Kontingen ITB Sabet Juara Kedua di International Geomapping Competition
Oleh Owen Nixon Jimawan
Editor Owen Nixon Jimawan
Persiapan Internal
Pemilihan untuk menjadi perwakilan kampus di ajang internasional bukanlah perkara mudah. Tentunya, acara Geomapping ini sendiri sudah banyak diminati kalangan internal mahasiswa ITB khususnya dari program studi Teknik Geologi. Untuk mempersiapkan tim yang terbaik, Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi (HMTG) "GEA" ITB melakukan rangkaian proses seleksi internal untuk menentukan tim yang nantinya akan mewakili "GEA" dan juga ITB. Dari hasil seleksi tersebut, terpilihlah tiga orang yang menjadi perwakilan ITB untuk Geomapping Competition ini, yaitu Muhammad Naufal (Teknik Geologi 2012), Ridho Pratama (Teknik Geologi 2013), dan Nur Qosim Ghozali (Teknik Geologi 2013). Setelah terpilihnya perwakilan, ketiganya kemudian melakukan latihan mandiri dengan bimbingan dosen dan juga bantuan dari teman-teman lainnya. Proses pelatihan tidaklah mudah, seleksi internal yang dilakukan secara individu mengakibatkan setiap individu harus menyesuaikan diri dan saling melengkapi satu sama lainnya dalam tim. Penyesuaian waktu pelatihan antaranggota dan juga waktu bimbingan dengan dosen menjadi salah satu kendala yang harus mereka hadapi selama mempersiapkan kompetisi ini.
Kerja Keras dan Usaha yang Membuahkan Hasil
Hari pertama kompetisi dimulai dengan pembukaan acara dan pembagian spot-spot tiap universitas di University Club Universitas Gadjah Mada. Setiap peserta nantinya akan melakukan pemetaan di daerah Kulon Progo, sekitar 50 km dari kota Yogyakarta dengan menginap di rumah warga selama tiga hari. Pemetaan tersebut dilakukan di hari kedua hingga keempat. Kompetisi pemetaan geologi ini berlangsung ketat dan diawali pengambilan data berupa pemetaan litologi dan pengukuran struktur-struktur yang ada. Disamping itu, tanggung jawab akan kebenaran data yang diambil juga harus diperhatikan oleh setiap tim. Dibutuhkan ketelitian dan kecermatan dalam melakukan observasi di lapangan dikarenakan adanya keterbatasan waktu dalam pengambilan data dan pembuatan peta geologi. Tim ITB pun melakukan pembagian kerja dalam pengambilan data untuk mengefisiensian waktu. Medan pemetaan yang harus dihadapi juga cukup berat, ada lintasan yang harus naik-turun bukit atau pegunungan dan semua itu harus ditempuh dengan berjalan kaki. Wilayah dari pengambilan data sendiri sebesar 2 km x 2 km. Selama kompetisi berlangsung, alat-alat telah disediakan oleh panitia dan tidak diperbolehkan menggunakan alat elektronik sendiri.
Setelah dilakukan pemetaan selama tiga hari, dilakukan pengolahan data serta persiapan pembuatan poster, laporan, dan presentasi di hari kelima. "Kami sempat minder dan ragu karena kami hanya sekali studi ke lapangan. Selain itu di pemetaan banyak juga orang yang hebat," ujar Ridho. Tim ITB pun tetap berusaha semaksimal mungkin supaya tidak mengecewakan teman-teman dan almamater yang telah memberikan dukungan. Masalah waktu sempat menjadi persoalan bagi tim ITB dikarenakan belum terbiasanya dengan sistem kompetisi yang ada, seperti pada pembuatan poster. Mereka pun sempat mendapat pengurangan poin akibat keterlambatan dalam pengumpulan poster. Namun hal itu tidak membuat Ridho dan timnya menyerah, pengurangan poin tersebut menjadikan tim ITB menjadi lebih termotivasi untuk berusaha lebih dengan menargetkan nilai terbaik di sesi presentasi.
Hari penentuan pun tiba, pada 6 Oktober 2016 di Graha Sabha Pramana (GSP) Universitas Gadjah Mada dilakukan pemaparan hasil observasi serta penentuan pemenang. Rasa pesimis masih mereka rasakan akibat pengurangan poin sebelumnya. Namun disamping itu, usaha maksimal dan kerja keras mengantarkan mereka memperoleh predikat juara kedua pada saat pengumuman kejuaraan. "Kita hanya punya waktu 4 tahun, namun yang terpenting adalah sejauh apa prestasi yang dapat kita berikan. Jangan pernah takut untuk mencoba dan memberikan sesuatu yang lebih," ujar Ridho.
Sumber Foto: Dokumen Panitia