ITB, Perhutani, dan Hakaaston Kembangkan Inovasi Penerapan Marka Jalan dari Getah Pinus dan Gliserol Sawit di Tol Bakauheni-Terbanggi Besar
Oleh Anggun Nindita
Editor Anggun Nindita
LAMPUNG, itb.ac.id - Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan inovasi berkolaborasi dengan Perhutani, dan PT Hakaaston dalam uji coba pembuatan marka jalan dengan menggunakan bahan turunan getah pinus (gondorukem) dan produk samping biodiesel sawit (gliserol), yang dilakukan oleh Pengelola Tol Terbanggi Besar (Bakter), PT Bakauheni Terbanggi Besar Toll (BTB Toll).
Gondorukem merupakan hasil olahan getah pinus melalui proses distilasi, sedangkan gliserol adalah senyawa organik yang dihasilkan sebagai produk samping dari produksi biodiesel minyak kelapa sawit. Kedua bahan tersebut memiliki banyak manfaat, salah satunya digunakan sebagai campuran bahan cat marka jalan.
Inovasi ini dijalankan oleh operator Tol Bakter, PT Hakaaston (HKA), bekerja sama dengan Perum Perhutani dan ITB. Pengembangan produk marka jalan berbahan dasar gondorukem dan gliserol ini dimulai sejak 2022, dengan dukungan dana dari Grant Riset Sawit - Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Pada 2023, melalui Asosiasi Inventor Indonesia yang diketuai oleh Prof. Ir. Didiek Goenadi, terjalin kerja sama dengan PT Hakaaston, anak perusahaan BUMN PT Hutama Karya (Persero), yang fokus pada produksi hotmix serta operasi dan pemeliharaan jalan tol. Saat ini, perusahaan mengelola 13 seksi jalan tol yang meliputi 739 km dan 21 rest area, serta terlibat dalam berbagai proyek pemeliharaan jalan tol di Sumatra dan Jawa.
Ahli Pemasaran dan Riset Pengembangan HKA, Ade Rintoro, mengatakan bahwa pemanfaatan gondorukem dan gliserol untuk marka jalan bertujuan meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
“Uji coba pemanfaatan gondorukem dan gliserol sebagai bahan marka jalan ini merupakan yang pertama di Ruas Tol Bakter. Harapannya, kualitas dan daya tahan marka jalan bisa lebih baik dengan penggunaan bahan ini. Selain itu, komposisi bahan marka yang saat ini dikembangkan adalah berbasis bahan nabati, sehingga dapat dikatakan bersifat biodegradable atau lebih ramah lingkungan, tidak seperti bahan marka jalan yang selama ini diimpor dan berbasis fosil. Hal ini telah menjadi bagian program ESG HKA juga sejak tahun lalu dan kedepannya” ujarnya pada Selasa (10/9/2024).
Sementara itu, Dosen Peneliti dari Kelompok Keahlian (KK) Teknik Pangan dan Kemurgi ITB, Aqsha, S.T., M.Sc., Ph.D., menjelaskan bahwa penggunaan gondorukem dan gliserol sebagai bahan marka jalan sebenarnya sudah diterapkan di luar negeri.
Saat ini tim peneliti ITB, yang terdiri dari Antonius Indarto, Tjokorde Walmiki, Winny Wulandary, Mardiah, Iffat, dan Annisa, bersama Perhutani (Ati Kusmawati) dan Hakaaston (Ade Rintoro) sedang mengembangkan inovasi tersebut di Indonesia sejak 2022. Inovasi ini sebenarnya merupakan lanjutan penelitian terdahulu.
Formulasi turunan gondorukem awalnya diteliti oleh Dr. Tatang Hernas, Dr. Tri Partono Adhi, dan Dr. Antonius Indarto bersama Perhutani saat Pembangunan pabrik derivate gondorukem di Pemalang, Jawa Tengah di tahun 2014.
Selanjutnya melalui Gunawan dari PT. Perhutani Anugerah Kimia, kerja sama pengembangan produk dirintis kembali di tahun 2022 melalui program Grant Riset Sawit-BPDPKS. Hingga saat ini, beberapa formulasi cat markah jalan berbasis gondorukem dan gliserol telah diujicobakan sebalumnya di jalan dalam ITB Kampus Jatinangor, pada Oktober 2022 dan November 2023.
“Bahan baku gondorukem dan gliserol ini sebenarnya mudah didapatkan di Indonesia dan dapat diolah oleh Perum Perhutani. Nantinya, bahan ini diformulasikan menjadi cat marka jalan. Kami berharap inovasi ini dapat mengurangi impor produk serupa yang selama ini dilakukan” tambahnya.
GM KBM IHHBK Jateng Perum Perhutani Dani Setyo Nugroho, menyampaikan bahwa kolabarasi penelitian dan uji coba marka jalan ini sangat ideal karena melibatkan langsung tiga institusi, yaitu ITB yang mempunyai kemampuan riset, Perhutani sebagai Industri dan PT. Hakaaston sebagai pengguna.
Apabila telah masuk skala industri, ke depannya marka jalan ini diharapkan dapat memberikan alternatif bagi pengguna, baik dari segi kualitas maupun harga yang kompetitif. Dengan menggunakan gondorukem sebagai binder/perekat cat marka jalan maka akan meningkatkan nilai TKDN, lebih ramah lingkungan dan sustainable. Dengan estimasi kebutuhan marka jalan nasional + 90.000 ton/tahun sangat mungkin dicukupi oleh produksi dalam negeri mengingat Indonesia adalah produsen gondorukem terbesar ke 3 di dunia dan penghasil sawit terbesar ke 1 di dunia.
Project Manager Tol Bakter, Riadiano Muhammad, menyambut baik kerja sama uji coba ini. “Ini adalah langkah inovatif yang diharapkan dapat menghasilkan marka jalan yang lebih tahan lama dan memenuhi standar kualitas,” tuturnya.
Uji coba pemanfaatan gondorukem dan gliserol dilakukan pada marka garis tepi atau garis putih sepanjang 1.000 meter, tepatnya di KM 125+200 hingga KM 126+200 pada jalur B Ruas Tol Bakter.
Secara terpisah, Direktur Utama BTB Toll, I Wayan Mandia, mengungkapkan bahwa inovasi dari Perhutani dan ITB ini diharapkan dapat segera diterapkan tidak hanya di Tol Bakter, tetapi juga di jalan tol lainnya.
Narasumber: Dosen Fakultas Teknik Industri (FTI) ITB, Aqsha, S.T., M.Sc., Ph.D.