ITB dan IIASA Jalin Kerjasama Pengembangan Riset dan Teknologi

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

BANDUNG, itb.ac.id -- Institut Teknologi Bandung menjalin kerjasama dengan lembaga penelitian asal Austria, International Institute for Applied System Analysis (IIASA). Kerjasama ini diharapkan menghasilkan aktifitas riset lintas disiplin, yang akan diawali dengan kolaborasi di bidang BECCS (Bio-energy combined with Carbon Capture and Storage). Kerjasama dengan IIASA ditandai dengan penandatangan Nota Kesepahaman (MoU) yang dilakukan di Ruang Rapim A, Gedung Rektorat ITB, Jalan Tamansari, Bandung, Selasa (24/7/2018). 


MoU ditandatangani oleh Direktur Jenderal dan Chief Executive IIASA, Prof. Dr. Pavel Kabat, dan Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi dan Kerjasama ITB, Prof. Dr. Bambang Riyanto Trilaksono. Penandatanganan ini turut disaksikan pula oleh Rektor ITB, Prof. Dr. Kadarsah Suryadi, DEA., Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof. Dr. Bermawi P. Iskandar, Wakil Rektor Bidang Keuangan, Perencanaan dan Pengembangan yang sekaligus menjabat sebagai Direktur Eksekutif CoE CCS/CCUS, Prof. Dr. Wawan Gunawan A. Kadir, serta staf pengajar ITB dari  beberapa Fakultas dan Pusat di ITB.

Diantaranya yaitu Fakultas Teknologi Industri, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Sekolah Bisnis dan Management, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Pusat Kebijakan Keenergian dan Center of Excellence for Carbon Capture, Utilization and Storage (CoE CCS/CCUS). Dari pihak IIASA, penandatangan MoU ini diwakili oleh Deputy Program Director of Ecosystems Services and Management (ESM) Program, Dr. Florian Kraxner, yang juga memberikan sambutan dari pihak IIASA

Dengan akan dimulainya kerjasama di dalam bidang BECSS ini di dalam waktu dekat, diharapkan berbagai interaksi di antara ITB dan IIASA akan terjalin. Seperti mobilisasi ilmuwan dan tenaga ahli dari kedua belah pihak untuk mengembangkan dan mengimplementasikan proyek penelitian unggulan secara bersama-sama dengan pendanaan dari pihak ketiga, pertukaran mahasiswa pascasarjana, pertukaran informasi termasuk akses ke dalam database yang relevan, publikasi ilmiah bersama, partisipasi penelitian dan staf akademik dalam seminar dan konferensi, serta kolaborasi lainnya.

Rektor ITB menyambut baik adanya kerjasama tersebut. ITB sendiri sudah mendeklarasikan diri bergerak dari research university menuju entrepreneurial university. Salah satu indaktor menuju hal itu adalah memperbanyak proyek riset berskala internasioal. 

"Hari ini, saya telah menyaksikan penandatanganan MoU antara ITB dengan IIASA mengenai satu proyek international tentang perpaduan carbon capture storage dan bioenergy. Hari ini kita telah berhasil memiliki satu partner internasional tambahan. Saya kira hal ini sesuai dengan arah kami menuju entrepreneurial university," ujar Prof. Kadarsah dalam sambutannya.

Sementara itu, salah seorang staf peneliti dari IIASA, yaitu Ping Yowargana,  mengatakan bahwa IIASA sudah melakukan beberapa penjajakan kerjasama dengan beberapa pusat dan kelompok keahlian di ITB, seperti Pusat Kebijakan Keenergian ITB, Pusat Penelitian Energi Baru dan Terbarukan, CoE CCS/CCUS dan kelompok keahlian yang berada di SBM-ITB dan SITH-ITB. 

Dengan adanya MoU ini, maka payung kerjasama bagi IIASA dan ITB di tingkat institusi sudah tersedia. "Tujuannya sebenarnya untuk memberi payung ke berbagai potensi kolaborasi yang sudah mulai dijajaki. IIASA kebetulan cukup banyak interaksinya dengan beberapa pusat penelitian di ITB sehingga kebutuhan atas payung yang mengintegrasikan berbagai kegiatan ini menjadi penting”, katanya.

Secara spesifik, Yowargana mengatakan, bidang yang dimaksud dalam kerjasama kali ini ialah di bidang BECCS. Topik ini kompleks, karena menggabungkan sektor lahan dan sektor energi sebagai dua sektor yang sangat rumit. IIASA sendiri adalah lembaga riset internasional yang bermarkas di Laxenburg, Austria yang bergerak di bidang pemodelan untuk isu-isu kompleks. 

Lembaga ini berpengalaman dalam menghubungkan kelompok keahlian dari berbagai negara dan dari berbagai disiplin keilmuan. “Kami selalu mengharapkan ada sparring partner dari beberapa negara, termasuk experts dari ITB, yang akan membawa kekhususan konteks Indonesia. Peran ITB menjadi penting untuk topik riset yang perlu menghubungkan beberapa negara dalam sebuah wadah riset global," ujar Ping

Sementara itu, Dr. Mohammad Rachmat Sule, sebagai Center Manager CoE CCS/CCUS, menambahkan bahwa ITB saat ini sedang mempersiapkan Pilot Project CCS yang pertama di wilayah Asia Tenggara dan Asia Selatan, di mana sumber CO2 untuk pilot project ini diperoleh dari industri migas. Pilot project ini akan berkontribusi terhadap pengurangan emisi karbon secara regional maupun global. 

Namun, dengan adanya ajakan dari IIASA untuk juga mengembangkan BECCS, maka hal ini akan menjadi hal yang sangat penting bagi Indonesia yang merupakan salah satu pusat hutan di dunia, seandainya energi yang dihasilkan dari bio-energi dapat digunakan di masa yang akan datang secara lebih luas. “Bio-energi diklasifikasikan sebagai jenis energi yang berkarakteristik zero carbon emission. Dengan dikombinasikan dengan CCS, maka bio-energi ini akan menjadi kontributor untuk negative emission,“ pungkas Rachmat.