Keren, Tim “Odading” Juara Inarisk Hackaton Fest 2021 BNPB Kategori Augmented Reality

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id—Nama Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali harum. Tiga Mahasiswa Teknik Geodesi dan Geomatika, yang tergabung dalam Tim Odading, berhasil meraih gelar juara satu dalam acara InaRISK Hackathon Fest 2021 pada Senin (5/7/2021).

Tim Odading mendapat penghargaan pada kategori digital solution untuk pembuatan augmented reality (AR). Tim ini terdiri atas Lukman Fadlansyah R., Teresa Amalia Purba, dan Zola Saputra. Ketiganya merupakan mahasiswa Teknik Geodesi angkatan 2018.

Tim Odading mengikuti InaRISK Hackathon Fest pada 25—28 Juni lalu. Semua bermula saat Zola mendapat kabar tentang lomba itu dari dosennya. Dia mendapat informasi bahwa topik lomba berkaitan dengan AR. Zola antusias mengikutinya karena punya pengalaman membuat AR bersama Lukman saat magang.

Saat itu, mereka mengerjakan AR dalam bentuk sederhana. Mereka lalu membentuk kembali Tim Odading bersama Teresa. Sebelumnya, tim ini pernah ikut lomba dan aktif dalam kegiatan kemahasiswaan.

Dalam acara InaRISK Hackathon Fest, Tim Odading menawarkan solusi digital yang disebut Augmented Reality for Tsunami Mitigation (AURIGA). Pembuatan AR untuk mitigasi tsunami ini berasal dari ide yang mereka dapat saat mengikuti lomba sebelumnya. Selain itu, Lukman dan Zola juga telah melakukan riset dan analisis awal mengenai topik ini saat magang. Mereka juga mendapat bantuan data tsunami di Pangandaran dari Dr.rer.nat. Wiwin Windupranata, S.T., M.Si. selaku dosen pembimbing.

Ilmu hidrografi yang mereka dapat membuat mereka semakin antusias untuk mengangkat ide ini. Mengenai programnya, mereka terinspirasi dari tugas akhir kakak tingkat mereka di Prodi Teknik Geodesi dan Geomatika.

AURIGA ini dapat menampilkan rute evakuasi, titik shelter, serta potensi bahaya tsunami ketika aplikasinya dioperasikan. “Konsep AR pada AURIGA ini mirip seperti game Pokemon Go yang ada animasi dan dunia nyatanya, tapi pada AURIGA ini bentuknya sederhana seperti garis untuk jalanan, panah penunjuk rute, dan kotak-kotak penunjuk bangunan,” jelas Zola saat diwawancarai pada Sabtu (10/07/2021).

Dalam proses pembuatan AURIGA, Tim Odading mengalami banyak kesulitan. Tere sapaan akrab Teresa mengakui, ilmu pemrograman mereka belum cukup advance ketika mengerjakan prototipe, sehingga membuat mereka kesulitan untuk menyusun flow chart serta algoritma AURIGA.

Oleh karena itu, mereka belajar dari teman-teman yang memiliki kapabilitas di bidang IT. Dalam prosesnya, banyak sekali eror pada programnya. “Pokoknya asal programnya udah bisa berjalan, Puji Tuhan banget, deh,” tutur Tere.

Ketiga mahasiswa berprestasi ini juga sempat pesimistis saat mengerjakan prototipe. Apalagi kompetitor pada lomba ini berasal dari mahasiswa S2 bahkan S3. Jadi, agar tidak merasa sia-sia, mereka memfokuskan usaha untuk membuat infografis agar tetap membawa gelar meski kalah di kategori AR.

Kendati begitu, saat pengumuman, mereka ternyata keluar sebagai pemenang. Tim Odading mengaku bahagia sekaligus terkejut dan bingung karena tidak pernah membayangkan bisa menang. Mereka juga khawatir hal ini akan meningkatkan ekspektasi dosen terhadap proyek mereka, terutama saat dikembangkan dan diintegrasikan pada aplikasi web InaRISK. Namun, mereka akan bersiap untuk menghadapinya.

Pada akhir obrolan, Tim Odading berpesan kepada mahasiswa lainnya, terkhusus mahasiswa Teknik Geodesi dan Geomatika, agar tetap tegar dalam segala situasi yang sulit. “Meski banyak hal menyulitkan segala macam, pasti ada jalan keluar,” kata Zola.

Di sisi lain, Lukman mengajak mahasiswa Teknik Geodesi dan Geomatika agar banyak mengeksplorasi hal di luar akademik saat berada dalam keadaan sulit seperti pandemi saat ini dan memperluas relasi dari teman berbagai jurusan. Sementara itu, seperti menegaskan dua pesan dari Zola dan Lukman, Tere berpesan, “If we never try, we will never know,” yang artinya ‘jika tidak mencoba kita tidak akan pernah tahu’.

Reporter: Kevin Agriva Ginting (Teknik Geodesi dan Geomatika 2020)