KSR PMI ITB: Aksi Donor Darah Sebagai Wujud Solidaritas Sosial
Oleh Shabrina Salsabila
Editor Shabrina Salsabila
Aksi donor darah berlangsung dari pukul 09.00 pagi hingga pukul 13.00 siang. Jangka waktu ini disesuaikan dengan prosedur kegitan donor darah sendiri yang membutuhkan darah dari pendonor yang belum banyak melakukan aktivitas. Selain itu, para calon pendonor juga diharuskan memenuhi beberapa persyaratan medis ketika akan mendonorkan darahnya. Yang meliputi tensi darah dan berat badan yang ideal, kecukupan waktu tidur, tidak dalam keadaan haid, tidak berpenyakit, dan tidak mengonsumsi obat minimal sejak sehari sebelumnya. Sesuai dengan kurangnya stok golongan darah A PMI cabang Bandung, maka donor darah kali ini lebih mementingkan pengambilan stok darah golongan A. Sementara para pendonor bergolongan darah O, untuk sementara tidak dapat mendonorkan darahnya akibat stoknya yang masih penuh.
"Ketika kita mendonorkan darah, kita tidak pernah tahu siapa yang akan menggunakannya. Disitulah letak solidaritas sosial, dimana kita peduli dan berkontribusi untuk seseorang tanpa mengenalnya terlebih dulu," ujar M. Luthfi (Teknik Perminyakan 2012) ketua KSR PMI ITB.
Aksi donor darah ini rencananya akan dilakukan secara rutin. dengan rentang waktu antara 1 hingga 3 bulan jarak antar pelaksanaannya, sesuai dengan jarak waktu umum untuk pendonoran darah. Dengan peningkatan kualitas penyajian acara dan publikasi yang lebih baik, Luthi berharap acara donor darah ini selanjutnya dapat mendapatkan antusiasme yang lebih sehingga mampu menghimpun lebih banyak kantong darah. Selain itu kerjasama dengan berbagai pihak terkait juga akan dijajaki. seperti dengan himpunan mahasiswa jurusan, dalam mewujudkan aksi donor darah yang lebih terintegrasi untuk mendapatkan output yang lebih baik.
Vakumnya KSR PMI ITB selama beberapa tahun mendorong Luthfi dan kawan kawan untuk kembali menunjukkan eksistensi organisasi ini. Yang diwujudkan salah satunya dengan pengadaan acara donor darah ini. Kedepannya ia berharap, agar peran unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang dipimpinnya dapat teraktualisasi dengan lebih nyata. Seperti pengadaan pelatihan medis, penyaluran relawan ke tempat bencana, hingga pembentukan komunitas donor darah sebagai gerakan penyadaran tentang pentingnya donor darah.
Oleh Imaduddin Abdurrahman