ITB CEO Summit: Kemenkes RI Buka Pintu Kolaborasi, Dorong Industri Alat Kesehatan Dalam Negeri

Oleh Anggun Nindita

Editor Diky Purnama, S.Si.,M.Ds.

BANDUNG, itb.ac.id – Institut Teknologi Bandung melalui Direktorat Kawasan Sains dan Teknologi Institut Teknologi Bandung (DKST ITB) menggelar ITB CEO Summit 2024 pada Kamis (22/8/2024), di Aula Timur, ITB Kampus Ganesha.

Agenda ini mempertemukan para pemimpin industri, akademisi, dan pemangku kepentingan lainnya untuk berdiskusi dan berkolaborasi dalam memajukan inovasi teknologi di Indonesia. Pada acara yang digelar di ITB Kampus Ganesha tersebut, turut hadir secara daring Staf Khusus Menteri Bidang Tata Kelola Pemerintahan dan Reformasi Birokrasi, Bambang Widianto, yang mewakili Menteri Kesehatan RI, Ir. Budi Gunadi Sadikin, S.Si., CHFC., CLU., yang secara khusus menyampaikan mengenai perkembangan teknologi kesehatan di Indonesia.

Dalam paparannya, Bambang menjelaskan pentingnya kolaborasi antara ITB dan Kementerian Kesehatan dalam mendukung program transformasi kesehatan nasional. Beliau menggarisbawahi bahwa Kementerian Kesehatan saat ini tengah menjalankan transformasi kesehatan yang sangat komprehensif dan masif, yang tentunya membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk ITB.

Bambang menjelaskan bahwa Kementerian Kesehatan RI saat ini tengah mencanangkan enam pilar transformasi kesehatan, yaitu transformasi layanan primer, transformasi layanan rujukan, transformasi sistem ketahanan nasional, transformasi sistem pembiayaan, transformasi sumber daya manusia (SDM), dan transformasi teknologi kesehatan.

Salah satu pilar utama dari keenam pilar tersebut adalah transformasi dalam penguatan layanan kesehatan primer. Layanan kesehatan primer, yang meliputi puskesmas dan klinik, selama ini berbasis pada program-program tertentu seperti layanan ibu dan anak atau imunisasi. Namun, dalam rangka mewujudkan transformasi ini, layanan kesehatan primer diharapkan mampu melayani seluruh siklus kehidupan, mulai dari ibu hamil hingga lansia.

“Kita sekarang ini memperbaiki puskesmasnya dengan memberikan fasilitas-fasilitas seperti USG, dan fasilitas-fasilitas untuk screening, bahkan yang berkait dengan screening ini yaitu screening untuk cancer. Semua kemampuan yang diharapkan bisa dilaksanakan di tingkat ini, membutuhkan berbagai macam pengelolaan, dan ini sangat berkaitan dengan teknologi. Jadi, kami ingin sekali bermitra dengan Bapak-Ibu sekalian,” kata Bambang.

Bambang juga menyoroti pentingnya peran teknologi dalam mendukung transformasi ini. Ia menjelaskan bahwa Kemenkes sedang mendistribusikan peralatan USG untuk mendukung kesehatan ibu hamil ke seluruh puskesmas di Indonesia, namun saat ini baru 2.000 yang memiliki fasilitas tersebut dan akan terus dilanjutkan.

Kini Kemenkes menargetkan semua puskesmas akan memiliki USG dalam waktu dekat, yang diharapkan dapat membantu mengurangi angka kematian ibu melahirkan melalui deteksi dini.

Lebih lanjut, Bambang menekankan pentingnya inovasi dan kolaborasi dalam pengembangan industri alat kesehatan dalam negeri. Ia menyampaikan bahwa penggunaan alat kesehatan di Indonesia masih didominasi oleh produk impor. Oleh karena itu, melalui program transformasi ketahanan kesehatan ini, pemerintah berupaya memperkuat ekosistem industri alat kesehatan nasional dengan meningkatkan penggunaan produk dalam negeri yang memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) tinggi.

Bambang menyebutkan bahwa pada tahun 2023, terjadi peningkatan signifikan dalam izin alat kesehatan dalam negeri, dengan jumlah produk yang terdaftar di e-katalog mencapai lebih dari 100.000. Peningkatan ini menunjukkan adanya potensi pasar yang besar bagi industri alat kesehatan dalam negeri.

Dalam kesempatan tersebut, Bambang juga mengajak ITB dan para pelaku industri untuk terus berinovasi dan berkolaborasi dalam mengembangkan dan memproduksi alat kesehatan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri tetapi juga mampu bersaing di pasar global.

“Harapan saya kepada ITB dan para pelaku industri, agar terus berinovasi dan berkolaborasi mengembangkan dan memproduksi alat kesehatan untuk penurunan kebutuhan dalam negeri akan impor, sekaligus memperluas pasar global melalui ekspor. Saya mendorong agar proses produksi yang dilakukan di Indonesia dapat dilakukan dari hulu ke hilir dengan menggunakan bahan baku dalam negeri sehingga nilai TKDN akan semakin tinggi. ITB dan pelaku industri, agar juga menerapkan kaidah cara pembuatan alat kesehatan yang baik sehingga dapat menjamin keamanan mutu dan kemanfaatan alat kesehatan,” ungkap Bambang.

Dengan kolaborasi multidisiplin yang ada, ITB terus berupaya mendukung pengembangan industri nasional melalui inovasi dan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan. Dengan demikian, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada produk impor dan memperkuat posisi industri alat kesehatan dalam negeri di pasar global.

Reporter: Iko Sutrisko Prakasa Lay (Matematika 2021)