Hadirkan 800 Jemaah, GSJN Salman ITB Kupas Tuntas Sosok Muhammad Natsir
Oleh Irfaan Taufiiqul Rayadi
Editor Irfaan Taufiiqul Rayadi
BANDUNG, itb.ac.id – Masjid Salman ITB memiliki hajatan rutin Gerakan Subuh Jama’ah Nasional (GSJN) yang menjadi magnet ratusan jemaah datang setiap bulannya. Begitu pula pada Jumat-Sabtu (07-08/04-17) lalu, masjid kampus pertama di Indonesia ini menyelenggarakan kembali GSJN dengan tema “Tak Lekang oleh Waktu”. Pada kesempatan ini, terdapat beberapa mata acara dalam GSJN, yaitu , qiyamul lail, dan salat Subuh berjemaah. Hadirnya 800 orang jemaah seolah menjadi bukti tingginya antusiasme masyarakat akan gerakan ini.
Mulai pukul 20.00 WIB, ruang utama Masjid Salman ITB sudah mulai dipenuhi jemaah. Acara dibuka oleh Anwar (Teknik Material 2014) sebagai pembawa acara. Kemudian, pembacaan ayat suci Alquran oleh Idham Alwy (Perencanaan Wilayah dan Kota 2015). Ferry Sutanto sebagai ketua Bidang Mahasiswa dan Kaderisasi (BMK) Salman pun turut memberikan sambutannya. Acara dilanjutkan dengan pemaparan dari pembicara pertama, yaitu Bidgar Pengembangan Dakwah dan kajian Pemikiran Islam Pimpinan Pusat PERSIS, Dr. Tiar Anwar Bahtiar, MA., dengan Muhammad Iqbal (Fisika 2015) sebagai moderator.
Pada talkshow kali ini, Tiar mengangkat kehidupan salah satu tokoh nasional, Muhammad Natsir, sebagai pejuang yang inspirasinya tak lekang oleh waktu. “Pak Natsir itu levelnya sama dengan tokoh-tokoh dunia,” ungkap Tiar. Beliau meyakini Muhammad Natsir ialah sosok muslim yang membanggakan berkat karya-karyanya, seperti misalnya pemenang King Faisal Award pada tahun 1980. “Seharusnya Indonesia tidak memiliki alasan untuk tidak menokohkan Pak Natsir,” pungkas alumni Sejarah Universitas Indonesia itu.
Di penghujung acara, terdapat talkshow yang dibawakan oleh Dr. Adian Husaini, MA., dan dimoderatori oleh Muhammad Arief (Rekayasa Hayati 2015). Adian mengungkapkan peran dan perjuangan M. Natsir dalam berdakwah dan membina orang-orang. “Pak Natsir membangun 10 kampus karena mencita-citakan lahirnya pejuang dakwah dari kaum-kaum intelektual. Beliau ingin memadukan antara mahasiswa umum dengan ilmu-ilmu agama,” jelas Ketua Program Doktor Pendidikan Islam UIKA Bogor ini.
“Alhamdulillah, bisa bermanfaat sekali acaranya, menambah wawasan tentang tokoh Islam di indonesia. Qiyamul lail-nya juga mantap, sangat menyentuh hati,” ujar Kamila Permata (Astronomi 2014), salah satu peserta, ketika ditanyakan tentang GSJN.
Reporter : Sitti Mauludy Khairina (Teknik Lingkungan 2015)
ITB Journalist Apprentice 2017
Sumber gambar : dokumentasi pribadi