Indonesia Siap Implementasikan Jaringan 5G
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Sekjen Pusat Kajian Kebijakan & Regulasi Telekomunikasi Insitut Teknologi Bandung (ITB) Dr. Ir. Mohammad Ridwan Effendi, M.A.Sc., mengatakan bahwa Indonesia sudah siap untuk mengimplementasikan jaringan internet 5G. Dalam pengembangan aplikasinya, ITB sudah banyak terlibat di dalamnya.
Hal itu ia kemukakan dalam wawancara dengan CNN Indonesia, Jumat (28/5/2021) lalu. Namun demikian, katanya, dari sisi infrastruktur masih perlu persiapan lebih matang, apalagi ke daerah-daerah pelosok. “5G ini sangat perlu fibernisasi yaitu menyambungkan fiber dari BTS ke core network dan tentunya saat ini baru daerah perkotaan yang sudah siap akan hal itu. Diharapkan daerah-daerah pelosok juga bisa mendapatkan hal itu, dimulai dari daerah-daerah pariwisata, daerah potensi pariwisata, dan calon ibukota negara,” ujarnya.
Dalam penyediaan infrastruktur, Ridwan menjelaskan, bahwa perlu peningkatan penyediaan frekuensi karena sekarang penyediaan frekuensi Telkomsel 5G hanya sebagian kecil dari alokasi frekuensi 5G. Idealnya untuk 5G setiap operator menyediakan frekuensi sebesar 100 MHz, dan sayangnya saat ini masih sebesar 30 MHz. Rencananya pemerintah tahun ini akan mengeluarkan frekuensi-frekuensi inti, sehingga mudah-mudahan dari sisi infrastruktur Indonesia sudah siap.
Tidak Semua Daerah Butuh 5G
Ridwan mengatakan, tidak semua daerah membutuhkan 5G. Ada beberapa daerah yang cukup dengan jaringan 4G. Hanya saja, sudah banyak daerah di Indonesia yang membutuhkan 5G terutama daerah industri dan residensial. “Jika jaringan 4G stabil itu sudah cukup, maka dari itu 5G perlu disediakan di wilayah-wilayah yang cukup padat yang sudah tidak bisa diatasi dengan BPS. Maka, untuk daerah tersebut perlu ditingkatkan teknologinya ke yang lebih efisien yaitu dengan 5G karena dapat meningkatkan kecepatan untuk bandwidth yang sama,” ucapnya.
Sementara itu dari sisi gawai, teknologi untuk 5G masih tergolong mahal, kebanyakan harganya 5 juta ke atas. Tetapi, di daerah perkotaan harga seperti itu sudah cukup terjangkau, sehingga gawai tidak masalah untuk masyarakat perkotaan. Untuk masyarakat yang bukan di daerah perkotaan, sudah cukup dengan handphone 4G karena 5G diperuntukkan untuk masyarakat yang membutuhkan kecepatan cepat seperti extensive broadband.
“Seperti yang kita tahu sekarang data adalah akses yang sangat mahal. Dengan kecepatan akses internet yang begitu cepat, ini akan menimbulkan suatu kerawanan dan ini menjadikan concern. Perlu ditekankan bahwa internet memang boleh cepat, tetapi keamanan jaringan perlu dijaga. Sehingga data kita tidak mudah untuk disadap dan tidak mudah di produksi di tempat lain” ucap M. Ridwan.
Para operator di Indonesia, perlu berkomitmen untuk menetapkan standar-standar keamanan yang sudah pasti. 4G dan 5G sebenarnya sudah aman, hanya saja karena teknologi ini berbasis kepada IP maka banyak akses di cloud yang tidak kita ketahui dan di luar kontrol sehingga tentunya tidak hanya penyediaan keamanan dari 5G itu sendiri, tetapi juga perlu ditambahkan enkripsi-enkripsi tambahan supaya data aman dari ujung ke ujung.
“Setiap penambahan subscriber 1 juta, secara ekonomi akan menambahkan PDB sebesar 1,38 persen,” ucap Ridwan. Dengan adanya 5G yang kecepatannya jauh lebih besar dari yang sudah ada akan sangat berpengaruh pada ekonomi, maka diharapkan bahwa ekonomi Indonesia akan tumbuh.
Reporter: Dheamyra Aysha Ihsanti (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2019)