Ketua Dewan Riset Indonesia Beri Kuliah di Jatinangor Mengenai Arah Perkembangan Riset Nasional

Oleh Abdiel Jeremi W

Editor Abdiel Jeremi W

BANDUNG, itb.ac.id - Ketua Dewan Riset Nasional, Dr. Bambang Setiabudi, berkunjung ke ITB Kampus Jatinangor pada Jumat (21/04/17). Pada kesempatan tersebut, Bambang memberikan kuliah tamu kepada mahasiswa Teknik dan Pengelolaan Sumber Daya Air (TPSDA) serta Rekayasa Pertanian. Kuliah tamu yang dilaksanakan di gedung GKU 1 itu bertujuan untuk menambah wawasan mahasiswa ITB mengenai arah perkembangan riset nasional dan beberapa hal mengenai lahan gambut di Indonesia.

Dua tajuk materi disampaikan oleh Bambang dalam kuliah tamu tersebut. Materi pertama berjudul "Arah Perkembangan Riset Nasional dalam Rangka Penguatan Riset Berbasis Inovasi di Perguruan Tinggi". Menurut Bambang, riset Indonesia masih sangat tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain. Salah satu masalah riset di Indonesia adalah anggaran yang kecil. Hal tersebut menyebabkan riset-riset yang dilakukan belum maksimal baik secara kualitas maupun kuantitas. Di sisi lain, riset-riset oleh sebuah negara memengaruhi daya saing negara tersebut. Imbasnya, daya saing Indonesia kalah dengan negara lain karena daya saing. Bambang memaparkan bahwa salah satu upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan riset Indonesia adalah pembenahan pendidikan. Selain itu, inovasi merupakan kunci utama dalam pengembangan riset yang berkelanjutan. Pendidikan yang baik ditambah dengan inovasi dan anggaran yang memadai akan menjadikan riset-riset di Indonesia berkembang lebih apik. Dengan demikian, daya saing Indonesia terhadap negara lain semakin tinggi.


Materi kedua berjudul “Tantangan Pengelolaan Sumber Daya Air di Lahan Gambut”. Gambut merupakan salah satu jenis tanah yang mengandung bahan organik melimpah. Lahan gambut di Indonesia berpotensi besar sebagai penampung air. “Sayangnya, pengelolaan lahan gambut masih belum dilakukan dengan baik. Sering terdengar di pemberitaan bahwa banyak ladang gambut yang terbakar. Gambut bersifat asam dan mudah terbakar karena mengandung banyak bahan organik. Kadar air yang rendah membuat kebakaran dapa lahan gambut mudah terjadi,” ujar Bambang. Untuk mengatasi masalah tersebut, Bambang dan tim bekerjasama dengan Jepang untuk dapat mengontrol kandungan air lahan gambut. Melalui web sesame.org, pengontrolan kadar air lahan gambut di beberapa wilayah Indonesia dilakukan. Dengan mengetahui kadar air di suatu lahan gambut, dapat dilakukan upaya tertentu untuk menghindari kebakaran.


Sumber gambar: dokumentasi penulis

Reporter: Alma Cantika Aristia (Rekayasa Pertanian 2014) 

ITB Journalist Apprentice 2017