Inisiasi PKM Citarum Harum, Dr. I Made Wahyu Widyarsana Raih Penghargaan PRIMA ITB 2021

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id-Tridharma Perguruan Tinggi pada poin ketiga menyebutkan “Pengabdian kepada masyarakat”. Sudah sepatutnya kita sebagai sivitas akademik tidak melupakan untuk kembali pada masyarakat setelah menimba ilmu serta melakukan penelitian di perguruan tinggi. Begitulah yang dilakukan oleh Dr. I Made Wahyu Widyarsana beserta timnya.

Wahyu, sapaannya, adalah dosen di Kelompok Keahlian Pengelolaan Udara dan Limbah Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB (FTSL ITB). Keahliannya di bidang limbah padat dan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) membawa keresahannya untuk untuk berpartisipasi di daerah aliran Sungai Citarum.

Berdasarkan problematika tersebut, ia tergugah untuk mengajukan proposal program pengabdian kepada masyarakat (PKM) skema top-down Citarum Harum. Wahyu menyebutkan program ini adalah salah satu program PKM ITB yang dikoordinasikan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat ITB (LPPM ITB).

Dalam menjalankan program-program dalam proposalnya, Wahyu tidak sendiri. Ia mengajak mahasiswa yang berasal dari Program Studi S1 Teknik Lingkungan dan S1 Rekayasa Infrastruktur Lingkungan FTSL ITB serta melibatkan empat mahasiswa Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) untuk berkolaborasi mengembangkan konsep program yang akan dijalankan. Kemudian, mereka memulai kegiatan dari tahap identifikasi dan karakterisasi.

“Ini merupakan keunikan kami. Kami mulai mengidentifikasi karakteristik (wilayah, masyarakat, karakteristik sampah, serta pengelolaan eksisting termasuk permasalahannya) di sana. Diawali dengan melakukan penelitian yang sistematis,” ujar Wahyu kepada reporter ITB pada Senin (5/1/2022).

Setelah melakukan identifikasi dan karakterisasi, Wahyu, dkk. menganalisis karakteristik yang diperoleh, kemudian merumuskan solusi atau rekomendasi aksi sebagai upaya meningkatkan kualitas pengelolaan sampah di daerah aliran Sungai Citarum. Menurutnya, mahasiswa yang tergabung di timnya berkontribusi aktif dengan ide-ide kreatif dan inovatif mencerminkan generasi milenial. Mereka memulai program aksi PKM ini dari ranah pendidikan disertai sosialisasi dan kampanye ke masing-masing desa. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan tujuan "Citarum Harum" yang mudah diresapi agar terbentuk kesadaran individu dan komunitas.

Mereka menyampaikan insight positif cara mengolah sampah dengan baik, bahkan hingga bernilai ekonomi (konsep ekonomi sirkular). Tak hanya itu, mereka juga membuat poster sederhana yang berisikan informasi pelaksanaan program Citarum Harum yang dirancang oleh Wahyu dan tim PKM. Ada pula laporan kinerja mereka dalam bentuk buku ber-ISBN yang tengah dalam proses penerbitan. Buku ini bertajuk “Langkah Awal Membersihkan Desa”.

Wahyu berharap seluruh pihak dapat bersinergi untuk menyelesaikan apa yang timnya telah rintis. Wahyu dan tim telah membuat komposter dan biodigester portable sebagai bentuk partisipasi dalam bentuk fisik untuk empat desa prioritas yang dialiri sungai di Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Desa prioritas itu terdiri atas Desa Langonsari, Desa Sukasari, Desa Rancatungku, dan Desa Rancamulya.

Wahyu menekankan pentingnya publikasi untuk menyebarluaskan informasi kegiatan program PKM yang telah dilakukan. Program yang dicanangkan oleh Wahyu dan tim telah berhasil tayang di media massa daring Tribun Jabar. Selain itu, publikasinya merambah ke platform Instagram dan YouTube. Komunikasi dengan satgas Citarum Harum Pemerintah Provinsi Jawa Barat pun telah dilakukan.

“Publikasi juga dilakukan untuk merangkul pihak yang tertarik untuk berpartisipasi supaya program yang telah diinisiasi dari PKM ini dapat terealiasi lebih optimal dan menyeluruh, khususnya, di wilayah desa tersebut dan Sungai Citarum (hulu sampai hilir), pada umumnya,” kata Dosen Program Studi Rekayasa Infrastruktur Lingkungan ITB (RIL ITB) ini.

Kerja keras yang dilakukan Wahyu dan tim PKM pun membuahkan hasil yang manis. Dr. I Made Wahyu Widyarsana dinobatkan sebagai pelaksana pengabdian masyarakat terbaik pada acara Pameran Riset, Inovasi, Pengabdian Masyarakat ITB (PRIMA ITB) 2021. Wahyu mengaku tidak menyangka akan mendapatkan penghargaan karena dosen lainnya mengusung program PKM yang tak kalah menarik.

Namun, ia tetap mensyukuri dan berterima kasih atas penghargaan yang diberikan. “Penghargaan ini akan menjadi cambuk untuk melakukan pengabdian masyarakat yang lebih optimal di masa mendatang,” ujar Wahyu. Penghargaan ini tak semata-mata untuk dirinya, namun juga untuk seluruh tim PKM yang telah berpartisipasi aktif dan berkontribusi nyata.

Perjalanan untuk menyukseskan program Citarum Harum ini tidaklah mudah. Wahyu berujar adanya pandemi menjadi tantangan terbesar. Selain itu, timnya memiliki keterbatasan saat berkoordinasi dengan pemerintah lokal, seperti kepala desa, camat, dan pihak lainnya. Hal ini merupakan imbas dari fluktuasi kondisi pandemi Covid-19 sehingga sehingga agenda yang sudah disepakati seringkali berubah. Rendahnya tingkat pemahaman masyarakat di sekitar daerah aliran sungai turut menyulitkan Wahyu dan tim. “Banyak waktu yang dihabiskan untuk mengedukasi masyarakat terlebih dahulu. Kemudian, baru bisa menyampaikan konsep program serta implementasi,” imbuh Wahyu.

Dr. I Made Wahyu Widyarsana berharap seluruh pihak bersinergi membersihkan Sungai Citarum. Program ini membutuhkan dukungan teknis maupun nonteknis, terutama dukungan sponsorship agar konsep program Citarum Harum lebih optimal. Pihaknya masih memiliki semangat tinggi untuk melanjutkan program meskipun programnya seharusnya selesai pada akhir November 2021 silam. Menurutnya, sivitas akademik ITB juga harus memiliki andil besar untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat, terutama saat ini Sungai Citarum menjadi fokusnya karena berlokasi di Jawa Barat. Wahyu menambahkan, “Citarum adalah tanggung jawab kita semua untuk menjaganya.”

Reporter: Hanan Fadhilah Ramadhani (Teknik Sipil Angkatan 2019)