Malam Puncak ITB Fair, Momentum Pergerakan Mahasiswa Indonesia

Oleh kikywikantari

Editor kikywikantari

BANDUNG, itb.ac.id- ITB Fair tiba di penghujung. Acara besar yang digelar setiap dua tahun sekali itu akhirnya ditutup oleh sebuah Malam Puncak. Malam Puncak ITB Fair digelar pada Minggu (07/02/10) di atas panggung di boulevard ITB.

Ragam penampilan mengisi Malam Puncak ITB Fair 2010. Penampilan tersebut berasal beberapa unit kegiatan dan grup vokal mahasiswa ITB. Acara juga diisi dengan pengumuman pemenang Community Development Competition (CDC), pemberian sambutan dari Menteri Pemuda dan Olahraga RI Andi Mallarangeng, pembacaan Deklarasi Konferensi Mahasiswa Indonesia, serta penampilan dari band Cokelat. Tarian yang dibawakan oleh Unit Kebudayaan Aceh (UKA) mengawali acara, dilanjutkan dengan penampilan dari Unit Kebudayaan Irian (UKIR), ITB Golden Voice, Maha Gotra Ganesha (MGG), dan OSD.

Setelahnya, diumumkan juara 1 sampai 3 Community Development Competition, serta tiga perguruan tinggi penerima honorable mention. Keluar sebagai juara pertama, kedua, dan ketiga, berturut-turut ialah Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, dan Institut Pertanian Bogor. Sedangkan penerima honorable mention ialah Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Gadjah Mada. Secara simbolis, penghargaan dan hadiah diserahkan oleh Bambang Triatmono, dari gerakan sosial Bakrie untuk Negeri.

 

 

Tanggapan Para Tokoh

Beberapa saat kemudian, Menteri Pemuda dan Olahraga RI Andi Mallarangeng, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Rektor ITB Prof. Dr. Akhmaloka, serta Presiden Kabinet Keluarga Mahasiswa ITB datang dan memberikan sambutan.

Pada sambutannya, Andi Mallarangeng menekankan pentingnya pengembangan industri kreatif. Seni, budaya, teknologi, dan sains, menurutnya, merupakan inti dari industri kreatif. ITB Fair, sebagai wadah pengembangan seni, budaya, teknologi, dan sains merupakan momentum yang sangat tepat. "Saat ini, industri kreatif telah menyumbang 8% pendapatan nasional," jelasnya. Menpora juga mengutarakan harapannya agar semakin banyak lulusan Perguruan Tinggi yang bersedia membangun pedesaan.

"Ketika sebuah negeri bangkit, kebangkitan itu pasti dimotori oleh kaum terpelajar dan mahasiswa," ungkap Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan dengan optimis. Namun, menurut Ahmad, ketika pendidikan di sebagian Jawa Barat ingar bingar, di saat yang sama, pendidikan di pelosok-pelosok masih tertinggal. Kewajiban mahasiswa ialah mengabdi dan mengembangkan kreativitasnya untuk membangun desa-desa tertinggal itu.

Gubernur Jawa Barat meminta mahasiswa untuk menyiapkan karya-karya, dan menyampaikan kesediaan pihaknya (Pemerintah Provinsi Jabar) untuk mendukung dengan dana. "Pastikan di setiap desa terdapat artefak karya mahasiswa," tambahnya.

Sementara itu, Rektor ITB Prof. Dr. Akhmaloka mengungkapkan bahwa 20 merupakan usia yang produktif, "Sejarah telah mencatat, bahwa banyak karya besar yang dimulai pada usia 20. Janganlah sia-siakan usia 20."

Setelah sambutan ketiga tokoh ini selesai diberikan, pembacaan Deklarasi Konferensi Mahasiswa pun dimulai. Diawali lagu Indonesia Raya, para mahasiswa berjanji akan mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, serta berperan aktif dalam pengabdian masyarakat, dalam semangat kemahasiswaan menuju kemandirian bangsa.

Acara dilanjutkan dengan penampilan oleh Fruit 'n Salad, pemenang Jingle Fair Competition ITB Fair, dan diakhiri dengan penampilan band nasional Cokelat.

ITB Fair bukanlah sekedar acara. ITB Fair adalah gerakan. Gerakan ini bertujuan menyadarkan mahasiswa Indonesia untuk terus bergerak, bersinergi, dan berkarya dalam bentuk community development, pengembangan inovasi, ataupun wadah yang memfasilitasi itu semua.

[Fathir Ramadhan]