ITB dan Uncen Gandeng Tangan, Tingkatkan Pengetahuan Kader Kesehatan Masyarakat Papua
Oleh M. Naufal Hafizh
Editor M. Naufal Hafizh
PAPUA, itb.ac.id - Peredaran obat tradisional dan bahan tambahan pangan ilegal, baik itu produk palsu maupun tanpa registrasi, dapat membahayakan masyarakat. Edukasi dengan cara pelatihan kader kesehatan sebagai mitra apoteker menjadi salah satu kegiatan penting yang bertujuan memberikan pemahaman mengenai aspek manfaat, keamanan, dan kualitas obat tradisional dan bahan pangan yang akan dipilih dan digunakan oleh masyarakat. Kader posyandu dapat menjadi perpanjangan tangan dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat khususnya di lingkungan tempat tinggalnya.
Tim Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung (SF ITB) dengan Hibah Bottom Up Pengabdian kepada Masyarakat 2024 yang dikelola Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITB (Per 1 Agustus 2024 menjadi Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat ITB), terdiri atas Prof. Dr.rer.nat. apt. Sophi Damayanti, apt. Bhekti Pratiwi, M.Si., apt. Muhammad Azhari, M.Si., apt. Defri Rizaldy, Ph.D., dan apt. Yangie Dwi, Ph.D., berkolaborasi dengan Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Cenderawasih (Uncen) melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebagai implementasi tridarma perguruan tinggi. Kegiatan ini berlangsung pada 2-3 Agustus 2024 dengan berbagai rangkaian acara bermanfaat.
Kegiatan hari pertama dimulai dengan kuliah tamu untuk mahasiswa di Aula FMIPA Uncen yang dibuka Octolia Togibasa, M.Si., Ph.D., Pembantu Dekan I Bidang Akademik dan Kerjasama FMIPA Uncen. Kegiatan dihadiri lebih dari 100 mahasiswa Farmasi Uncen dan perguruan tinggi kesehatan di Jayapura. Mahasiswa antusias mengikuti kuliah tamu yang inspiratif dari para dosen SF ITB, meliputi pengalaman dan strategi sukses mendapatkan beasiswa pendidikan, peluang riset kolaborasi yang menarik, serta membangkitkan semangat mahasiswa untuk berprestasi dan berkontribusi dalam tridarma perguruan tinggi. Mahasiswa Farmasi diharapkan dapat menjadi mahasiswa yang aktif dan dapat terus termotivasi untuk meningkatkan kompetensi.
Kegiatan dilanjutkan dengan pelatihan intensif bagi kader posyandu sebagai mitra apoteker. Sebanyak 40 peserta, termasuk para kader yang mewakili puskesmas-puskesmas di Kota Jayapura, turut hadir di Aula Puskesmas Abepura. Para kader dibekali pengetahuan tentang keamanan pangan dan penggunaan obat tradisional yang aman. Selain pemaparan materi oleh dosen-dosen SF ITB, kader-kader juga dilatih mengidentifikasi bahan tambahan pangan dan produk-produk obat bahan alam yang beredar di pasaran.
“Pelatihan tersebut bukan pertama diadakan. Kegiatan ini telah diinisiasi di tahun 2017. Kami memulai dari daerah terdekat ITB di Kota Bandung, berlanjut ke lingkar dalam di Jawa Barat, yaitu Lembang, Pangandaran, selanjutnya lingkar tengah Lombok, dan akhirnya tercapai ke daerah lingkar terluar yaitu Papua. Simpul-simpul kader kesehatan di berbagai daerah perlu terus ditingkatkan karena menjadi penyambung peningkatan pengetahuan kesehatan. Ilmu yang diperoleh akan terus mengalir dari kader ke masyarakat sekitarnya,” kata Prof. Sophi.
Lokasi kegiatan dipilih di Jayapura karena berdasarkan laporan tahunan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) tahun 2022, yang menemukan sebanyak 15,17% produk pangan masih tidak memenuhi syarat dan sebanyak 29 sarana tidak memenuhi ketentuan Cara Produksi Pangan Olahan Yang Baik–Industri Rumah Tangga (CPPOB-IRT). Selain itu, Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Papua Tahun 2018 menunjukkan sebanyak 67,55% pasien tidak menggunakan obat konvensional karena beralih menggunakan obat tradisional dan sebanyak 10.86% produk obat tradisional ditemukan tidak memenuhi syarat. Fenomena masih tingginya produk dan sarana yang tidak memenuhi ketentuan, serta tingginya penggunaan obat tradisional di Papua, mendorong kedua perguruan tinggi meneliti tingkat pengetahuan masyarakat Jayapura serta mengedukasi kemanan pangan dan ketepatan cara penggunaan obat tradisional.
apt. Nur Fadilah, M.Si., selaku Ketua Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Cendrawasih menuturkan, “Kolaborasi antara ITB dan Uncen ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Papua. Selain itu, kerja sama ini diharapkan membuka peluang untuk penelitian lebih lanjut dalam bidang farmasi dan kesehatan. Dosen dan Mahasiswa Farmasi pun aktif terlibat dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini,” tuturnya.