ITB Kembangkan Teknologi Tangan Bionik untuk Penyandang Amputasi Transradial
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id - Tim Riset Biomekanika, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan tangan bionik bagi penyandang amputasi transradial. Pengembangan tangan bionik ini bertujuan untuk membantu penyandang amputasi di Indonesia agar dapat memiliki tangan prostetik dengan harga terjangkau.
Tim yang melakukan pengembangan tangan bionik tersebut terdiri atas Dr.Eng. Sandro Mihradi, Prof.Ir. Andi Isra Mahyuddin Ph.D., dan Ferryanto S.T., M.T., selaku Dosen Teknik Mesin ITB dari Kelompok Keahlian Perancangan Mesin dan Rizaldi Ahmad Fadli mahasiswa Teknik Mesin 2015.
Saat ditemui reporter Humas ITB belum lama ini, Rizal mengatakan tertarik menjadi bagian dari tim riset pengembangan tangan bionik ini karena ingin membuat sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat. Menurutnya, tangan bionik ini dikembangkan dengan tujuan untuk membantu para penyandang amputasi yang tidak mampu membeli tangan prostetik di pasaran yang harganya mencapai ratusan juta rupiah.
“Proses pengembangannya kurang lebih 8 bulan dari Januari-Agustus 2019, mulai dari tahap perancangan sampai prototype jadi,” ujarnya.
Dalam prototype yang telah dibuat, tangan bionik mampu melakukan tujuh pola genggaman berbeda, yakni power grasp, open palm, lateral pinch, hook, precision closed, precision open, dan prismatic 2-finger. Ketujuh pola genggaman ini dibuat berdasarkan kebutuhan sebagian besar fungsi tangan manusia, agar digunakan untuk mengangkat benda, memegang pensil, menjinjing tas, menunjuk, dan lain sebagainya.
“Tangan bionik ini memiliki 5 jari dengan 6 motor penggerak (2 motor pada jari jempol untuk memfasilitasi gerakan tambahan dan 1 motor untuk masing-masing jari),” kata Rizal.
Selain itu, pada ujung masing-masing jari ditambahkan Surface electromyography/sEMG sebagai sensor. Body material yang digunakan adalah polylactic acid (PLA) atau asam polilaktat menggunakan cetakkan 3D printing. PLA termasuk bahan yang relatif murah, ringan, dan mudah dibentuk karena dibuat memakai 3D printing. Pengembangan tangan bionik ini membutuhkan biaya kurang lebih Rp 5 juta.
“Kendala yang ditemui dalam proses pembuatannya hampir tidak ada, hanya harus mencoba design berulangkali, terutama pada penempatan komponen atau pembuatan rangkaian komponennya. Tangan bionik ini merupakan hasil pengembangan keempat. Sebelum tahap perancangan perlu juga mempelajari anatomi tangan manusia, namun Rizal mengaku cukup menyukai bidang Biologi, walaupun berasal dari Jurusan Teknik Mesin,” jelasnya.
Pengembangan tangan bionik masih dilakukan agar diperoleh hasil yang lebih stabil dalam pengoperasiannya. Body material yang digunakan juga akan diperbarui karena masih menimbulkan slip/licin saat memegang benda.
Reporter: Putri Ambarwati (Sains dan Teknologi Farmasi, 2017)