Kolaborasi Keilmuan Rekayasa dan Seni dalam Perancangan Desain yang Lebih Baik

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id — ITB selalu berupaya menjembatani kolaborasi berbagai disiplin ilmu untuk menghasilkan inovasi-inovasi baru dalam berbagai bidang. Salah satu bentuk kerja sama multidisiplin yang sering dilakukan adalah kolaborasi antara keilmuan rekayasa teknik dan seni.

Hal tersebut kembali disorot dalam Dialog Seni dan Teknologi LPPM ITB yang bertajuk “Aesthetics and Biomechanics” pada Rabu (18/1/2023). Acara tersebut dihadiri langsung oleh Dekan Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB, Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara sebagai pembicara.

Pendekatan multidisiplin kolaboratif diperlukan dalam perancangan suatu desain produk yang efektif secara kinerja serta memenuhi aspek-aspek estetika. Dalam hal ini terdapat dua perspektif besar dalam penciptaan desain, yaitu perspektif teknik yang menjadi cikal bakal desain rekayasa serta perspektif seni yang kemudian menginspirasi lahirnya desain industri.

Tujuan penggunaan keduanya pun berbeda. Desain industri bertujuan untuk meningkatkan estetika dan kegunaan produk berdasarkan prinsip-prinsip seni dan produksi. Sedangkan desain rekayasa bertujuan untuk menciptakan produk definitif yang memenuhi spesifikasi teknis serta persyaratan pengguna.

Menurut Prof. Tata, antara suatu produk dengan produk lainnya memiliki penekanan yang berbeda pada kedua aspek desain tersebut. Hal itu bergantung pada fungsi serta tujuan desain produk itu sendiri. Ada produk yang lebih menekankan persyaratan tampilan namun kurang memperhatikan ketahanan fungsi, begitu pun sebaliknya.

“Tercapainya solusi (dalam desain) sebetulnya merupakan hasil kompromi berbagai disiplin yang melihat dari berbagai sudut pandang,” ujar Prof. Tatacipta.
Hasil nyata kompromi desain rekayasa dengan desain industri pada suatu produk yang dilakukan ITB adalah penciptaan lutut prostetik yang berhasil dipatenkan oleh Tim Biomekanika ITB pada tahun 2020.

Produk ini muncul sebagai respons atas kebutuhan lutut prostetik yang nyaman dan terjangkau untuk masyarakat dari kelas ekonomi menengah ke bawah. Oleh karena itu, Tim Biomekanika ITB melakukan penyempurnaan desain dari segi sambungan hingga rotator untuk menjamin kesempurnaan performa dan kenyamanan pengguna.

Reporter: Hanifa Juliana (Perencanaan Wilayah dan Kota)