Kolaborasi Tim Teknik Geofisika ITB Kuatkan Kapasitas Masyarakat Wakatobi dalam Mitigasi Bencana Gempa dan Tsunami

Oleh Rayhan Adri Fulvian - Teknik Geofisika, 2021

Editor M. Naufal Hafizh

Tim Teknik Geofisika ITB bersama UHO dan BRIN menggelar penguatan mitigasi bencana gempa dan tsunami di Desa Wapia-Pia, Senin (15/7/2024). (Dok. Tim Teknik Geofisika ITB)

WAKATOBI, itb.ac.id - Tim Teknik Geofisika Institut Teknologi Bandung (ITB) melaksanakan Program Pengabdian Masyarakat Bottom-Up ITB 2024 dengan judul “Pendampingan Penguatan Kapasitas Masyarakat untuk Mitigasi Gempa dan Tsunami” di Desa Wapia-Pia, Kecamatan Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara, Senin (15/7/2024). Kegiatan ini dipandu oleh Dr. Ir. Endra Gunawan, S.T., M.Sc., yang didampingi lima anggota tim, yaitu Lila Nurrohmah, Fauzi Makarim, Kharisma Dwi Anggraheni, Samuel Valentino, dan Feby Angriyani.

Kegiatan lapangan ini berlangsung tanggal 15 hingga 26 Juli 2024 yang berkolaborasi bersama Universitas Halu Oleo dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi risiko gempa dan tsunami.

Dr. Endra Gunawan menjelaskan bahwa mitigasi bencana memerlukan pemahaman yang mendalam tentang proses dan alur kegiatan yang harus dilakukan oleh masyarakat yang terdampak bencana. Dalam konteks mitigasi gempa dan tsunami, informasi penting yang perlu disampaikan kepada masyarakat adalah status kerentanan wilayah terhadap tsunami.

Alur evakuasi tsunami untuk siswa SDN 2 Waha, Wakatobi. (Dok. Tim Teknik Geofisika ITB)

“Pada dasarnya kegiatan mitigasi itu dilakukan oleh seseorang yang memahami proses, memahami suatu alur kegiatan untuk melakukan mitigasi terhadap masyarakat yang terdampak suatu bencana. Jika dalam hal konteks gempa dan tsunami, salah satu informasi utama adalah bahwa wilayah tersebut memiliki status atau kondisi yang rentan terhadap tsunami. Artinya, tidak semua pesisir rentan terhadap tsunami. Namun, ketika ada informasi bahwa wilayah tersebut rentan terhadap tsunami, maka ada proses lanjutan ketika masyarakat harus dibimbing untuk melakukan kegiatan evakuasi yang bermanfaat bagi mereka sendiri,” ujar Dr. Endra.

Beliau menambahkan pentingnya analisis informasi terkait tinggi tsunami dan lokasi evakuasi. “Informasi semua itu digabung dan dianalisis. Ketika sudah dijadikan sebuah kesimpulan yang baik, disampaikan kepada masyarakat, dan dilatihlah. Kita memiliki lebih dari 5.000 desa yang berpotensi terhadap bencana gempa dan tsunami. Oleh karena itu, ini adalah salah satu kegiatan, setidaknya bagi tempat wisata di Indonesia, khususnya di Wakatobi, untuk meningkatkan kapasitas masyarakat. Kami berharap kegiatan ini menjadi titik awal agar desa-desa lain di wilayah ini dapat melakukan hal serupa,” ujarnya.

Potret siswa SD yang mengikuti alur evakuasi tsunami. (Dok. Tim Teknik Geofisika ITB)

Namun, tidak semua aspek berjalan lancar. Fauzi Makarim, salah seorang anggota tim, mengungkapkan bahwa terdapat hambatan dalam pemasangan papan informasi tsunami. “Hambatannya di titik pemasangan papan informasi tsunami, setelah dipertimbangkan, ternyata tidak sesuai dengan titik yang sudah direncanakan. Oleh karena itu, masih perlu dilakukan pembuatan papan informasi baru sesuai titik yang dipasang,” katanya.

Kegiatan ini merupakan langkah awal yang diharapkan dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat Wapia-Pia dan sekitarnya dalam menghadapi ancaman bencana gempa dan tsunami, serta menjadi contoh bagi daerah lain untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana.

Reporter: Rayhan Adri Fulvian (Teknik Geofisika, 2021)


scan for download