Halalbihalal FTSL ITB, Merajut Silaturahmi, Menjaga Etika, dan Sikap Positif di Lingkungan Akademis
Oleh M. Naufal Hafizh
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id – Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar Halalbihalal Idulfitri 1445 H yang dihadiri oleh dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa dari berbagai jurusan FTSL di Aula Barat ITB Kampus Ganehsa, Kamis (2/5/2024). Halalbihalal tersebut menghadirkan Habib Husein Ja’far Al Hadar sebagai penyampai tausiah.
Tema tausiah tersebut, yaitu “Merajut Silaturahmi, Menjaga Etika, dan Sikap Positif di Lingkungan Akademis”. Dalam sambutannya, Dekan FTLS, Prof. Ir. Edwan Kardena, Ph.D., menyampaikan terima kasihnya karena kesediaan para tamu undangan dan keluarga besar FTSL yang hadir. “Semoga suasana halalbihalal ini dapat menjadi momentum untuk kita saling meminta dan memberi maaf,” ujarnya.
Prof. Edwan juga menyampaikan melaui tausiah pada halalbihalal ini diharapkan dapat menjadi momentum yang baik untuk menjalani kehidupan dengan lebih optimistis dan hati yang bersih serta dapat memberikan kinerja yang lebih baik lagi ke depannya.
Membuka tausiahnya, Habib Ja’far mengatakan bahwa ikatan persaudaraan yang menjadikan manusia rukun dan enggan saling menyakiti. Menurutnya, halalbihalal ini merupakan salah satu sarana yang dapat mengikat tali persaudaraan tersebut. “Sejatinya meminta dan memberi maaf itu satu keagungan yang bisa mengantarkan kita ke surga dan ini diikat oleh satu acara yang namanya silaturahmi,” tuturnya.
“Silaturahmi itu intinya adalah tersambungnya hati kita dengan penuh cinta kepada orang lain. Oleh karena itu, penting untuk menjaga hati agar selalu dipenuhi rasa cinta dan terhindar dari marah, sombong, dan penyakit hati lainnya,” ujarnya.
Berkenaan dengan tema tentang menjaga etika dan sikap positif di lingkungan akademis, Habib Ja'far menyampaikan bahwa etika dan sikap hidup yang positif itu adalah hasil dari ilmu dan amal. Dalam Islam, ilmu diukur dari sikap positif, akhlak, dan moral karena adab dipelajari lebih dulu sebelum mempelajari suatu ilmu. Rasulullah pun diutus untuk memperbaiki akhlak agar menuju kepada kesempurnaan akhlak. Oleh karena itu, orang yang sudah tidak beretika, maka dia tidak mencerminkan muslim dan tidak mencerminkan Nabi Muhammad SAW.
“Tetap berbuat baik dan menjadi yang terbaik di mata Allah karena kita dituntut baik di mata Allah, bukan terpandang baik di mata manusia,” ujar beliau.
Reporter: Elda Nuriza (Rekayasa Infrastruktur Lingkungan, 2021)