Keterkaitan Arsitektur dengan Manusia Dibahas 3 Dosen dari Berbagai Perguruan Tinggi di ITB

Oleh Chysara Rabani - Mahasiswa Teknik Pertambangan, 2022

Editor M. Naufal Hafizh

Talkshow “Human Centric Design for Better Humanity” ATRIA 2024 di Gedung Labtek IX B, ITB, Minggu (22/9/2024). (Dok. ATRIA 2024)

BANDUNG, itb.ac.id - Program Studi Arsitektur, Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar talkshow dengan tema “Human Centric Design for Better Humanity”, di Gedung Labtek IX B, ITB Kampus Ganesha, Minggu (22/9/2024). Talkshow ini merupakan rangkaian kegiatan ATRIA 2024.

Talkshow dimoderatori Ketua pelaksana ATRIA, Rr. Dian Asih Purwaningrum, Ph.D. Narasumber yang hadir merupakan dosen dari tiga perguruan tinggi berbeda, yakni Dosen Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Ir. Herman Wilianto, Ph.D., Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) Sahlan Mujtaba, S.S., M.Hum., dan Guru Besar Arsitektur Universitas Indonesia (UI) Prof. Paramita Atmodiwirjo, Ph.D.

Ir. Herman Wilianto, Ph.D. memaparkan topik mengenai pengaruh feng shui arsitektur terhadap mental, emosional, dan kesehatan manusia. Menurutnya, ruang merupakan ekstensi tubuh manusia. Terdapat beberapa aspek manusia yang dipetakan dalam ruang, di antaranya ekspresi, pengetahuan, kreativitas, serta kesehatan.

Beliau memaparkan bahwa ruang dan simbol di dalam rumah membentuk persepsi yang kemudian akan berpengaruh pada mental dan emosional. Penerapan feng shui yang tepat akan membantu energi dalam rumah mengalir dengan lancar. Energi positif yang berada di dalam rumah akan berdampak baik bagi kesehatan penghuninya.

“Tanpa perawatan terus-menerus, sejalan dengan waktu, kualitas bangunan dan lingkungan akan terdegradasi sehingga menimbulkan energi buruk. Contohnya cat yang mengelupas dan besi yang berkarat. Hal demikian juga akan berpengaruh pada kesejahteraan penghuninya yang ikut menurun,” ujarnya.

Di sisi lain, Sahlan Mujtaba, M.Hum., membagikan pengalamannya seputar keterlibatan manusia dalam teater. Teater yang dimaksud adalah Terap, yaitu teater ruang publik. Selama ini, teater yang kerap dipertontonkan merupakan teater representasional. Teater ruang publik merupakan suatu gagasan baru yang merombak batas antara aktor dengan penonton, teater dengan ritual sehari-sehari, juga ruang publik dengan ruang privat.

Salah satu teater ruang publik yang pernah dilangsungkan adalah “Indung Braga Berjaga”. Teater ini menggunakan pendekatan performatif untuk menginisiasi simulasi mitigasi penanggulangan bencana banjir berbasis pengetahuan warga. Di dalamnya, warga berperan sebagai aktor juga penonton. Teater ini diangkat sebagai upaya mengedukasi warga mengenai banjir yang melanda daerah Braga.

Beliau menyampaikan bahwa dalam teater ruang publik, terdapat simpati yang disampaikan secara langsung. Hal ini merepresentasikan keterhubungan antara ruang, manusia, serta realita. Teater model ini dibangun oleh elemen desain lokasi, sosial, juga budaya. “Terdapat banyak kesamaan antara arsitektur dengan teater ruang publik. Manusia menjadi fokus utama,” ujarnya.

Sementara itu, Prof. Paramita Atmodiwirjo, Ph.D. mengajak peserta memikirkan kembali hubungan antara manusia dan arsitektur. Beliau mengatakan bahwa arsitektur dapat memengaruhi manusia di berbagai aspek, seperti kesehatan, kebahagiaan, serta performa dalam menjalani keseharian. Selain itu, setiap ruang yang dibangun harus memberikan pengalaman yang berkesan bagi pengunjungnya.

Prof. Paramita menyebutkan bahwa manusia memiliki kemampuan yang luar biasa untuk beradaptasi, berubah, serta meningkatkan kemampuannya. Hal ini mendasari ruang yang dibangun harus tetap relevan di masa yang akan mendatang.

“Poin yang tak kalah penting yaitu menyadari bahwa bukan hanya manusia yang ada di dunia ini. Arsitektur tidak cukup jika hanya berfokus pada manusia, sudah saatnya arsitektur mengubah perspektif dari human-centric menjadi more than human,” katanya.

Talkshow ini menunjukkan bahwa human-centric architecture bukan menomorsatukan manusia, melainkan merupakan sebuah perspektif untuk melihat dampak kehadiran manusia bagi ruang. Banyak tantangan untuk mewujudkan gagasan ini, harapannya semakin banyak arsitek yang mendukung terciptanya ruang dan lingkungan yang baik bagi kesejahteraan manusia.

Reporter: Chysara Rabani (Teknik Pertambangan, 2022)


scan for download