ITB Kembangkan Katalis untuk Konversi Sawit menjadi Bahan Bakar Nabati
Oleh Fivien Nur Savitri, ST, MT
Editor Fivien Nur Savitri, ST, MT
BANDUNG, itb.ac.id -- Industri-Katalis Pendidikan yang berada di Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalisis (TRKK) Fakultas Teknologi Industri (FTI), Institut Teknologi Bandung (ITB) telah menghasilkan produk-produk inovasi di bidang katalis.
Penelitian pengembangan katalis ini sebenarnya sudah dirintis sejak 35 tahun lalu oleh Prof. Subagjo dan para peneliti di Teknik Kimia bersama sejumlah mahasiswa program studi Teknik Kimia S1, S2, dan S3 di ITB. Keberadaan laboratorium tersebut menjadi bukti bahwa produk penelitian Indonesia mampu menjawab tantangan kemandirian bangsa.
*Foto : Prof. Subagjo menunjukkan Avtur Nabati produk Lab TRKK-ITB
Penelitian dan pengembangan formula, karakterisasi dan uji kinerja katalis
dalam skala Lab. dilakukan di TRKK ITB, sedangkan pengujian skala pilot dan juga skala industri
dilakukan di Industri. Untuk itu Prof Subagjo Guru Besar
Teknik Industri ITB menegaskan bahwa kerjasama dengan industri sangat penting. “Kerjasama dengan industri sangat diperlukan terutama
untuk pengujian skala pilot dan juga skala industri. PT. Pupuk Iskandar Muda
dan Pertamina (Persero) adalah mitra-mitra industri pertama yang memberi kesempatan
pengujian hasil pengembangan laboratorium di reaktor skala industri,” ujarnya
saat ditemui humas ITB.
Lab TRKK bekerjasama dengan Research Technology Center (RTC) Pertamina telah menghasilkan berbagai katalis hydrotreating. Sejak 2011 hingga saat ini tidak kurang dari 140 ton katalis hydrotreating telah diproduksi dan digunakan di 8 reaktor di 5 kilang Pertamina.
Lebih lanjut ia mengatakan kebutuhan katalis di Indonesia saat ini cukup besar, diperkirakan mencapai 500 juta USD dan hampir seluruhnya diimpor dari luar negeri. Hanya sebagian kecil saja yang dapat diproduksi di Indonesia dengan membawa lisensi dari luar negeri. Menurut Prof. Subagjo, pemerintah harus berani mengambil keputusan dalam produksi katalis nasional, karena katalis memegang peran kunci dalam pengembangan dan penyelenggaran industri kimia.
Pada kurun waktu 5 tahun terakhir ini Laboratorium TRKK-ITB bersama RTC Pertamina sedang mengembangkan katalis untuk konversi minyak sawit menjadi BBN (Bahan Bakar Nabati), diesel nabati, avtur nabati, dan bensin nabati. Dengan proses dan katalis tersebut, dijelaskan Prof. Subagjo, Indonesia akan dapat mengurangi impor minyak mentah (crude oil) maupun bahan bakar minyak (BBM). Katalis generasi pertama sudah dikembangkan sejak 2010, sedangkan generasi kedua mulai dikembangkan pada 2015. Katalis generasi kedua ini, dinamakan PIDO130-1,3T, telah diuji menggunakan reaktor pilot di RTC Pertamina selama lebih dari 10 bulan. “Pertamina juga telah memberi kesempatan untuk pengujian di Kilang Dumai Pertamina pada bulan Maret yang akan datang,” ujar Prof. Subagjo.
Dengan katalis tersebut, sawit yang begitu melimpah di Indonesia dapat dimanfaatkan secara maksimal. Namun kendala produksi massal BBN ini yang sering dihadapi ialah dari aspek keekonomian. Menurutnya, aspek keenomian dari industri BBN harus menjadi nomor dua di tengah pertimbangan impor BBM yang sudah sangat besar.
Menurut Prof. Subagjo, Industri-Katalis Pendidikan tidak hanya mampu memproduksi katalis semata, namun juga teknologi proses yang suatu saat dapat mengantarkan bangsa indonesia mandiri dalam teknologi proses.
Sejak diresmikan Menteri Ristekdikti RI Prof. Moh Nasir dengan nama Industri-Katalis Pendidikan, sudah ada tujuh menteri di pemerintahan Presiden Joko Widodo yang berkunjung ke Industri-Katalis Pendidikan ITB. Terakhir, ialah kunjungan dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Panjaitan. Menurut Menteri Luhut, proses konversi minyak sawit menjadi BBN yang telah dihasilkan perlu didorong untuk diimplementasikan secara massal.
"Ini riset sudah lama dilakukan oleh ITB dan tadi kita lihat hasilnya sudah bagus” kata Luhut saat berkunjung di Lab TRKK, Rabu (30/1/2019). Dia mengatakan, sudah melaporkan awal tentang Katalis ini kepada Presiden. Beberapa menteri juga sudah berkunjung. Namun, Menteri Luhut meminta tim Industri-Katalis Pendidikan agar membuat perhitungan dari sisi keekonomiannya.
“Penggunaan katalis untuk konversi sawit menjadi BBN, bisa menjadikan
kita sebagai bangsa yang mandiri di bidang energi, sehingga tidak
tergantung kepada asing” pungkas Prof. Subagjo.