Inovasi Artificial Intelligence dalam Pendeteksian COVID-19
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
*Prof. Bambang Riyanto Trilaksono (Foto: Adi Permana/Humas ITB)
BANDUNG, itb.ac.id—Institut Teknologi Bandung (ITB) memiliki peranan dalam mengatasi krisis COVID-19, salah satunya di bidang teknologi. ITB melakukan kerja sama multidisiplin ilmu dan institusi untuk menciptakan inovasi dalam pemulihan pandemi ini dan meningkatkan kapabilitas dan kontribusinya.
Salah satu inovasi yang dilakukan oleh ITB adalah bidang artificial intelligence (AI) untuk mendeteksi COVID-19 berdasarkan CT-scan dan X-Ray. Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Bambang Riyanti Trilaksono yang merupakan ketua tim riset sub-task force Inovasi AI dan Informatika untuk deteksi COVID-19 dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada ITB Talks yang diadakan Rabu (12/8/2020).
Guru Besar dari kelompok riset peminatan kontrol sistem, robotik, dan AI STEI-ITB ini menjelaskan bahwa AI sendiri merupakan bidang ilmu komputer yang mempelajari bagaimana membuat komputer memiliki kecerdasan layaknya manusia, seperti kemampuan mengenali pola, kemampuan belajar, dan kemampuan dalam mengambil keputusan. "Selain AI, ada juga istilah machine learning di mana komputer bisa menjadi cerdas berdasarkan contoh yang diberikan sehingga dapat melakukan klasifikasi dan mengambil keputusan," ujar Prof. Bambang.
*Dok. Prof. Bambang
Dia melanjutkan, untuk berkontribusi dalam mengatasi pandemi, BPPT telah membentuk tim task force yang melakukan riset inovasi dalam penanganannya. Salah satu sub-task force yang dibentuk adalah divisi AI yang bertugas untuk mendeteksi COVID-19 yang terdiri atas multidisiplin institusi seperti BPPT, perguruan tinggi, organisasi profesional, dan startup. Selain itu, tim tersebut terdiri atas berbagai bidang kepakaran seperti ICT, biomedika, radiologi, kedokteran, dan sekuriti.
Prof. Bambang juga menjelaskan bagaimana pentingnya penggunaan AI. "Kenapa AI? Ini karena kita memerlukan tes yang komplemen terhadap rapid test yang telah digunakan selama ini, serta mengatasi kelangkaan tenaga medis di berbagai rumah sakit di Indonesia," ucapnya.
*Dok. Prof. Bambang
Ia menambahkan bahwa ada beberapa komponen yang dikembangkan dalam pengujian COVID-19 ini, pertama adalah membangun model AI dengan machine learning yang memproses data CT-scan untuk mengidentifikasi tampakan radiologis yang muncul. Kedua, dengan deep learning yang memproses citra x-ray lalu selanjutnya data mining untuk memungkinkan tenaga medis dan radiolog dapat melihat data-data klinis X-ray dan CT-Scan pada sistem yang diolah lebih lanjut oleh AI. Dan ketiga adalah sistem pendukung keputusan berbasis knowledge growing system yang secara khusus memproses data non-image.
Untuk bisa menggunakan aplikasi tersebut, hal pertama yang dilakukan adalah melakukan log in ke aplikasi. Setelah itu, kita harus menambahkan data pasien dan mengisi data symptom yang sudah tersedia. Langkah terakhir adalah mengupload image dari CT-scan untuk nanti dapat diolah sehingga dapat diketahui apakah pasien positif atau negatif COVID-19.
Sebagai penutup Prof. Bambang mengatakan bahwa kolaborasi yang dilakukan dalam tim tersebut bersifat multiinstansi, multidisiplin ilmu, serta tidak pernah bertemu dan bertatap muka sebelumnya. "Meskipun belum pernah bertemu, tetapi tetap bisa menghasilkan inovasi. Kunci untuk sukses adalah saling membutuhkan, mengenal bidang lain, dan kemauan bersinergi," imbuhnya.
(Reporter: Deo Fernando, Kewirausahaan 2018)