Kenali Penyebab Meletusnya Gunung Api bersama Ikatan Ahli Geologi Indonesia

Oleh Ninik Susadi Putri

Editor Ninik Susadi Putri

BANDUNG, itb.ac.id - Peristiwa meletusnya gunung api di Indonesia akhir-akhir ini banyak menjadi sorotan publik. Fenomena tersebut tentu menimbulkan banyak pertanyaan di masyarakat. Mulai dari mengapa gunung api dapat meletus gunung, apa penyebabnya dan apa saja tanda-tandanya. Seksi Mahasiswa Ikatan Ahli Geologi Indonesia (SM IAGI) menyelenggarakan diskusi terbuka bertajuk "Why Volcanoes Erupt?". Kegiatan yang dilaksanakan pada Selasa (25/02/14) bertempat di Ruang Hilmi Panigoro, Program Studi (Prodi) Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB). Pembicara pada diskusi kali ini adalah Dr. Eng. Mirzam Abdurrachman sebagai salah satu dosen di Prodi Teknik Geologi yang ahli dibidang gunung api.

Pada sesi awal diskusi, Mirzam menjelaskan macam-macam tipe gunung api yang terdapat di dunia. Klasifikasi dibagi menjadi Red Volcanoes dan Grey Volcanoes. Red Volcanoes dicirikan oleh letusan efusif aliran lava berwarna merah sedangkan Grey Volcanoes dicirikan oleh letusan eksplosif yang menutupi area sekitar dengan debu vulkanik berwarna abu-abu. Akan tetapi, kebanyakan klasifikasi tersebut sudah tidak dipakai dikarenakan tipe gunung api yang beragam. Gunung api di Indonesia sendiri kebanyakan merupakan gunung api strato. Gunung api strato tersusun dari batuan hasil letusan yang berubah-ubah sehingga menghasilkan batuan yang berlapis-lapis.

Di Indonesia, gunung api diklasifikasikan berdasarkan pola kebiasaan yang terjadi berupa siklus 10 tahunan atau 20 tahunan. Keberadaan gunung api sendiri tidak terlepas dari pergerakan lempeng tektonik. Hal tersebut terlihat dari distribusi gunung api yang banyak berada di batas lempeng. Pulau Jawa salah satu pulau di Indonesia yang memiliki kepadatan gunung api yang cukup banyak.
Banyak orang awam mengatakan bahwa gunung api meletus akibat takdir, cobaan, bahkan akibat si penunggu marah. "Sebenarnya peristiwa meletusnya gunung api dapat diprediksi dengan melihat pola kebiasaan gunung api tersebut," tutur Mirzam.

Aktivitas meletusnya gunung api yang mengikuti pola tertentu yang cenderung konstan dapat dijadikan pegangan bagi para vulkanologis. Vulkanologis dapat memprediksi dua jangka waktu yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek dapat terlihat dari banyaknya hewan yang turun gunung, aktivitas gas beracun, hingga mengamati proses biokimia yang terjadi. Dalam jangka panjang, vulkanologi dapat memprediksi letusan menggunakan data historis gunung api yang memiliki interval antar letusannya.

"Gunung api dapat meletus sebagai akibat peningkatan bouyancy dan mobilitas tubuh magma," jelas Mirzam. Hal tersebut terjadi di bawah, dalam, dan atas magma chamber. Magma chamber yang terdesak oleh batuan sehingga volume magma bertambah dan akhirnya muncul sebagai letusan. Selain itu, pada bagian atas magma chamber mengalami dekompresi yang membuat kekerasan belerang berubah.

Sumber foto: tribunnews.com