ITB dan Lembaga Internasional Quantified Carbon Berkolaborasi Mengeksplorasi Kemungkinan Memperbarui Pembangkit Listrik Tenaga Batu Bara di Indonesia dengan Energi Nuklir

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita

BANDUNG, itb.ac.id - Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Lembaga Internasional Quantified Carbon menjalin kemitraan strategis dalam program inovatif, Repower, yang berkomitmen mengubah fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap dari batu bara (PLTU) menjadi sumber energi yang berkelanjutan. Kolaborasi ini bertujuan menilai kelayakan penggantian pembangkit listrik tenaga batu bara di Indonesia dengan energi nuklir, sejalan dengan komitmen Indonesia mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060.

Dalam kerja sama ini, ITB akan menyusun laporan menyeluruh yang mencakup penelitian pasar, Evaluasi Dampak Lingkungan (EIA), dan analisis kebijakan dalam bahasa Inggris dan Indonesia. Hal ini untuk mengevaluasi kelayakan mengubah pembangkit listrik tenaga batu bara menjadi solusi energi rendah karbon, termasuk nuklir, energi terbarukan, dan penangkapan karbon serta penyimpanan dengan energi fosil.

Penelitian ini akan mengeksplorasi kemungkinan memanfaatkan kembali infrastruktur batu bara yang ada untuk meminimalkan kerugian nilai investasi akibat penutupan dini. Penelitian ini pun akan menyelidiki opsi untuk memanfaatkan infrastruktur secara efektif dan menilai kelayakan ekonomi dari penerapan energi nuklir untuk menggantikan atau memodifikasi fasilitas batu bara yang ada. Studi yang sama juga dilakukan di Polandia, Korea Selatan, dan Cina.

Manajer Proyek Tim Repower untuk ITB dan praktisi Energi, Bob S. Effendi, menyampaikan optimisme tentang dampak potensial proyek ini. "Saya pribadi berharap bahwa pembangkit ulang batu bara dapat diusulkan sebagai opsi dalam Kebijakan Energi Nasional yang akan direvisi segera. Dengan demikian, ini bisa menjadi solusi untuk mengubah pembangkit listrik tenaga batu bara yang ada menjadi fasilitas energi bersih sambil tetap menjaga keandalan ekonomi dan operasional," ujarnya, Minggu (12/11/2023).

   

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi ITB, Prof. Ir. I Gede Wenten, M.Sc., Ph.D., menyoroti kelengkapan penelitian tersebut sehubungan dengan kebijakan energi Indonesia untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060. "Penelitian ini sangat tepat waktu untuk mengusulkan jalur praktis untuk mencapai tujuan ini dan berkontribusi pada masa depan energi berkelanjutan Indonesia," tuturnya.

Adapun pendiri Quantified Carbon dan inisiator inisiatif Repower, Dr. Staffan Qvist, menekankan signifikansi kerja sama tersebut dalam sistem energi global. "Kolaborasi antara (Quantified Carbon) dalam Repower dengan ITB berfokus pada salah satu intervensi paling berpengaruh dalam sistem energi global - perbaruan pembangkit listrik tenaga batu bara modern yang ada untuk menggantikan bahan bakar yang mencemari dengan alternatif bersih. Wawasan praktis yang dihasilkan akan sangat penting dalam membentuk strategi dan kebijakan perbaruan pembangkit listrik tenaga batu bara, memberikan kontribusi nyata dalam mengatasi perubahan iklim," katanya.

Kemitraan antara Quantified Carbon dan ITB siap memberikan wawasan berharga yang berperan penting dalam membentuk lanskap energi Indonesia dan memberikan kontribusi pada upaya global untuk mengatasi perubahan iklim.

Editor: M. Naufal Hafizh