ITB Sempurnakan Sistem Multi Kampus Demi Terwujudnya Tri Darma Perguruan Tinggi
Oleh Akbar Syahid Rabbani
Editor Akbar Syahid Rabbani
BANDUNG, itb.ac.id - ITB terus berusaha untuk mengembangkan potensi infrastruktur untuk mendukung usaha pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, hal ini terlihat dari pembangunan ITB di kawasan Jatinangor yang cukup megah. Dilatarbelakangi oleh daya tampung ITB Ganesha yang hanya mencapai 15 ribu mahasiswa, sedangkan jumlah mahasiswa ITB saat ini berkisar 20 ribu mahasiswa, membuat pembangunan kampus off - Ganesha seperti kampus ITB Jatinangor adalah salah satu solusi strategis dan sistematis.
Berdasarkan dokumen perencanaan (masterplan) ITB Jatinangor, terdapat beberapa program studi baru yang akan diselenggarakan oleh ITB, diantaranya adalah bidang rekayasa pertanian, kehutanan, hayati, dan bio engineering untuk Sekolah Ilmu Teknologi Hayati (SITH), teknologi pangan untuk Sekolah Farmasi (SF), infrastruktur air dan sanitasi serta teknik sumberdaya air untuk Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL), teknik hidrografi, teknik air tanah serta survey dan pemetaan untuk Fakultas Ilmu Teknologi ke-Bumian (FITB), pusat eknomi bisnis pertambangan untuk Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM) dan bidang ekonomi untuk Sekolah Arsitektur dan Perencanaan Pembangunan Kota (SAPPK).
Selain itu ditekankan pula bahwa fungsi dibangunnya kampus ITB Jatinangor adalah untuk melaksanakan penelitian yang berkontribusi kepada kebutuhan masyarakat, penelitian utuh yang mengikuti rantai proses dari awal sampai akhir sehingga menghasilkan prototype (dalam hal ini teknologi pangan dan bioengineering), penelitian yang memanfaatkan sumber daya alam semaksimal mungkin dan penelitian yang tidak menggantungkan diri pada kerjasama dengan institusi luar.
Menyoroti sistem kemahasiswaan yang akan dibentuk setelah kampus ITB Jatinangor resmi difungsikan, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof. Kadarsah menyatakan bahwa pembentukan sistem kemahasiswaan tersebut akan menjadi tanggung jawab Keluarga Mahasiswa ITB (KM ITB) untuk membuat alternatif sistem kemahasiswaan terbaik dan menguntungkan semua pihak. Sedangkan menurut koordinator kampus ITB Jatinangor, Prof. Indratomo, sistem kemahasiswaan akan ditetapkan setelah pengesahan RUU PT yang nantinya akan berpengaruh terhadap status ITB.
Kemahasiswaan ITB Jatinangor sendiri sebenarnya telah memiliki beberapa rencana konsep kemahasiswaan. Konsep kemahasiswaan ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Untuk konsep kemahasiswaan jangka pendek, ITB Jatinangor akan memiliki perangkat-perangkat yang hampir sama dengan kampus ITB Ganesha, seperti Unit Kemahasiswaan dan Himpunan Mahasiswa Jurusan yang terletak di Jatinangor. Sedangkan untuk konsep kemahasiswaan jangka panjang, akan dibuat Konstitusi Kemahasiswaan yang mengatur sistem kemahasiswaan, baik di kampus ITB Ganesha ataupun kampus ITB Jatinangor. Intinya penerapan sistem kemahasiswaan ini diharapkan dapat menghindari gap culture kemahasiswaan antara mahasiswa ITB Jatinangor dan mahasiswa ITB Ganesha.
Selain pengembangan kampus ITB Jatinangor yang merupakan kampus off - Ganesha pertama, ITB juga berencana untuk mengembangkan ITB Walini dan ITB Bekasi di masa yang akan datang. Pengembangan kampus ini tentunya menjadi salah satu usaha ITB untuk mewujudkan Tri Darma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.
Selain itu ditekankan pula bahwa fungsi dibangunnya kampus ITB Jatinangor adalah untuk melaksanakan penelitian yang berkontribusi kepada kebutuhan masyarakat, penelitian utuh yang mengikuti rantai proses dari awal sampai akhir sehingga menghasilkan prototype (dalam hal ini teknologi pangan dan bioengineering), penelitian yang memanfaatkan sumber daya alam semaksimal mungkin dan penelitian yang tidak menggantungkan diri pada kerjasama dengan institusi luar.
Menyoroti sistem kemahasiswaan yang akan dibentuk setelah kampus ITB Jatinangor resmi difungsikan, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof. Kadarsah menyatakan bahwa pembentukan sistem kemahasiswaan tersebut akan menjadi tanggung jawab Keluarga Mahasiswa ITB (KM ITB) untuk membuat alternatif sistem kemahasiswaan terbaik dan menguntungkan semua pihak. Sedangkan menurut koordinator kampus ITB Jatinangor, Prof. Indratomo, sistem kemahasiswaan akan ditetapkan setelah pengesahan RUU PT yang nantinya akan berpengaruh terhadap status ITB.
Kemahasiswaan ITB Jatinangor sendiri sebenarnya telah memiliki beberapa rencana konsep kemahasiswaan. Konsep kemahasiswaan ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Untuk konsep kemahasiswaan jangka pendek, ITB Jatinangor akan memiliki perangkat-perangkat yang hampir sama dengan kampus ITB Ganesha, seperti Unit Kemahasiswaan dan Himpunan Mahasiswa Jurusan yang terletak di Jatinangor. Sedangkan untuk konsep kemahasiswaan jangka panjang, akan dibuat Konstitusi Kemahasiswaan yang mengatur sistem kemahasiswaan, baik di kampus ITB Ganesha ataupun kampus ITB Jatinangor. Intinya penerapan sistem kemahasiswaan ini diharapkan dapat menghindari gap culture kemahasiswaan antara mahasiswa ITB Jatinangor dan mahasiswa ITB Ganesha.
Selain pengembangan kampus ITB Jatinangor yang merupakan kampus off - Ganesha pertama, ITB juga berencana untuk mengembangkan ITB Walini dan ITB Bekasi di masa yang akan datang. Pengembangan kampus ini tentunya menjadi salah satu usaha ITB untuk mewujudkan Tri Darma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.