Kolaborasi Multidisiplin untuk Kesuksesan Transformasi Kesehatan di Indonesia

Oleh M. Naufal Hafizh

Editor M. Naufal Hafizh


BANDUNG, itb.ac.id – Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, S.Si., CHFC., CLU., yang merupakan alumnus Program Studi Fisika Institut Teknologi Bandung (ITB) dan juga Ketua MWA ITB periode 2024-2029, mengatakan pentingnya kolaborasi multidisiplin ilmu untuk mencapai target kesehatan nasional lebih baik, yang sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045. Hal itu disampaikannya dalam “Kemenkes Goes to Campus” yang digelar Kementerian Kesehatan Republik Indonesia di Aula Barat ITB Kampus Ganesha, Rabu (10/7/2024).

Beliau membuka acara dengan menyampaikan keterkaitan antara sains dengan kesehatan, terutama dalam bidang Fisika yang didalami selama masa perkuliahannya. Fisika dan kesehatan mempunyai hubungan yang erat. Contoh peran Fisikawan dalam dunia kesehatan yakni penemuan-penemuan fisika seperti X-ray oleh Wilhelm Conrad Röntgen dan penggunaan radiasi dalam terapi kanker oleh Pierre Curie dan Madame Curie. Penemuan tersebut memberikan dampak besar dalam dunia kesehatan.

Beliau pun mengajak talenta muda untuk dapat bergabung dengan Kementerian Kesehatan yang menawarkan berbagai peluang untuk berkontribusi secara langsung dalam upaya peningkatan layanan kesehatan masyarakat di Indonesia.

Selain itu, dalam kegiatan ini hadir Dr. Bambang Widianto, M.A., Indri Rooslamiati M.Sc., Apt., dr. Gerhard Reinaldi Situmorang, SpU(K), Ph.D., dan dr. Gezy Weita Giwangkancana, Sp. An., yang berbagi pengalaman dalam mengembangkan teknologi kesehatan di Indonesia.

   

Dr. Bambang berbagi pengalamannya sebagai Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Tata Kelola Pemerintahan dan Reformasi Birokrasi. Beliau menekankan pentingnya transformasi kesehatan yang didukung oleh talenta-talenta terbaik bangsa. Menurutnya, banyak indikator kesehatan nasional yang masih tertinggal. Transformasi tersebut, katanya, memerlukan kolaborasi yang erat antara sektor kesehatan dan pendidikan tinggi untuk menghasilkan inovasi yang signifikan.

Indri Rooslamiati, M.Sc., Apt., Kepala Unit Pelayanan Kesehatan Kemenkes, menyampaikan program Biomedical Genome Science Initiative (BGSI) yang bertujuan menerapkan precision medicine di Indonesia. Program ini melibatkan kerja sama dengan berbagai rumah sakit dan institusi, termasuk ITB.

“Tadi disampaikan terkait dengan Clinical Research Center, itu juga terkait dengan BGSI, jadi penelitian. Nah, penelitian itu kan tidak hanya suatu dream (mimpi) bagi seorang researcher (peneliti), tapi yang penting adalah ketika kita bisa mengolah hasil penelitian menjadi sesuatu yang memang bisa berguna untuk masyarakat, bisa menjadi layanan, bisa menjadi terobosan,” ujarnya.

Di lain sisi, Dr. Gerhard Reinaldi Situmorang, SpU(K), Ph.D., sebagai Kepala Instalasi Eksekutif Terpadu RSCM Kencana, membahas pentingnya integrasi penelitian dan praktik klinis untuk membawa hasil penelitian kepada masyarakat luas. Beliau menggambarkan bagaimana penelitian di bidang kedokteran dapat diterapkan untuk memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat.

Terakhir, dr. Gezy Weita Giwangkancana, Sp. An., memberikan pandangannya mengenai nilai kerja di sektor kesehatan. Menurutnya, bekerja di rumah sakit atau lembaga kesehatan tidak hanya memberikan mendapatkan materi, tetapi juga kesempatan untuk memberikan dampak positif kepada orang banyak.

Acara ini merupakan langkah awal dalam memperkuat kolaborasi antara Kemenkes dan institusi pendidikan tinggi seperti ITB. Dengan mengedepankan pentingnya inovasi dan teknologi dalam dunia kesehatan, ITB berharap acara ini mampu mendorong generasi muda untuk berperan aktif dalam transformasi kesehatan di Indonesia, serta membangkitkan semangat baru dalam pengembangan kesehatan di tanah air, mendukung visi Indonesia Emas 2045.

Reporter: Iko Sutrisko Prakasa Lay (Matematika, 2021)