Kolaborasi Observatorium Bosscha dan Mahasiswa Astronomi ITB Dalam Observasi Gerhana Bulan Total

Oleh Adhitia Gesar Hanafi

Editor -

Bandung, itb.ac.id - Menyambut fenomena gerhana bulan total, Observatorium Bosscha dan Mahasiswa Astronomi ITB yang tergabung dalam HIMASTRON ITB (Himpunan Mahasiswa Astronomi) mengadakan observasi gerhana bulan terbuka di selasar Masjid Raya Bandung pada Sabtu malam pukul 18.00-20.00 WIB  (04/04/15). Kegiatan ini dikoordinatori oleh Evan Irawan Akbar dari Observatorium Bosscha dan Wendi Cahya Setiadi dari HIMASTRON ITB. Gerhana bulan total kali ini cukup istimewa karena merupakan gerhana bulan total dengan waktu puncak gerhana tersingkat, yaitu selama 5 menit dari pukul 18.57-19.02 WIB, serta merupakan gerhana bulan total terakhir yang bisa diamati di Indonesia tahun ini sebelum gerhana bulan total selanjutnya pada tahun 2018.

Menurut Wendi Cahya  Setiadi, kegiatan ini diselenggarakan karena mereka ingin mengadakan suatu acara observasi terbuka di pusat keramaian kota Bandung untuk memberi kesempatan pada masyarakat dalam mengikuti observasi secara langsung dan mengetahui isu-isu mengenai astronomi, sekaligus memanfaatkan ruang publik yang telah dibangun oleh pemerintah. Salah satu isu yang diangkat adalah isu polusi cahaya di Bandung yang sudah semakin parah."Kebanyakan masyarakat mengira, pengamatan langit harus dilakukan menggunakan teropong yang besar dan tempat yang bagus. Namun sebenarnya pengamatan bisa dilakukan di tempat-tempat lain, seperti di tengah kota, untuk objek tertentu seperti bulan," tutur Evan.

 

Fenomena Gerhana Bulan Total

Gerhana bulan total terjadi dikarenakan bulan berada pada bayangan bumi (umbra). Namun alih-alih menjadi gelap, masih ada cahaya matahari yang sampai ke bulan karena pembiasan oleh atmosfer bumi. Alhasil ketika terjadi gerhana, bulan akan berwarna merah. Warna merah ini menunjukan kualitas atmosfer bumi kita. Semakin banyak debu dan polusi maka warna bulan akan semakin gelap. Selain itu, bisa juga disebabkan adanya aktivitas vulkanik gunung berapi. 

Dalam satu tahun dapat terjadi dua kali gerhana bulan, namun jika dilihat dari Indonesia tidak semuanya merupakan gerhana total. Hal ini dikarenakan posisi bulan yang tidak selalu sejajar dengan posisi bumi dan matahari, sehingga ketika Indonesia tidak bisa melihat gerhana bulan total maka belahan bumi lainlah yang bisa melihatnya.

 

Tanggapan Masyarakat

Masyarakat Bandung yang berpartisipasi di acara Observasi Gerhana Bulan memberi tanggapan positif dengan adanya kegiatan ini. Selain karena bisa mendapatkan pengetahuan baru mengenai fenomena-fenomena alam, masyarakat juga dapat menggunakan teleskop secara langsung. Walaupun tidak dapat melihat gerhana bulan, masyarakat terlihat antusias dalam mengikuti kegiatan ini.

Untuk memfasilitasi masyarakat, pihak panitia telah menyediakan empat teleskop cermin dan empat teleskop lensa, namun hanya dua teleskop cermin dan satu telekop lensa yang dapat digunakan oleh masyarakat karena kondisi tempat yang kurang memadai. Masyarakat berharap para mahasiswa bisa lebih sering terjun langsung ke lapangan agar kegiatan seperti ini dapat dilakukan kembali. 

 

Oleh:

Mirza Annisa, Muhammad Adil Setiyanto Suhodo, Nur Huda Arif Indiarto 

ITB Journalist Apprentice 2015  

 


scan for download