Kisah Musholizaky Aflahal Mu’min, Mahasiswa Penerima Beasiswa KIP-K yang Raih IPK 3,99 di ITB

Oleh M. Naufal Hafizh

Editor M. Naufal Hafizh

BANDUNG, itb.ac.id - Musholizaky Aflahal Mu’min yang akrab disapa Zaky, mahasiswa Teknik Metalurgi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung (FTTM ITB) angkatan 2020 menyelesaikan sidang skripsinya dan dinyatakan lulus dengan IPK 3,99.

Zaky merupakan salah seorang mahasiswa yang mendapatkan beasiswa Kartu Indonesia Pintar-Kuliah (KIP-K). Zaky merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Ibunya adalah pedagang plastik Pasar Boyolali, Jawa Tengah. Dengan berbagai keterbatasan yang ada, Zaky membuktikan dapat meraih hasil yang baik dalam perkuliahan dengan semangat belajar tinggi.

Zaky percaya, ketika niat dalam belajar sudah teguh, akan selalu ada jalan untuk mencapainya. Salah satunya dengan beasiswa. Dia mengatakan, setiap manusia memiliki kesempatan yang sama. Tinggal, bagaimana manusia dapat mengoptimasi apa yang dimilikinya sejak dini.

Sejak SD, Zaky sudah termotivasi untuk berkuliah di ITB. Saat itu, ada salah seorang gurunya yang juga lulusan ITB memotivasi Zaky agar dapat berkuliah di ITB. Sejak SD hingga akhir SMA, Zaky meminati bidang astronomi. Namun, dengan berbagai pertimbangan, dirinya mendaftar kuliah di FTTM ITB dan diterima melalui jalur SNMPTN.

Setelah diterima, Zaky masih ragu memilih jurusan mana yang akan dijalaninya. “Namun, setelah adanya kegiatan kaderisasi wilayah dari FTTM dan terpengaruh IG Mas Imam (D.Sc.(Tech.) Imam Santoso, S.T., M.Phil.), akhirnya memutuskan untuk mengambil jurusan Teknik Metalurgi,” katanya, Senin (29/7/2024).

Zaky mengatakan, teman-teman hingga dosennya mambangun lingkungan pembelajaran yang mendukung untuk terus mengembangkan diri. “Kalau dari dosen saya sudah tidak meragukan lagi kualitas dari dosen ITB karena sudah sangat luar biasa. Tinggal sebisa mungkin kita di perkuliahan mendengarkan dengan maksimal,” katanya.

Di sisi lain, dirinya mengaku memiliki gaya belajar yang cocok dengan beberapa temannya. Hal itu membuatnya lebih efektif dalam belajar.

“Dari segi gaya belajar, saya memiliki kecocokan dengan beberapa teman. Tipe belajar saya harus sambil ‘mengajari’ ke orang lain. Kebetulan beberapa teman saya ada yang gaya belajarnya itu mendengarkan. Saling melengkapi. Saya bisa mengajarkan teman saya mengenai materi kuliah, dan saya juga mendapatkan timbal balik karena teman saya yang mendengarkan itu, dia mendengarkan lebih jeli penjelasan dosen dibandingkan saya. Jadi, saya juga bisa mendapatkan masukan,” ujarnya.

Terkait pembelajaran, Zaky mengatakan agar belajar dengan penuh cinta. Pertama, cinta kepada materi yang diberikan. Hal yang menentukan seseorang dapat belajar atau tidak suatu materi itu, menurutnya, tergantung dari respons kepada materi perkuliahan. “Kalau pun kita susah mempelajari materi tersebut, setidaknya kita harus cinta terlebih dahulu. Dengan cinta perlahan-lahan kita bisa memahami pelajaran,” ujarnya.

Kedua, cinta orang tua karena orang tua sudah memberikan dukungan dari berbagai segi, baik material, doa, dan sebagainya. “Jangan sampai jerih payah orang tua itu sia-sia karena kita kurang semangat dalam belajar sehingga kurang berprestasi,” ujarnya.

Ketiga, cinta terhadap dosen. “Dosen sudah mempersiapkan kuliah dengan sangat baik, mulai dari materi hingga menjelaskan di kelas. Kita sebagai mahasiswa selama perkuliahan harus mendengarkan dengan baik dan sebisa mungkin aktif di kelas,” tuturnya.

Selain mendapatkan prestasi di bidang akademik, Zaky pun aktif di bidang nonakademik. Dirinya tergabung dalam Ikatan Mahasiwa Metalurgi (IMMG) ITB. Di tahun terakhir perkuliahannya, Zaky diamanahi sebagai Kepala Depatermen Akademik. Selain itu, dia aktif di berbagai kegiatan lain seperti menjadi pantia di kegiatan International Process Metallurgy Conference (IPMC) dan beberapa kali memenangi perlombaan, salah satunya juara 2 Case Study Competition The 18th Metallurgy and Materials Week 2023 yang digelar MNMS UI.

Zaky berpesan agar selalu ingat kepada pengorbanan orang tua agar anak-anaknya sukses ketika lelah dalam belajar. “Bagi teman-teman, kalau ada rasa malas belajar atau maju ke depannya, mungkin kita bisa ingat atas jerih payah orang tua yang sudah bekerja yang sudah memfasilitasi kita dan pastinya sudah mendoakan untuk kesuksesan kita,” katanya.