ITB Terima 1.791 Mahasiswa Baru Progam Pascasarjana dan Profesi

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id -- Institut Teknologi Bandung melaksanakan Sidang Terbuka Peresmian Penerimaan Mahasiswa Baru (PPMB) Program Doktor, Magister, dan Program Profesi Semester I Tahun Akademik 2019/2020 di Gedung Sasana Budaya Ganesha ITB, Kamis (15/8/2019). Sebanyak 1.791 mahasiswa mengikuti pelaksanaan sidang terbuka tersebut yang terdiri atas 1.494 mahasiswa S2, 158 mahasiswa S3, 116 mahasiswa program profesi dan 23 mahasiswa internasional.


Kegiatan penerimaan mahasiswa baru ITB dimulai dengan kegiatan seleksi penerimaan mahasiswa baru, baik untuk program sarjana maupun pascasarjana mulai Januari - Juli 2019. Pada penerimaan kali ini, diperoleh gambaran usia rata-rata mahasiswa baru program magister adalah 26 tahun, dengan usia termuda 20 tahun dan usia tertua 53 tahun. Sedangkan untuk program doktor usia rata-rata mahasiswa baru adalah 36 tahun, dengan usia termuda 23 tahun dan usia tertua 60 tahun. Kemudian, jumlah mahasiswi program magister tahun 2019 mencapai 52% sedangkan untuk program doktor mencapai 46%.

Selain WNI, pada 2019 terdapat sejumlah 23 orang mahasiswa baru jenjang pascasarjana berkewarganegaraan asing (WNA) yang berasal dari 17 negara berbeda yaitu dari Azerbaijan, China, Ekuador, Irak, Jordania, Jepang, Kenya, Korea Selatan, Madagaskar, Malaysia, Nigeria, Pakistan, Palestina, Rwanda, Sudan, Timor Leste, Tanzania. 22 orang merupakan mahasiswa magister, sedangkan 1 orang merupakan mahasiswa program Doktor. Data tersebut sebagaimana disampaikan oleh Prof. Dra. Fida Madayanti Warganegara, MS., Ph.D., selaku Wakil Direktur Eksekutif Penerimaan Mahasiswa Program Pascasarjana ITB.

Sambutan Rektor

Pada Sidang Terbuka PPMB tersebut, Rektor ITB mengajak kepada semua mahasiswa pascasarjana setelah lulus atau bahkan dalam proses melakukan pendidikan pascasarjana di ITB dapat memberikan kontribusi positif untuk pembangunan bangsa. 

“Melalui kegiatan belajar dan riset tugas akhir bersama dosen saudara diharapkan dapat menghasilkan karya inovasi dalam sains, teknologi, bisnis dan manajemen, serta seni dan humaniora sebagai solusi berbagai permasalahan bangsa,” kata Prof. Kadarsah Suryadi.



Rektor juga memberikan beberapa inspirasi dalam menentukan topik penelitian tugas akhir terutama untuk program magister dan doktor, seperti terkait ketahanan pangan dan energi, pemanfaatan keunggulan sumber daya hayati Indonesia.

“Area bidang hayati merupakan lahan penelitian yang sangat luas untuk dijadikan penelitian. Besar peluangnya menghasilkan penelitian baru dan unik dengan pendekatan metodologi penelitian terkini yang dianut secara global, suadara bisa mengangkat masalah lokal sebagai topik penelitian untuk dikibarkan secara internasional. Kebaruan-kebaruan khas tropika Indonesia jika saudara publikasikan di internasional maka akan jadi rujukan dunia, sehingga publikasi saudara akan mendapatkan angka sitasi yang tinggi,” ujarnya.

Pada sidang terbuka tersebut, juga berisi pidato ilmiah oleh Emenda Sembiring, S.T., M.T., M.Eng.Sc., Ph.D., staf pengajar Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB yang menyampaikan terkait "Plastik dan Mikroplastik: Tantangan Pengelolaan Lingkungan Kini dan Nanti".

Selain itu ITB memberikan penghargaan Ganesa Widya Jasa Adi Utama 2018 kepada Dr. Paul Jones, Direktur Program Perencanaan Kota dan Wilayah di Sekolah Arsitektur, Desain, dan Perencanaan, University of Sydney, Australia. Sejak 2015, Dr. Paul Jones bersama Dr. Sri Maryati dari SAPPK-ITB dan Dr. Ninik Suhartini mengembangkan studio bersama antara University of Sydney dan ITB yang dikenal secara global dan berfokus pada urbanisme informal.

Hasil-hasil dari studio tersebut dipamerkan setiap tahun di University of Sydney dan acara global lain seperti HABITAT III in 2016, World Urban Forum 2018 dan the 7th Asia Pacific Urban Forum 2019 di Penang. Studio tersebut mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Australia dan Kedutaan Indonesia di Australia. Studio tersebut juga telah diakui sebagai satu dari 150 solusi perkotaan dunia tahun 2016 oleh UN Habitat.