Jelang GBA 2018, Mahasiswa ITB Gelar Pameran Budaya dan Wisata Kuliner Aceh

Oleh wannahusna - Wanna Taf'al Husna - FMIPA

Editor

BANDUNG, itb.ac.id – Mahasiswa Unit Kebudayaan Aceh (UKA) ITB, kembali menyelenggarakan Pameran Gelar Budaya Aceh (GBA) 2018 pada tanggal 16 Maret 2018. Bertempat di Lapangan Cinta (Campus Center Timur) ITB, pameran ini merupakan bagian dari serangkaian acara GBA 2018.

Gelar Budaya Aceh merupakan acara tiga tahunan yang diselenggarakan oleh UKA ITB. Tahun ini tema yang diusung adalah  “Tamumat Jaroe, Tabangun Nanggroe”, yang bermakna Bersama-sama Membangun Negeri. Pagelaran ini merupakan bentuk upaya mengenalkan budaya Aceh kepada masyarakat umum, khususnya masyarakat kota Bandung, dan mengajak masyarakat untuk bersama-sama melestarikan budaya sekaligus menebarkan semangat kebangkitan pasca tragedi tsunami pada tahun 2004 silam.

GBA 2018 ini sendiri terdiri dari tiga mata acara, yaitu penampilan Tari Saman di Car Free Day Dago  (25/02/2018), dan pemutaran film tsunami bertajuk “Night Bus” Aceh and Tsunami di Jalan Asia Afrika sebagai pre-event, pameran budaya dan festival kuliner (16/03/2018), dan pagelaran sebagai malam puncak pada tanggal 18 Maret 2018 mendatang yang diselenggarakan di Gedung Sasana Budaya Ganesha.

Saat pameran, para pengunjung dapat menemukan berbagai bentuk kebudayaan Aceh seperti pakaian pengantin, miniatur rumah adat, dan berbagai alat musik Aceh. Selain itu, pengunjung juga dapat menikmati kuliner khas Aceh seperti roti cane, mie aceh, ikan asam keueng, kopi aceh, dan berbagai produk kuliner Aceh lainnya. 

Disediakan pula berbagai macam cinderamata seperti dompet, tas, dan baju yang bermotif khas Aceh. Pengunjung juga dapat melihat berbagai foto yang diabadikan terkait bencana Tsunami Aceh 2004. Foto-foto itu membuktikan semangat masyarakat Aceh yang berhasil bangkit kembali usai mengalami keterpurukan di Tahun 2004. 

Said Fatkhan, salah satu panitia penyelenggara, berbagi pengalamannya terkait tragedi tsunami yang ia rasakan langsung, “Acara ini membuat saya mengenang kembali tragedi tsunami yang menyebabkan saya kehilangan keluarga Ibu saya, sekaligus membuktikan bahwa kami (korban tsunami) tetap bisa bangkit dari keterpurukan”. “Acara ini juga sebagai ajang pelestarian dan eksistensi Budaya Aceh,” tambah Feby Nur Sakinah yang juga merupakan panitia.


Penulis : Wanna Taf’al Husna (FMIPA '16)

ITB Journalist Apprentice 2018