ITB Hadiri STS Forum 2023 di Jepang: Kolaborasi Multidisiplin dan Peranannya bagi Masa Depan
Oleh Anggun Nindita
Editor Anggun Nindita
BANDUNG, itb.ac.id – Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D. dan Sekretaris Institut, Prof. Dr.-Ing. Ir. Widjaja Martokusumo, menghadiri gelaran ke-20 Science and Technology in Society Forum (STS Forum), di Kyoto International Conference Center, Kyoto, Jepang, Minggu hingga Selasa (1-3/10/2023). Sebelumnya, ITB mendapatkan undangan secara langsung dari Ketua STS Forum, Hiroshi Komiyama, untuk hadir dalam kegiatan tersebut.
STS Forum adalah organisasi nirlaba yang didirikan pada tahun 2004 oleh Koji Omi, mantan Menteri Keuangan dan mantan Menteri Negara Kebijakan Sains dan Teknologi di pemerintahan Jepang. Organisasi tersebut bertujuan menyediakan platform bagi para pemimpin dunia di berbagai bidang, baik pemangku kebijakan, akademisi, maupun pihak industri untuk berkumpul dan berdiskusi terkait sains, teknologi, dan peranannya untuk masa depan.
Salah satu alasan terbentuknya STS Forum karena aktivitas manusia yang terus meningkat sehingga membawa perubahan besar terhadap planet bumi. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi yang mengikis sumber daya yang terbatas telah memperdalam kesenjangan. Meski ilmu pengetahuan dan teknologi berkontribusi terhadap perkembangan peradaban, namun berbagai persoalan baru kerap bermunculan sehingga menimbulkan kegelisahan tentang masa depan.
STS Forum mengadakan kegiatan tahunan setiap Oktober. Pada gelaran sebelumnya, kegiatan diikuti lebih dari 1.000 pemimpin dunia dari 83 negara, wilayah, dan organisasi internasional, termasuk 10 penerima Nobel, 28 Menteri, 35 Rektor Perguruan Tinggi, dan eksekutif perusahaan multinasional, termasuk 27 CEO. Di tahun ini, peserta mencapai 1.500 orang.
Pada gelaran ke-20, forum tersebut membahas sejumlah hal yang berkaitan erat dengan kehidupan manusia di dunia saat ini, antara lain Artificial Intelligence (AI), Digital Equity, Trust in Information, Climate Change, Food and Water Security, Biodiversity, Preparing for the Next Pandemic, Basic Science, Collaboration, dan Space Utilization.
Acara tersebut dibuka langsung oleh Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida. Selain dari akademisi, sejumlah penerima nobel, Rektor Massachusetts Institute of Technology (MIT), hingga astronot Arab Saudi pertama turut hadir.
Prof. Widjaja mengatakan, STS Forum membawa isu yang mendalam dan bagaimana peranan science dan teknologi bagi masyarakat baik untuk saat ini maupun masa mendatang.
“Sebagaimana yang didiskusikan di STS Forum, dunia itu semakin kompleks. Kerja sama di berbagai bidang adalah suatu keniscayaan. Kita tidak bisa hanya terfokus di suatu titik, karena di dalam forum-forum diskusi di STS, ditampilkan sejumlah isu dan yang menjawab itu bisa dari bidang pendidikan, arsitektur, software, dan bidang lainnya,” ujarnya.
Hal ini, menurut beliau, menjadi indikasi bahwa ke depannya kolaborasi multidisiplin harus semakin diutamakan sehingga dapat beradaptasi dengan lebih baik.
“Sebagaimana yang diungkapkan PM Jepang di STS Forum, science dan teknologi ini apakah akan semakin berdampak positif atau seperti pisau bermata dua? Maka dari itu, kita harus mulai berpikir dengan cara multidisiplin, pendekatannya semakin beragam, dan harus menitikberatkan pada problem solving,” tuturnya.
Reporter: M. Naufa Hafizh