Grand Seminar AIChE ITB SC: Hadapi Tantangan Keenergian Masyarakat Ekonomi ASEAN

Oleh Nur Huda Arif

Editor Nur Huda Arif

BANDUNG, itb.ac.id - Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang telah dimulai pada akhir tahun lalu, bagaikan dua sisi mata uang.  MEA dapat menjadi peluang atau ancaman bagi Indonesia yang merupakan negara terbesar di ASEAN. Indonesia harus menjadi pemain aktif dalam pasar ASEAN sehingga potensinya yang besar baik sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA) harus dimanfaatkan secara optimal untuk mencapai peluang-peluang di MEA ini, salah satunya dalam sektor energi. Sektor ini memegang peranan penting dalam kehidupan era modern ini. Guna mengeskalasi kesadaran dan pengetahuan mengenai MEA dan kesiapan Indonesia saat ini, American Institute Chemical Engineer Institut Teknologi Bandung Student Chapter (AIChE ITB SC) mengadakan Grand Seminar berskala nasional yang mengangkat tema "Developing the Potential of Indonesia's Nature and Human Resources to Overcome Energy Challenges in ASEAN Economic Community". Grand Seminar yang diperuntukkan bagi kalangan akademisi pendidikan tinggi ini diselenggarkan pada Sabtu (20/02/16) di Graha Pos Indonesia Jalan Banda No. 30 Bandung.

Grand Seminar ini mengundang beberapa pembicara, diantaranya Ir. Nanang Untung selaku Ketua Badan Kejuruan Kimia Persatuan Insinyur Indonesia (BKK PII), Holland Simanjuntak (Direktur Rosneft Vietnam British Petroleum), Anggoro Budi Nugroho, S.E., M.BA yang merupakan Dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB, serta Ir. Triharyo Soesilo, MChE., IPM (Project Director Energy Sector KPPIP). Prof. Dr. Ir. I.G. Wenten (Dosen Teknik Kimia ITB) dalam sambutannya, mengungkapkan bahwa Indonesia tidak perlu takut dalam menghadapi MEA karena ketakutan itu hanya akan menghambat perkembangan ekonomi Indonesia.

Acara ini terdiri dari 3 sesi dengan sesi pertama berisi pemaparan dari Ir. Nanang Untung yang menjelaskan mengenai isu sertifikasi insinyur (engineer) yang mampu mendukung keahlian dan tingkat kompetensi insinyur Indonesia dalam menghadapi MEA. Ia juga mengatakan bahwa jumlah insinyur di Indonesia masih sangat kecil dibandingkan negara lainnya sehingga perlu dicari jalan keluarnya. Hal ini guna mengeluarkan Indonesia dari middle income trap karena insinyur memiliki peranan yang penting dalam pembangunan suatu negara. Selajutnya, Holland Simanjuntak membagikan pengalaman kerjanya di perusahaan multinasional dengan kultur kerja internasional. Hal ini mampu memberikan gambaran bagaimana bekerja secara profesional dalam menghadapi MEA. Hal demikian menjadi penting kerana saat ini kompetisi dalam profesi telah melintasi batas budaya dan ketentuan antar tanah air.

Sesi kedua diisi oleh Anggoro Budi Nugroho S.E., M.BA, yang memberikan paparan mengenai "Peluang dan Tantangan Indonesia dalam Meamasuki MEA". Budi menerangkan perkembangan MEA saat ini dan peluang Indonesia dalam MEA. Budi menenkankan bahwa untuk menggembangkan sektor ekonomi Indonesia diperlukan pembangunan infrastruktur yang mumpuni seperti kilang-kilang refinery yang baru dalam industri keenergian. Sesi terakhir diisi oleh paparan dari Ir. Triharyo Soesilo yang bertemakan "Indonesia Energy Outlook for the Implementation of ASEAN Economic Community: Blue Print of 2025". Dalam paparannya, dirinya menjelaskan perihal blue print MEA, target capaian Indonesia di tahun 2025, kondisi oil & gas dan infrastruktur refinery-nya, serta situasi listrik nasional dan infrastruktur pembangkit listrik tanah air.

Mengenal AIChE ITB SC Lebih Dekat


AIChE merupakan sebuah organisasi yang mewadahi akademisi, profesional, dan industrial expertise pada bidang teknik kimia dan keilmuan yang berkaitan. AIChE berpusat di Amerika Serikat dan telah telah merambah ke berbagai negara baik untuk kalangan akademisi, profesional, dan industrial expertise. AIChE ITB SC mulai diinisiasi pada tahun 2013 oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia ITB (HIMATEK ITB). Pendirian ini dilatar belakangi oleh kebutuhan mahasiswa teknik kimia akan aktualisasi diri dan konektivitas mahasiswa teknik kimia dalam kancah internasional maupun dengan para profesional. Pada 2015 beberapa perusahaan besar dunia seperti Chevron, UOP, Aspen Tech, dan lain sebagainya memberikan kucuran dana untuk pendirian AIChE Student Chapter untuk perguruan tinggi di berbagai negara, salah satunya ITB yang kemudian pada tanggal 2 Oktober 2015, AIChE ITB SC resmi berdiri. AIChE ITB SC ini merupakan organisasi AIChE pertama dan satu-satunya di Indonesia. Selain itu, dengan kehadiran AIChE ITB SC ini, mahasiswa teknik kimia ITB dapat mengetahui perkembangan terkini seputar teknik kimia dari penjuru dunia serta mampu menerima akses publikasi ke jurnal AIChE dan mendukung pemenuhan standar akreditasi ABET bagi jurusan terkait dalam ITB.

AIChE ITB SC pada kepengurusan tahun pertama ini memiliki beberapa program kerja, diantaranya community services (bakti sosial) di Rumah Perlindungan Sosial Asuhan Anak dengan menggandeng HIMATEK ITB dan Keluarga Paduan Angklung (KPA) ITB, infografik bulanan mengenai keilmuan dan industri kimia terbaru, seminar nasional, dan plant visit. Nursayyidah Ainun Jahsy selaku Presiden AIChE ITB SC berharap kedepannya, organisasi yang ia pimpin mampu mempromosikan Indonesia melalui penyelenggaraan kegiatan exchange dan conference yang diadakan di Indonesia, melengkapi lingkup himpunan mahasiswa jurusan dalam skala worldwide, serta masuk dalam cakupan struktural organisasi kemahasiswaan ITB.