ITB dan NIT Gifu College Jepang Gelar Seminar Environmental Sustainability and Disaster Prevention

Oleh Mega Liani Putri

Editor Mega Liani Putri

BANDUNG, itb.ac.id - Sebagai keberlanjutan dari kerja sama yang tertulis dalam Academic Exchange Agreement pada tahun 2011, ITB dengan National Institute of Technology, Gifu College Jepang kembali mengadakan joint seminar. Seminar tersebut mengangkat isu "Environmental Sustainability and Disaster Prevention". Tahun ini, agenda tersebut diadakan untuk keempat kalinya pada Kamis (20/10/16) di Auditorium CC Timur, Kampus ITB Ganesa. Seminar kali ini menghadirkan keynote speaker, yaitu Prof. Takanobu Inoue (Toyohashi University of Technology Jepang). Penelitian yang dipresentasikan berjudul "Ultrasonic Extraction for Estimating Bioavailability of Particulate Phosphorus".

Seminar tersebut dibuka oleh Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL), Prof. Ir. Ade Sjafruddin, M.Sc., Ph.D. Selain itu, Ketua Program Studi Teknik Lingkungan, Dr. Benno Rahardyan, S.T., M.T. Pada pembukaan seminar, disampaikan bahwa seminar ini bertujuan untuk memfasilitasi kolaborasi penelitian terkait isu lingkungan terkini dan yang diprediksi akan terjadi di masa datang. Isu lingkungan semakin mengkhawatirkan seiring dengan perkembangan wilayah urban di Indonesia dan Jepang. Oleh karena itu, pembahasan keberlanjutan lingkungan sangat penting untuk kemudian dikaitkan dengan upaya pencegahan bencana di dua negara tersebut.

Terdapat dua belas hasil penelitian yang dipresentasikan di hadapan lebih kurang seratus peserta yang memenuhi auditorium. Tidak hanya para peneliti dari kelompok keahlian FTSL ITB, turut serta pula peneliti dari berbagai universitas di Jepang seperti NIT, Toyohashi Univeristy of Technology, and Kyoto University. Dari FTSL ITB, tampil Prof. Suprihanto Notodarmodjo, Prof. Puji Lestari, Dr. Eng. Priana Sudjono, I Wayan Sengara, Ph.D., dan Mohammad Farid, Ph.D.

Pada bidang pengelolaan air, Prof. Suprihanto mempresentasikan penelitiannya tentang penggunaan kembali dan daur ulang limbah industri tekstil menggunakan proses physicochemical. Penelitian ini dimotivasi oleh kondisi sungai Ciliwung yang menjadi sungai paling tercemar di dunia yang salah satunya disebabkan oleh buangan industri tekstil. Potensi timbulan air limbah yang bervolume tinggi kemudian mendorong Prof. Suprihanto meneliti bagaimana bisa mengolah air limbah tersebut agar bisa terproduksi air bersih yang bisa digunakan kembali. Selain itu, Dr. Priana juga mengambil sungai Ciliwung sebagai objek penelitian terkait model hubungan timbulan limpasan dengan perubahan tata guna di daerah hulu sungai tersebut. Sedangkan pada bidang pengendalian pencemaran udara, Prof. Puji Lestari mempresentasikan penelitian emisi pembakaran lahan gambut di Kalimantan Tengah, Indonesia.

Pembahasan terkait kebencanaan diangkat oleh I Wayan Sengara, Ph.D. dan Mohammad Farid, Ph.D. I Wayan Sengara, Ph.D. fokus pada kasus gempa bumi lewat penelitiannya yang berjudul "Identification of Earthquake Risk, Fatality, and Building Vulnerability in Indonesia". Penelitian ini dilakukan sebagai upaya mengurangi resiko bencana yang disebabkan oleh gempa bumi di Indonesia. Selanjutnya, Mohammad Farid, Ph.D. membawakan penelitiannya terkait upaya pengurangan resiko akibat bencana banjir di Jakarta. Ia mengaitkan kasus banjir dengan perubahan tata huna lahan, penurunan lahan, dan kapasitas sungai dan saluran drainase.