Hujan Deras, Shalat Idhul Adha ITB dipindahkan ke Masjid Salman

Oleh Muhammad Arif

Editor Muhammad Arif

Hujan deras yang mengguyur kota Bandung sejak dini hari tidak menyurutkan semangat berlebaran pada Idul Adha 1427 H, hari Minggu, 31 Desember 2006 lalu. Hari Minggu pagi masyarakat kampus ITB dan warga sekitar Taman Sari berduyun-duyun datang ke Lapangan Campus Center ITB untuk menunaikan shalat Idul Adha tahun ini. Sayangnya, hujan tidak kunjung reda dan kondisi lapangan yang basah tidak memungkinkan shalat Ied terselenggara di Campus Center. Panitia shalat dari Gamais pun dengan segera memindahkan jemaah shalat Ied ke Masjid Salman depan kampus ITB. Para jemaah pun berduyun-duyun meninggalkan lapangan Campus Center yang telah dihiasi dengan dua buah speaker besar dan bentangan tali rafia yang menandai barisan shaf shalat Ied.
Persiapan mendadak ini dilakukan sejak pukul 05.00 WIB saat hujan deras membasahi Bandung. Para jemaah yang datang pagi itu sangat banyak, bahkan masjid Salman sendiri hanya sanggup menampung 80 % jemaah pria. Jemaah pria yang lainnya dengan terpaksa menempati selasar masjid dan selasar kantin masjid. Sementara itu, jemaah wanita harus berdesakan untuk menempati ruang-ruang kecil di gedung GSG Salman lantai 2 dan 3. Ruang-ruang kecil beserta lorong-lorongnya seketika dipenuhi ratusan mukena putih para jemaah wanita. Padahal biasanya ruang-ruang ini dimanfaatkan dalam berbagai kegiatan rutin, seperti rapat.
Tidak hanya kurangnya kapasitas tempat yang membuat repot panitia hari itu. Sound system masjid Salman hanya terbatas di dalam masjid saja. Jemaah yang berada di selasar kantin dan ruang-ruang Gedung Serba Guna (GSG) tidak memperoleh fasilitas yang sama. “Kasihan juga jemaah wanita di lantai atas (GSG—red), mereka tidak bisa mendengar suara imam dan khotib,” ujar Ratihqah (Biologi’03), salah satu panitia. Untuk mengatasi minimnya sound system ini, panitia menyediakan sebuah televisi di depan shaf jemaah yang berada di selasar kantin masjid. Televisi ini menyiarkan kondisi dalam masjid Salman.sekaligus meneruskan suara imam dan khotib dari dalam masjid. Suara lantang dari televisi inilah yang membimbing para jemaah wanita di gedung GSG dalam shalat mereka.
Shalat Idhul Adha kali ini dipimpin oleh imam Dr.Ir. Agung Harsoyo, staf pengajar Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB. Sedangkan, Dr.Ir. HAsanuddin, Z.A., staf pengajar Kelompok Keahlian Geodesi ITB bertindak sebagai khotib. Khotib membawakan khotbah berjudul “Jadikan Sabar dan Syukur sebagai Pakaian Keseharian” yang merujuk pada konsep sabar dan syukur dalam Islam. “Sabar menurut Ibnu Qayyim berarti menahan…menahan segala hawa nafsu, godaan dan musibah,” jelas khotib. Sabar juga berarti pantang menyerah. Sabar merupakan jalan utama menuju keridhoan Allah. “Pentingnya sabar telah dijelaskan oleh Allah dalam lebih dari 90 ayat Al-Qur’an yang menyebutkan makna sabar,” terang beliau lagi. Konsep kesabaran dan syukur dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama menghadapi bencana yang lih berganti melanda bangsa ini. “Dengan mengenakan pakaian sabar dan syukur dalam keseharian kita, niscaya kita akan tetap dekat dengan Allah SWT,” tutup khotib,”Dan semoga di hari Idul Adha ini kita dapat ‘menyembelih’ sifat-sifat nista yang ada dalam diri kita masing-masing.”