Kombinasikan Instrumen Ramah Lingkungan dalam Perancangan Persemaian Balangeran, 3 Mahasiswa Rekayasa Kehutanan ITB Raih Juara 2 Technovate Paper Competition IEEE ITB 2024
Oleh Anggun Nindita
Editor Anggun Nindita
BANDUNG, itb.ac.id - Tiga mahasiswa yang tergabung dalam Tim Bio–Wana asal prodi Rekayasa Kehutanan Sekolah Ilmu Teknologi Hayati Program Rekayasa (SITH-R) Institut Teknologi Bandung berhasil meraih juara 2 dalam kompetisi Technovate Paper Competition pada Sabtu, (09/3/2024) lalu.
Acara ini merupakan salah satu ajang kompetisi dalam rangkaian acara The Sandbox IEEE 2024 yang diadakan oleh Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) ITB Student Branch dan mengangkat tema “Green Technology”. Adapun anggota dari tim Bio-Wana ini adalah Zahrah Faridathul Athifah, Haliza Qintar Ma’aya, dan Sang Ara Musthika.
Ketua Tim, Zahrah Faridathul Athifah menjelaskan bahwa Technovate Paper Competition merupakan ajang kompetisi yang berfokus pada pengembangan ide inovasi yang berkaitan dengan green technology.
Para peserta diberikan kebebasan untuk mengangkat suatu isu permasalahan yang terjadi di masyarakat berkaitan dengan subtema yang ada, yaitu: electrical vehicle, sustainable infrastructure, waste management, dan green packaging innovation for Tavi dan diharapkan mampu merumuskan solusi ramah lingkungan untuk mencapai target Net Zero Emission pada tahun 2060.
“Isu yang kami angkat adalah ancaman degradasi 5.7 juta hektar lahan gambut di Pulau Kalimantan akibat Pembangunan Ibu Kota Nusantara. Masalah ini kami pilih karena memiliki urgensi yang cukup tinggi mengingat lahan gambut di Kalimantan merupakan salah satu lahan gambut terluas di Indonesia," ujar Zarah.
"Jika dibiarkan, fenomena ini akan menyebabkan penurunan tinggi lapisan gambut, ketidakstabilan lahan, dan kebakaran hutan yang ironisnya akan menjadi sumber emisi karbon akibat dekomposisi bahan organik,” lanjutnya.
Menanggapi isu permasalahan ini, Zahrah dan tim mengusulkan bahwa solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan merancang Persemaian Balangeran sebagai sarana infrastruktur berkelanjutan untuk mendukung upaya restorasi lahan gambut di Ibu Kota Nusantara.
Ide yang mereka ajukan berfokus pada proses perancangan desain infrastruktur persemaian yang mampu menyuplai bibit berkualitas pada proses restorasi lahan dengan instrumen pendukung teknologi ramah lingkungan seperti polybag biodegradable dan penerapan Management Information System (MIS).
”Dalam merumuskan solusi ini, kami melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh perlakuan teknis di persemaian terhadap kualitas bibit hidup Shorea Balangeran dan mengestimasi keuntungan ekonominya. Menariknya, solusi yang kami buat diproyeksikan mampu memulihkan lahan gambut seluas 29.7 hektar dalam waktu 10 tahun dengan keuntungan ekonomi mencapai 8.8 miliar,” ungkap anggota lainnya, Sang Ara.
Kemudian Haliza mengungkapkan, bahwa tantangan yang mereka lalui dalam mencapai keberhasilan ini tidak mudah. Kesibukan akademik dan nonakademik yang lain sempat membuat mereka memikirkan untuk tidak melanjutkan proses perlombaan hingga akhir.
Alih-ali menyerah, Haliza dan tim akhirnya berusaha kembali fokus dengan menjadwalkan ulang seluruh kegiatan yang mereka punya dan berpegang teguh pada prinsip untuk berusaha memaksimal apa yang bisa dimaksimalkan dalam upaya menuntaskan perlombaan ini.
”Percaya dengan kekuatan diri dan tim adalah salah satu hal yang menjadi kunci utama dalam keberhasilan tim kami. Saat semuanya terlalu sibuk, kami berusaha untuk saling percaya dan terus berupaya untuk menyelesaikan apa yang belum. Selain itu, dengan berusaha sebaik mungkin selama kesempatan masih ada adalah upaya lain yang kami lakukan dalam proses lomba kali ini,” pungkas Haliza.
Reporter: Nur Rama Adamas (Teknik Sipil, 2020)