IA-ITB NL dan KBRI Belanda Bahas Teknologi Baterai Laut Sebagai Pilihan Aman Penyimpanan Pasokan Energi

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id--Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung Komisariat Belanda (IA-ITB-NL) dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Belanda, didukung oleh Energy Academy Indonesia (ECADIN) kembali mengadakan serial diskusi mengenai energi terbarukan, INTPF (Indonesia-the Netherlands Partnership Forum), dengan tema Ocean Battery as an Energy Storage for Security of Supply, Sabtu (5/6/2021). Webinar kali ini diadakan via Zoom dan channel YouTube Energy Academy Indonesia pada pukul 10.00-12.00 CEST dan 15.00-17.00 WIB. Sekitar 100 penonton YouTube menghadiri webinar ini.

Moderator webinar kali ini adalah Ketua IA-ITB NL, Raymon Frediansyah. Webinar diawali dengan sambutan dari Ketua Umum IA-ITB 2021-2025, Gembong Primadjaja. Selanjutnya, webinar dilanjutkan dengan keynote speech oleh Dr. Djoko Siswanto, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN), dengan bahasan utama Indonesian Roadmap and Policy for Ocean Energy.

Pembicara pertama webinar kali ini adalah Dr. Ahmad Mukhlis Firdaus dari Marine Renewable Energy Oxford University dan Teknik Kelautan ITB. Ia membahas Challenges and Opportunities for Ocean Energy Implementation in Indonesia dengan studi kasus Energi Tidal Selat Larantuka. Pembicara selanjutnya adalah Dr. Frits Bliek, CEO Ocean Grazer BV dengan topik bahasan The Role and Importance of Ocean Battery and Energy Storage Technology.


Diskusi panelis diisi oleh Prof. Mukhtasor, Ketua Asosiasi Energi Laut Indonesia (ASELI), dan Dr. Erwandi, Perekayasa Ahli Utama di Pusat Teknologi Rekayasa Industri Maritim (PTRIM), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Dalam diskusi tersebut dibahas mengenai besarnya potensi pengembangan energi laut yang Indonesia miliki sehingga membutuhkan kolaborasi dan kemitraan lebih jauh. Kolaborasi tidak hanya berarti investasi. Energi laut tidak bisa hanya dilihat sebagai komoditas laut saja tetapi kita juga harus memerhatikan kondisi ekonomi dan budaya setempat.

“Selat Larantuka bernilai ekonomis untuk pengembangan energi tidal dan membutuhkan interferensi pemerintah dalam aspek regulasi. Hal ini bermaksud untuk mewujudkan investasi energi laut. Energi laut juga perlu ditangani salah satunya dengan teknologi baterai laut,” kata Dr. Fritz Bliek.

Reporter: Amalia Wahyu Utami (TPB, FTI 2020)