Komisi V DPRI RI Tinjau Progres Rehabilitasi Gedung PAU ITB
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Komisi V DPR RI melakukan kunjungan kerja spesifik dalam rangka peninjauan rehabilitasi gedung Pusat Antar Universitas (PAU) di Kampus ITB, Jumat (9/9/2022). Kunjungan tersebut dipimpin oleh Ketua Tim Komisi V DPR RI Ir. H. Anang Susanto, M.Si., beserta anggota komisi V DPR RI dan dihadiri oleh Direktur Prasarana Strategis Ditjen Cipta Karya, Essy Asiah, dan Wakil Rektor Bidang Keuangan, Perencanaan, dan Pengembangan ITB Ir. Muhamad Abduh, M.T., Ph.D.
Kunjungan diawali sambutan dan paparan progres rehabilitasi gedung PAU ITB. Dijelaskan oleh Direktur Prasarana Strategis Ditjen Cipta Karya, Essy Asiah, selain gedung PAU, rehabilitasi bangunan juga dilakukan di sekitar area Tunnel ITB (terowongan) dan Sunken Court ITB (berisi ruangan sekretariat UKM-UKM ITB). Progres rehabilitasi Tunnel dan Sunken Court ITB sudah mencapai 100%, sementara rehabilitasi gedung PAU sudah 71,59%.
"PAU ITB adalah kegiatan yang sudah kita rencanakan, memang ada permintaan khusus karena gedung ini sudah cukup lama sekali. Kegiatan pembangunannya dimulai tahun 2021 dan insyallah akan berakhir di 10 Desember 2022," ujarnya.
Gedung PAU ITB merupakan salah satu gedung pusat penelitian ITB yang mendukung program Tridarma Perguruan Tinggi. Rehabilitasi gedung PAU, dikatakan Direktur Prasarana Strategis, yaitu untuk memperbaiki fasilitas pendidikan, riset, dan pusat penelitian ITB.
Gedung PAU memiliki luas dasar bangunan eksisting sebesar 1476,435 meter persegi, memiliki 8 lantai, yang berlokasi di dalam kawasan Kampus ITB Jalan Ganesha, Bandung. Essy melanjutkan, selain merehabilitasi gedung PAU, pihaknya juga melakukan rehabilitasi Sunken Court ITB yang menjadi ruang terbuka untuk mahasiswa beraktivitas. Di lokasi ini terdapat 20 UKM mahasiswa.
Rehabilitasi Sunken Court ITB dimaksudkan untuk menunjang fasilitas kegiatan mahasiswa, meliputi ruang-ruang unit kemahasiswaan dan fasilitas pendukungnya. Luas dasar eksisting bangunan ini yaitu 3933,7 meter persegi.
Sementara itu, Rehabilitasi Tunnel ITB dilakukan pada sepanjang terowongan bawah tanah yang menghubungkan kampus ITB dengan Saraga dan Sabuga. Luas area dasar bangunan eksistingnya adalah 803,18 meter persegi. "Selain itu, di Tunnel kita juga merehab beberapa fasilitas ruangan atau gedung di Saraga agar setiap ruangan fungsional," ujarnya.
Ketua Tim Komisi V DPR RI Ir. H. Anang Susanto, M.Si., mengatakan, kunjungan kerja spesifik ini dilakukan dalam rangka menjalankan sebagian fungsi dan tugas dewan, khususnya yang berkaitan dengan fungsi anggaran dan fungsi pengawasan. "Pada kunjungan kerja spesifik ini, Komisi V DPR RI ingin meninjau secara langsung progres rehabilitasi gedung PAU di ITB dan menginventalisir mungkin ada kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya," ujarnya.
Dia mengatakan, rehabilitasi Gedung PAU yang menjadi salah satu pusat penelitian ini merupakan upaya dalam rangka meningkatkan kenyamanan aktivitas riset, penelitian, dan inovasi. "Kita semua percaya dengan sarana prasarana pendidikan yang layak dan nyaman dapat menjadi motor penggerak dalam menciptakan pendidikan tinggi yang berkualitas."
Dia berharap, pembangunan Gedung PAU ini bisa sesuai target yang telah ditetapkan, yaitu selesai pada Desember 2022. Komisi V DPR RI juga berharap, dengan keberadaan Gedung PAU ITB bisa menghasilkan kemajuan dalam riset dan inovasi yang bermanfaat untuk ilmu pengetahun dan masyarakat. "Kami sadar bahwa peran sumber daya manusia yang berpendidikan menjadi kunci utama dalam mendukung kemajuan bangsa di masa depan."
Wakil Rektor Bidang Keuangan, Perencanaan, dan Pengembangan ITB Ir. Muhamad Abduh, M.T., Ph.D., mengatakan, gedung PAU pertama kali didirikan sekitar tahun 1980. Saat itu, Indonesia sedang banyak mendirikan pusat-pusat di universitas, salah satunya di ITB. Gedung ini berfungsi sebagai tempat berkumpul peneliti-peneliti dari berbagai universitas untuk menggunakan suatu peralatan yang canggih.
"Ke depannya gedung ini juga akan menjadi tempat berkumpul pusat-pusat penelitian yang ada di ITB. Kami memiliki 34 pusat penelitian dengan 4 klaster terkait energi, kesehatan, pangan, kewilayahan, dan elektronika," ujarnya. Muhammad Abduh juga menambahkan, tempat ini pun akan menjadi sharing resources bagi universitas-universitas penggunaan berbagi alat dalam melakukan penelitian.
“Ini adalah bagian penting dari rencana induk pengembangan ITB yang diturunkan dalam renstra 5 tahunan di mana ITB ingin memperkuat pusat-pusat penelitiannnya. Kita juga ingin berkolaborasi dengan yang lain. Kita juga saat ini sedang mengembangkan Sains Tekno Park (STP),” pungkas Ir. M. Abduh.