon Audris, yang berhasil meraih juara 2 melalui inovasi Internet of Things (IoT) bagi penyandang diabetes.

HackFest Indonesia adalah kompetisi hackathon tingkat nasional yang diadakan oleh Google Developer Student Clubs (GDSC) Indonesia. Dalam ajang ini, mahasiswa dengan berbagai keahlian berbeda dari seluruh Indonesia berkumpul untuk bereksperimen dan mengembangkan perangkat lunak atau perangkat keras yang memberikan dampak dan berkontribusi nyata terhadap masyarakat, berdasarkan 17 Sustainable Development Goals (SDGs) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Kompetisi ini diikuti oleh lebih dari 650 tim, yang terdiri dari 2.600 partisipan 2600, yang merupakan mahasiswa dari seluruh universitas di Indonesia. HackFest Indonesia melibatkan partisipasi aktif mahasiswa dengan membentuk tim beranggotakan 3-4 orang. Setiap anggota tim memegang peran khusus, yakni hipster, hacker, dan hustler.

Ketua tim, Michael Leon Putra Widhi menjelaskan inovasi yang mereka suguhkan. Tim ini membuat sebuah produk bernama Glutara, yaitu sistem IoT terintegrasi yang menyatukan Continuous Glucose Monitor (CGM) yang sederhana dengan aplikasi yang user-friendly.

“Fokus utama CGM kami adalah pada deteksi gula darah tanpa memerlukan tusukan pada jari (non-invasive),” ucap Leon pada Senin (29/1/2024).

Metode yang digunakan melibatkan penggunaan gelombang elektromagnetik untuk mengukur kadar gula darah, menciptakan pengalaman tanpa rasa sakit. “Desain CGM kami telah dirancang untuk dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, independen dari status ekonomi,” tambahnya.

Lebih lanjut, anggota tim lainnya, yakni Margaretha mengatakan bahwa melalui aplikasi Glutara, pengguna dapat mencatat penggunaan insulin, pola makan, obat-obatan, dan aktivitas, serta menyajikan informasi tersebut dalam bentuk statistik yang komprehensif seiring dengan tren kadar gula darah.

Untuk meningkatkan ketaatan pengguna, aplikasi juga dilengkapi dengan pengingat waktu yang dirancang untuk memastikan bahwa pengguna mengikuti jadwal konsumsi obat mereka.

“Glutara mendasarkan tujuannya pada revolusi pemantauan kadar gula darah, menggabungkan inovasi teknologi, dan dukungan komunitas demi pengalaman kesehatan yang holistik,” ucap Margaretha.

Sehingga melalui berbagai fitur tersebut, para penyandang diabetes akan memiliki semangat dan tekad yang lebih tinggi dalam menghadapi penyakitnya. Glutara juga akan membantu mereka dalam menjalani kegiatan sehari-harinya tanpa kesulitan untuk mengatur manajemen diabetesnya sehingga mereka dapat menjalani hidupnya dengan lebih tenang.

Sementara itu, Austin menambahkan bahwa proses pengerjaan produk ini sekitar 2 bulan dan secara efektif mereka kerjakan selama masa libur semester. “Tantangan terberat yang kami alami yaitu dalam pengembangan hardware karena tidak ada anggota kami yang memiliki pengalaman di bidang hardware (khususnya IoT) sebelumnya,” tuturnya.

Timeline HackFest yang cukup singkat, membuat mereka beberapa kali bekerja hingga larut malam untuk mengejar deadline submission, mulai dari perencanaan dan analisis bisnis, desain mockup aplikasi dan hardware, kode program dalam jumlah yang cukup banyak, pitch deck, hingga video produk.

“Semuanya ini terbayarkan ketika kami mendapat info bahwa tim kami masuk ke top 10, yang berarti kami berkesempatan untuk melakukan presentasi di kantor Google Indonesia yang bertempat di Jakarta Selatan,” kata Austin.

Di sisi lain, anggota lainnya yakni Dillon, berbagi kesan selama mengikuti kompetisi ini. Dia mengungkapkan rasa syukurnya karena diberi kesempatan untuk berkeliling di kantor Google Indonesia.

Selain itu, mereka juga dapat berkenalan dengan peserta-peserta lain dari berbagai universitas di Indonesia dan melihat inovasi mereka.

“Untuk teman-teman yang lain, jangan takut untuk berkompetisi dan mencoba hal baru. Dengan mengikuti perlombaan, banyak pengalaman baru yang bisa didapatkan dan pastinya bermanfaat untuk masa depan. Selain itu, tetap berusaha untuk memberikan yang terbaik dan bekerjasama dengan baik di dalam tim untuk mencapai tujuan yang diinginkan," ujarnya.

Last but not least, penting banget buat cari tim yang bisa saling melengkapi kekurangan satu sama lain. Semangat para penggerak teknologi masa depan dunia,” tutup Dillon.

Reporter : Satria Octavianus Nababan (Teknik Informatika, 2021)