KK Ilmu Keolahragaan SF ITB Gelar Tes Kebugaran Perdana

Oleh Vinskatania Agung A

Editor Vinskatania Agung A

BANDUNG, itb.ac.id - Produktivitas dan efektivitas kerja memiliki kaitan yang besar dengan kodisi tubuh yang prima. Mengutip ungkapan Latin, "mens sana in corpore sano" yang berarti "di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat", sudah seharusnya urusan kebugaran fisik menempati tempat teratas di skala prioritas. Di ITB, sebagian besar tenaga kerja yang merupakan dosen dan tenaga non-kependidikan rata-rata melakukan pekerjaan selama kurang lebih 40 jam setiap minggunya. Tantangan pekerjaan yang seringkali memunculkan tekanan, mengharuskan pergerakan cepat, serta memerlukan mobilitas tinggi dapat mengurangi kebugaran jasmani sehingga dapat memicu timbulnya berbagai macam penyakit. Terlebih lagi, untuk tenaga kerja yang tidak lagi muda, memelihara kebugaran menjadi suatu hal yang membutuhkan perhatian yang lebih intens.  

Beranjak dari hal tersebut, Kelompok Keahlian (KK) Ilmu Keolahragaan dari Program Studi Magister Sekolah Farmasi (SF) ITB melalui bantuan dari Program Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) memprakarsai digelarnya tes kebugaran untuk dosen dan tenaga non-kependidikan ITB. Sasaran utama dari tes ini adalah dosen dan tenaga pendidikan ITB yang berusia di atas 45 tahun. Kegiatan ini berlangsung selama dua minggu di Lapangan Saraga ITB dari tanggal 3-14 Agustus 2015.

Jalan Cepat sebagai Parameter Kebugaran

Ada berbagai cara untuk menguji tingkat kebugaran seseorang. Di tes kebugaran yang membidik orang paruh baya dan orang tua sebagai sasarannya ini, KK Ilmu Keolahragaan SF ITB menggunakan Tes Rock Port sebagai metodenya. Tes Rock Port merupakan tes yang mengukur daya tahan aerobik (VO2 max) seseorang. Pelaksanaan Tes Rock Port mengharuskan seseorang berjalan cepat sejauh 1600 m atau 4 kali putaran jalur lari. Berjalan merupakan metode yang sesuai untuk mengetes kebugaran orang di atas 45 tahun karena hal tersebut  merupakan aktivitas fisik yang tidak menimbulkan tekanan tinggi terhadap persendian.

Pelaksanaan tes diawali dengan menimbang berat badan peserta. Panitia akan mencatat waktu tempuh peserta serta mengukur denyut nadi setelah tes selesai. Data yang diperoleh akan langsung diolah dan hasilnya dapat segera diketahui oleh peserta. Peserta akan mendapatkan sertifikat hasil tes kebugaran yang mencantumkan nilai VO2 max dengan kategori kebugaran yaitu baik, cukup, kurang, atau buruk.Tindak lanjut berikutnya dari hasil tes yang diperoleh adalah saran treatment berupa aktivitas fisik. "Orang sakit diberi obat, namun orang yang kurang bugar harus diberi latihan yang proporsional agar kebugaran dapat meningkat. Apalagi di usia yang lebih dari 45 tahun," ujar Agung Rubianto, salah satu mahasiswa Magister Ilmu Keolahragaan yang juga bertindak sebagai koordinator lapangan. Lebih lanjut, peserta dapat juga berkonsultasi tentang kebugaran, kesehatan, dan program aktivitas fisik untuk meningkatkan kebugaran.

Terinspirasi dari Negara Maju

Ide dari kegiatan ini tercetus dari keinginan untuk dapat memfasilitasi ITB dalam memantau kebugaran dosen dan karyawannya . Pasalnya, kegiatan ini bukan merupakan kegiatan yang asing lagi bagi institusi-institusi di negara maju untuk dapat meningkatkan kinerja tenaga kerjanya . "Manusia punya segitiga yang berisi pikir, dzikir, dan fisik. Ketiganya harus seimbang agar produktivitas dapat dikatakan baik," ujar Wali kota Bandung, Ridwan Kamil yang juga turut mengikuti tes  di hari pertama pelaksanaan kegiatan. ITB pernah menyelenggarakan tes kesehatan untuk dosen dan karyawan, namun tes kebugaran sendiri merupakan yang pertama. Kegiatan ini melibatkan 9 mahasiswa dari KK Ilmu Keolahragaan SF ITB serta bekerja sama dengan mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebagai juri tes.

Agung berharap kegiatan ini dapat berjalan berkelanjutan dan terjadwal untuk mengupayakan peningkatan kesejahteraan, khususnya di sektor kesehatan dosen dan tenaga non-kependidikan ITB. Lebih jauh lagi, ia juga menginkan agar kegiatan ini dapat dinikmati masyarakat umum. Rencananya, KK Ilmu Keolahragaan SF ITB juga akan membangun pusat konsultasi kebugaran. Ini juga menjadi bukti eksistensi KK Ilmu Keolahragaan dan Program Studi Magister Ilmu Keolahragaan SF ITB di usianya yang baru menginjak tahun ketiga.

 

Â