Loedroek ITB Gelar Diskusi Pembangunan Manusia Berbudaya

Oleh Bayu Rian Ardiyansyah

Editor Bayu Rian Ardiyansyah

BANDUNG, itb.ac.id - Pembangunan manusia selalu menjadi titik pusat perubahan dalam suatu bangsa. Menyadari akan pentingnya hal tersebut, pada Sabtu (15/11/14) Loedroek ITB menggelar acara diskusi santai bertajuk Ngobrol Opini (Ngopi) dengan mengangkat tema "Pembangunan Manusia dan Kebudayaan: Cerdik, Terdidik, dan Berbudaya". Acara yang terbuka untuk umum ini bertempat di Perpustakaan Pusat ITB dengan menghadirkan Tommy Dermawan (Ketua Sanggar Olah Seni Bandung) dan Sentot Eko Parijatno (Alumni Loedroek ITB) selaku pembicara dalam acara tersebut.

Ini merupakan kali kedua Loedroek ITB menggelar diskusi santai yang dikemas dalam nama Ngopi dengan berfokus pada pembangunan manusia dari segi kebudayaan. "Loedroek ITB sebagai tempat bernalar bukan hanya berpikir di zaman sekarang, tapi juga berpikir untuk Indonesia ke depan. Melalui acara ini, kami berharap bisa memberi informasi yang mendalam kepada masyarakat umum terutama tentang bagaimana konsep pembangunan manusia yang benar," tutur Kunto Megantara (Teknik Aeronotika dan Astronotika 2012) selaku Ketua Unit Loedroek ITB.

Sebagai pembukaan, Tommy mengenalkan filosofi adat Sunda yang bernama Tri Tangtu sebagai landasan untuk membentuk kehidupan yang seimbang dan selaras. Filosofi ini bersifat universal hanya saja berbeda istilah untuk setiap daerahnya. Tri Tangtu terdiri dari tiga komponen yang saling melengkapi, yaitu Resi (ahli ilmu), Ratu (pemerintahan), dan Rama (masyarakat). Ketiga komponen tersebut harus berlandaskan pada tiga hal, yaitu asah, asih, dan asuh. Asah berarti pengetahuan, sedangkan asih berarti nurani atau rasa empati. "Ilmu tanpa nurani sama seperti orang buta, sedangkan nurani tanpa ilmu sama seperti orang lumpuh. Manusia yang sempurna adalah yang bisa menggabungkan keduanya hingga terbentuk apa yang disebut dengan asuh," tutur Tommy.

Sesi selanjutnya, Sentot yang pernah terlibat dalam perumusan sistem pendidikan nasional memaparkan model paling ideal bagi pembangunan manusia di Indonesia. Model ini sempat diimplementasikan dengan nama Kurikulum Berbasis Kompetensi. "Kebijakan yang paling penting adalah pembangunan manusia karena itulah yang akan menggerakkan semuanya mulai dari pergerakan sumber daya hingga kebijakan," ungkap Sentot.

Oleh karena itu, selain meningkatkan ilmu pengetahuan, pendidikan juga harus menanamkan ketrampilan yang hanya bisa ditempuh melalui latihan mempergunakan ilmu tersebut hingga akhirnya terbentuk kompetensi. Hal itulah yang nantinya akan membentuk sikap dan prilaku. "Kebudayaan adalah dampak pembangunan manusia. Pikirkan tiga puluh tahun ke depan Indonesia akan seperti apa, lalu sekarang tentukan Anda akan berperan seperti apa," pesan Sentot.