IM Goes To ITB: Inspirasi dari Alumni ITB saat Menjadi Pengajar Muda

Oleh Mega Liani Putri

Editor Mega Liani Putri

BANDUNG, itb.ac.id - Menutup perkuliahan semester genap 2015, ITB didatangi oleh para pengajar muda Indonesia Mengajar yang bekerja sama dengan Skhole ITB. Indonesia Mengajar Goes To ITB diadakan bertempat di ruang 9009 pada Kamis, 21 Mei 2015. Acara dibungkus dengan konsep talkshow, dimulai dengan pengenalan organisasi Indonesia Mengajar hingga sesi sharing dengan pengajar muda. Pengajar muda yang hadir adalah alumni ITB, yaitu Masyhur Aziz Hilmy (Astronomi 2008), Hari Tri Wibowo (Teknik Sipil 2008), dan Eva Bachtiar (Teknik Industri 2003).

Acara dibuka oleh Tantra Rahmadia selaku Kepala Sekolah Skhole, sebuah komunitas mahasiswa yang dengan sukarela mengajar di luar kampus. "Sejak OSKM kita sudah didoktrin tentang Tri Dharma Perguruan Tinggi. Mungkin di antara ketiga itu, pengabdian masyarakat adalah hal yang paling sulit dilakukan oleh mahasiswa karena kesibukan. Ternyata ada kakak-kakak kita yang bukan mahasiswa lagi, namun mereka masih memegang Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut dan menjadi seorang pengajar muda," tutur Tantra Rahmadia.

Tekad Indonesia Mengajar Tunaikan Janji Kemerdekaan

Konsep Indonesia Mengajar telah dikembangkan oleh para inisiator, termasuk Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, sejak tahun 2009. Situasi pendidikan yang menjadi perhatian Anies Baswedan dan kawan-kawan adalah distribusi guru yang tidak merata dan indeks kualitas guru Indonesia yang sangat rendah. Termotivasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan terutama di pelosok Indonesia, organisasi ini akhirnya resmi berdiri pada tahun 2010.

Pengerahan Tenaga Mahasiswa yang dijalankan oleh UGM mulai tahun 1952 menjadi inspirasi bentuk gerakan oleh Indonesia Mengajar. Kini, Indonesia Mengajar telah berkomitmen untuk bergerak di bidang pendidikan yang secara tidak sadar mengilhami masyarakat sipil lainnya untuk mengikuti. Bukan untuk mendidik pemuda untuk berprofesi sebagai gutu, melainkan berpartisipasi aktif dalam pendidikan di lingkungan berlandaskan keikhlasan atau sukarela (volunteerism).

Setahun Mengajar, Seumur Hidup Menginspirasi

Ketiga pembicara yang hadir, Mahsyur, Ibow, dan Eva, menceritakan pengalamannya hidup satu tahun di pelosok Indonesia dan mengabdikan diri sebagai pengajar SD. Mereka memiliki cerita masing-masing, mulai dari latar belakang hingga memutuskan untuk mendaftar, pengalaman sebagai pengajar, dan suka duka saat hidup di tanah orang.

Mahsyur setelah lulus dari Astronomi ITB mengikuti program pascasarjana di Jepang lewat sebuah program beasiswa. Selama di sana beliau mengikuti banyak kegiatan volunteering. Sejak saat itu, dia termotivasi untuk melakukan hal yang sama di tanah air. Indonesia Mengajar kemudian menjadi jawaban baginya; ia langsung mendaftar setelah pascasarjananya selesai dan lolos sebagai pengajar muda angkatan V. Dia bukan orang yang mempunyai pengalaman mengajar sebelumnya, tetapi anak-anak di sekolah-lah yang terus memacunya untuk menjadi seorang pengajar yang mendidik tidak sekedar memberi tahu.

Ibow memiliki cerita yang berbeda. Ibow harus mengikuti dua kali seleksi pengajar muda hingga terpilih bergabung di angkatan VII. Dia percaya bahwa orang sukses adalah orang yang berhasil memanfaatkan kesempatan seperti yang di abaca di buku Outliers. Oleh karena itu, dia tidak menyerah untuk mencari kesempatan agar bisa meninggalkan jejak sebagai pengajar di daerah yang membutuhkan. Tantangan geografis dan kultural sempat dia hadapi. Pada akhirnya, masalah-masalah itu yang semakin mendewasakan dirinya dan menemukan arti kehidupan.

Cerita Eva tak kalah seru. Sosok perempuan yang mengundurkan diri dari Freeport setelah enam bekerja agar bisa mengikuti Indonesia Mengajar ini sangat inspiratif. Sejak di kampus, dia telah berpengalaman mengajar secara sukarela di komunitas anak-anak. Setelah mengikuti Indonesia Mengajar, dia pun menemukan kepuasan batin yang tidak bisa dia dapatkan selama berada di comfort zone yaitu pekerjaannya selama enam tahun sebelumnya.

Indonesia Mengajar memang bukan perguruan yang akan mencetak guru-guru handal. Tetapi, kehadiran pengajar muda di daerah itu mempunyai tujuan yang lebih luas, yaitu melakukan pendekatan kepada aktor-aktor pendidikan di daerah, baik guru di sekolah, pemerintah, dan orang tua. Kehadiran sosok baru di lingkungan diharapkan membawa inovasi dan perubahan demi masa depan generasi penerus bangsa yang cemerlang.