Kowak ITB Bebas H5N1

Oleh

Editor

Akhirnya, kita dapat sedikit lega karena burung-burung kowak yang berada di kawasan ITB dinyatakan bebas H5N1. Pada hari Jumat, 17 Maret 2006, tim Kelompok Pengamat Burung (KPB) Nymphaea ITB dan Keluarga Mahasiswa Pecinta Alam (KMPA) ITB melakukan penangkapan burung kowak yang ada di dalam kampus ITB. Menurut Sigit (Matematika 2002) ITB, metoda yang digunakan untuk menangkap burung tersebut adalah ‘artificial climbing’. Mereka memanjat pohon tersebut sampai posisi sarang yang berada di ujung pohon Ficus benjamina (pohon beringin) yang berada di kawasan kampus ITB tersebut. Setelah sekitar 2 jam melakukan pemanjatan, akhirnya diperoleh beberapa ekor burung kowak yang remaja (Juvenil) dan sebuah telur kowak serta beberapa anakan burung kowak tersebut yang diperkirakan berumur sekitar 1-2 minggu. Pemanjatan tersebut juga memberikan sebuah sarang burung yang berukuran sekitar 50-70 cm. Burung-burung yang berhasil ditangkap tersebut kemudian diperiksa, mulai dari kandungan darah hingga usapan kloakanya, hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah burung tersebut mengandung flu burung atau tidak. Pemeriksaan ini dilakukan bersama Dinas Peternakan dan bantuan dari dosen SITH ITB, Dr. Lulu Lusianti Fitri, M.Sc. Pemeriksaan yang pertama kali dilakukan adalah pemeriksaan dari usapan kloaka yang menggunakan metoda ‘rapid test’. Metoda ini merupakan metoda yang menggunakan sejenis ‘kit’ yang dapat digunakan untuk mengetahui kandungan virus yang terdapat pada burung tersebut berdasarkan ‘sample’ feses (kotoran hasil sisa metabolisme) dari kloaka burung tersebut. Berdasarkan pemeriksaan dari 6 ekor burung tersebut, burung kowak di ITB dapat dinyatakan bebas virus influenza tipe A H5N1. Pemeriksaan sample yang hanya menggunakan 6 ekor burung tersebut dapat dinyatakan sah karena sifat burung tersebut yang berkoloni, sehingga apabila salah satu burung mengandung virus tersebut maka burung lainnya akan dapat terinfeksi. Pemeriksaan lain yang dilakukan adalah pemeriksaan ‘sample’ darah. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengatahui serologis darah burung tersebut. Meskipun burung tersebut sudah dapat dinyatakan bebas H5N1 berdasarkan rapid test, masih ada kemungkinan burung tersebut mengandung virus jenis lainnya, sehingga dibutuhkan pemeriksaan sample darah burung tersebut agar hasil yang diterima lebih komprehensif. Kegiatan penangkapan burung tersebut banyak membawa hasil yang menggembirakan. Berdasarkan sample makanan yang ditemukan serta usia burung yang berbeda, kita dapat mengetahu jenis makanan yang dimakan burung tersebut serta daerah-daerah yang kemungkinan memiliki jenis ikan tersebut dalam jumlah banyak. Untuk usia burung yang berbeda dan morfologi telur yang diambil, kita dapat menghasilkan bentuk anatomi perkembangan burung kowak tersebut mulai dari telur hingga burung dewasanya. Hal tersebut akan dapat memudahkan dan menambah pengetahuan kita dalam siklus hidup burung tersebut, sehingga kita dapat mengetahui usia optimal burung kowak tersebut untuk kawin (reproduksi) serta ukuran optimal mereka. Informasi-informasi tersebut akhirnya dapat digunakan untuk mengendalikan kemampuan reproduksi burung kowak tersebut. Berbagai informasi yang sudah diperoleh akan dapat digunakan kedepannya untuk menghasilkan suatu solusi baik agar kita, civitas academica ITB dapat hidup bersama dengan burung-burung liar yang tidak dikandangkan. Jangan jadikan kowak sebagai kambing hitam kasus flu burung, tetapi marilah kita secara bijaksana menghargai alam dan berusaha hidup bersamanya. Demi pengetahuan dan kehidupan berkelanjutan. Koordinator Penelitian Kowak KPB-ITB Joseph Adiguna Hutabarat 10602062