ITB FAIR 2010: Make Your Best Career with Mathemathics

Oleh prita

Editor prita

BANDUNG, itb.ac.id- Matematika menjadi hal yang unik dan menarik jika diperbincangkan karena sesungguhnya matematika begitu dekat dan nyata dengan kehidupan kita. Hal inilah yang diusung oleh dosen matematika ITB yang merangkap staf ahli bidang penjaminan mutu penelitian dan pengabdian pada masyarakat, Prof. Dr. Edy Soewono. Topik mengenai matematika tersebut beliau sampaikan dalam Seminar Matematika: Best career in the future and Mathematics Role inside, Sabtu (06/02/10), di Aula Barat ITB.

Tidak sedikit orang yang berpikir matematika itu menakutkan, sulit dipahami, dan tidak mendatangkan keuntungan finansial. Paradigma ini membuat para generasi muda menjadi enggan untuk belajar matematika. Padahal dalam 10 tahun terakhir job market untuk lulusan matematika sangat luas. Hal tersebut diungkapkan Ika Magdalena MA '07, koordinator seminar, ketika ditanya menganai latar belakang terselenggaranya seminar matematika ini.

Dalam seminar kali ini Prof. Dr. Edy Soewono menanggapi mengenai persepsi masyarakat yang menganggap matematika adalah hal yang sulit. Menurutnya, hal ini bergantung pada bagaimana guru memotivasi anak didik.  Meski matematika tidak mudah, tetapi guru bisa memotivasi melalui pemodelan matematika dengan pendekatan lingkungan. "Matematika menjadi menarik, ketika kita mampu menghubungkan matematika dengan permasalahan sehari-hari yang dibuat pemodelan matematikanya," ujar Edy menyemangati.

Selain bisa membantu anak didik menjadi termotivasi, pemodelan matematika bisa digunakan oleh masyarakat untuk melakukan pendekatan-pendekatan terhadap permasalahan yang terjadi di sekitar kita. Beberapa contoh permasalahan dipaparkan Edy untuk menjelaskan mengenai aplikasi matematika secara nyata.

Pencegahan dan penanggulangan demam berdarah dengue diambil Edy sebagai salah satu contoh. Dia menjelaskan bahwa dengan matematika kita bisa mempunyai early warning system untuk DBD dengan menggunakan pemodelan matematika. Melalui pemodelan matematika ini kita akan mengetahui apakah suatu daerah tergolong endemic area, warning area, atau safe area untuk DBD. Caranya yaitu dengan mengambil sampel pada satu populasi dengan estimasi waktu (hari) dari satu penderita menjadi 10 penderita dalam 10000 populasi manusia. Berdasarkan pendekatan yang dibuat kemudian kita dapat menyusun algoritma yang kita butuhkan dan membuat sebuah pemrograman untuk mewaspadai penyebaran Demam Berdarah Dengue pada suatu area.

Prospek Seorang Aktuaris di Indonesia

Selain matematika komputasi, prospek seorang matematikawan yaitu pada bidang finansial dan aktuaria. Seminar matematika juga menghadirkan seorang aktuaris ternama, Budi Tampubolon. Budi menjelaskan, "Aktuaris merupakan profesi yang mengestimasi seberapa mungkin peristiwa yang akan datang bisa terjadi dan mencoba menganalisa dampak keuangannya bila hal itu terjadi."

Seorang aktuaris pada umumnya bekerja pada bidang asuransi. Namun tidak terbatas pada hal itu, saat ini banyak perusahaan yang membutuhkan jasa aktuaris dalam manajemen resiko pegelolaan persahaannya, baik dalam produksi maupun investasi. Sedangkan saat ini jumlah aktuaris di Indonesia masih minim, menurut data Persatuan Akturis Indonesia jumlah akuaris yang ada hingga Januari 2010 hanya 318 orang.

"Prospek untuk menjadi seorang aktuaris masih terbuka lebar. Apalagi gaji rata-rata seorang aktuaris setiap bulannya berjumlah 100 juta," ungkap Budi Tampubolon yang disambut ungkapan kagum dari para peserta seminar.

Seluruh aktuaris Indonesia berhimpun dalam Persatuan Aktuaris Indonesia. Dan untuk menjadi seorang aktuaris, harus mampu untuk menguasai beberapa hal, yaitu Matematika Keuangan, Teori Peluang dan Statistika Matematika, Ekonomi, Akuntansi, Metoda Statistika, Matematika Aktuaria, Teori Risiko, Pendidikan Profesionalisme, Bidang Keahlian (As. Jiwa, As. Umum, atau Dana Pensiun), Manajemen Aktuaria, Manajemen Investasi.

Selain prospek dalam bidang aktuaria sangat luas, profesi aktuaris juga merupakan profesi yang tidak mungkin diganti oleh robot. Karena banyak hal yang harus dianalisa untuk menentukan solusi dari permasalahan yang harus diselesaikan seorang aktuaris.

Tidak harus dunia matematika

Dalam seminar ini hadir pula Irma Savitri Widyasari, seorang praktisi Matematika yang saat ini bekerja di sebuah perusahaan minyak ternama. Irma menuturkan matematika melatih kita berpikir secara teratur dan terurut. Dimanapun kita akan bekerja pada akhirnya, seorang lulusan matematika sudah memiliki modal ini sehingga mudah untuk beradaptasi dengan pekerjaan apapun yang akan ditekuninya.

Ketika ditanya mengenai pekerjaan apa yang paling bagus, Irma menjawab, "Untuk pekerjaan yang paling bagus, tergantung orang tersebut enjoy atau tidak menjalaninya. Tidak ada batasan-batasan pekerjaan mana yang bagus dan yang tidak."

[Hastri Royyani]