Interaksi Publik Calon Rektor ITB; Mengenal Bakal Calon Rektor Lebih Dekat
Oleh prita
Editor prita
BANDUNG, itb.ac.id - Kesempatan untuk mengenal dekat para calon pemimpinnya akhirnya diperoleh oleh masyarakat kampus. Interaksi publik bakal calon rektor yang diprakarsai oleh panitia pemilihan rektor ITB memungkinkan mahasiswa, dosen, dan staf ITB mengetahui visi misi yang diusung oleh para bakal calon rektor sekaligus menilai pribadi mereka masing-masing. Acara ini merupakan inovasi yang tidak pernah ada pada pemilihan-pemilihan rektor sebelumnya.
Sepuluh bakal calon rektor memaparkan visi misi dan programnya masing-masing di Aula Barat ITB, Sabtu (10/10/09). Acara interaksi bakal calon rektor terdiri dari beberapa sesi, diantaranya tanya jawab bakal calon rektor dengan panelis, tanya jawab langsung oleh peserta, tanya jawab tertulis, dan pernyataan penutup.
Tanya jawab dengan panelis dibagi ke dalam 2 sesi. Kesepuluh bakal calon rektor dipersilakan memaparkan kertas kerja yang berisi tantangan, strategi, dan program kerja Rektor ITB 2010-2014 selama 10 menit. Setelahnya, panelis mengajukan pertanyaan pendalaman selama maksimal 2 menit yang harus dijawab dalam waktu 2 menit pula oleh para bakal calon. Keseluruhan proses pemaparan dan tanya jawab dilakukan dalam waktu 18 menit.
Dalam sesi pemaparan, urutan bakal calon rektor adalah sebagai berikut. Pada sesi pertama ditampilkan Akhmaloka, Isnuwardianto, Rizal Z. Tamin, Intan Ahmad, dan Suhono Harso Supangkat. Sementara sesi kedua menampilkan Irwandy Arif, Indra Djati Sidi, Ichsan Setya Putra, Deny Juanda P, dan Adang Surahman. Panelis yang ditampilkan beragam, mulai dari perwakilan dosen, karyawan, orang tua mahasiswa, alumni, dan mahasiswa.
Dalam pemaparannya, kesepuluh bakal calon rektor secara garis besar menyoroti permasalahan kurangnya integritas antar elemen di ITB. Selain itu, citra ITB yang belum dekat dengan masyarakat juga menjadi perhatian. Demikian pula dengan peningkatan mutu ITB sebagai world class university.
Pertanyaan-pertanyaan yang cukup menggelitik dari panelis juga didapatkan oleh beberapa kandidat. Indra Djati Sidi misalnya, dengan panelis Presiden Kabinet Mahasiswa ITB, Ridwansyah Yusuf, diberondong dengan 5 pertanyaan singkat namun tajam. Salah satu pertanyaan tersebut adalah bagaimana beliau memandang posisi rektor; apakah sebagai birokrat, politisi atau akademisi. Pertanyaan ini dijawab dengan diplomatis oleh dosen Teknik Sipil tersebut yaitu bahwa rektor adalah sosok yang khas, yang dapat menjadi ketiga-tiganya.
Para peserta interaksiyang tidak berkesempatan mengajukan pertanyaan langsung kepada para peserta, dapat menuliskan pertanyaannya dalam lembar kertas yang diberikan oleh panitia. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab dalam sesi tanya jawab tertulis.
Meskipun hak suara yang diperoleh oleh mahasiswa maupun dosen tidak mencapai 20% dari jumlah suara keseluruhan, namun satunya suara masing-masing pihak merupakan hal yang penting. Karenanya, interaksi calon rektor ini dibuat untuk memudahkan masyarakat kampus menentukan calon rektor pilihannya dan menyalurkan aspirasinya melalui perwakilan di MWA.
Tanya jawab dengan panelis dibagi ke dalam 2 sesi. Kesepuluh bakal calon rektor dipersilakan memaparkan kertas kerja yang berisi tantangan, strategi, dan program kerja Rektor ITB 2010-2014 selama 10 menit. Setelahnya, panelis mengajukan pertanyaan pendalaman selama maksimal 2 menit yang harus dijawab dalam waktu 2 menit pula oleh para bakal calon. Keseluruhan proses pemaparan dan tanya jawab dilakukan dalam waktu 18 menit.
Dalam sesi pemaparan, urutan bakal calon rektor adalah sebagai berikut. Pada sesi pertama ditampilkan Akhmaloka, Isnuwardianto, Rizal Z. Tamin, Intan Ahmad, dan Suhono Harso Supangkat. Sementara sesi kedua menampilkan Irwandy Arif, Indra Djati Sidi, Ichsan Setya Putra, Deny Juanda P, dan Adang Surahman. Panelis yang ditampilkan beragam, mulai dari perwakilan dosen, karyawan, orang tua mahasiswa, alumni, dan mahasiswa.
Dalam pemaparannya, kesepuluh bakal calon rektor secara garis besar menyoroti permasalahan kurangnya integritas antar elemen di ITB. Selain itu, citra ITB yang belum dekat dengan masyarakat juga menjadi perhatian. Demikian pula dengan peningkatan mutu ITB sebagai world class university.
Pertanyaan-pertanyaan yang cukup menggelitik dari panelis juga didapatkan oleh beberapa kandidat. Indra Djati Sidi misalnya, dengan panelis Presiden Kabinet Mahasiswa ITB, Ridwansyah Yusuf, diberondong dengan 5 pertanyaan singkat namun tajam. Salah satu pertanyaan tersebut adalah bagaimana beliau memandang posisi rektor; apakah sebagai birokrat, politisi atau akademisi. Pertanyaan ini dijawab dengan diplomatis oleh dosen Teknik Sipil tersebut yaitu bahwa rektor adalah sosok yang khas, yang dapat menjadi ketiga-tiganya.
Para peserta interaksiyang tidak berkesempatan mengajukan pertanyaan langsung kepada para peserta, dapat menuliskan pertanyaannya dalam lembar kertas yang diberikan oleh panitia. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab dalam sesi tanya jawab tertulis.
Meskipun hak suara yang diperoleh oleh mahasiswa maupun dosen tidak mencapai 20% dari jumlah suara keseluruhan, namun satunya suara masing-masing pihak merupakan hal yang penting. Karenanya, interaksi calon rektor ini dibuat untuk memudahkan masyarakat kampus menentukan calon rektor pilihannya dan menyalurkan aspirasinya melalui perwakilan di MWA.