Kuliah Tamu MBA-ITB: Yongki Surya Susilo

Oleh

Editor

BANDUNG, itb.ac.id - Yongki Surya Susilo dari AC Nielsen Indonesia pada hari Sabtu, 14 Oktober, memberikan kuliah tamu tentang “Acquiring Market & Consumer Insights For Product Management”. ACNielsen adalah sebuah perusahaan multinasional yang bergerak di bidang riset marketing modern, kini setelah 83 tahun usianya semenjak didirikan pada tahun 1923 oleh Arthur C. Nielsen, Sr. di Amerika Serikat, ACNielsen telah berdiri di 109 negara. Di Indonesia, ACNielsen sendiri menjadi satu-satunya pemain di bidang industri riset marketing modern. Selama tiga jam kuliah tamunya, Yongki memberikan wawasan kepada para mahasiswa MBA Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB tentang tren dan data-data di pasar industri retail Indonesia, serta bagaimana merebut pasar dengan memperhatikan cara marketing di dalam toko. Yongki memulai kuliah tamunya dengan data tentang tren pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Lewat data yang ia kemukakan, ia membantah pendapat ekonom yang mengatakan bahwa tahun 2006 akan menjadi tahun yang berat bagi perekonomian di Indonesia. “Katanya Indonesia sedang krisis, tetapi kita lihat bahwa penjualan otomotif di Indonesia dari pertengahan tahun 2006 terus meningkat. Kondisi ekonomi Indonesia baik-baik saja, bahkan cenderung membaik.” Dalam data ACNielsen, untuk penduduk dari golongan menengah ke atas, Indonesia menempati posisi 10 teratas dalam hal confidence. “Masyarakat Indonesia dari golongan menengah ke atas sebagian besar optimis akan perbaikan kondisi ekonomi negara ini.” Tentang bisnis retail sendiri, Yongki mengatakan bahwa bisnis ini adalah bisnis yang cukup menjanjikan. “Warung-warung tradisional, toko-toko tradisional, kecuali di daerah pedesaan, kini sudah mulai ditinggalkan. Semua orang beralih ke minimarket atau hypermarket. Tetapi kalau Anda hendak membuka bisnis retail, langsung dirikan 500 toko, jangan satu atau dua toko, karena margin dari bisnis ini sebenarnya kecil.” Yongki pun memberikan contoh kasus riil kepada para mahasiswa MBA tentang pentingnya strategi penjualan di toko untuk merebut konsumen di bisnis retail. “Perusahaan boleh saja membelanjakan jumlah uang yang besar untuk iklan, namun itu kecil artinya saat konsumen memasuki toko, karena 2/3 keputusan konsumen untuk membeli barang justru terjadi di toko. Jadi berbagai strategi harus diterapkan oleh para produsen untuk memastikan bahwa ekspektasi yang dimiliki oleh konsumen ketika melihat iklan terpenuhi saat berada di toko. Selain memastikan produknya terdistribusi dengan baik, produsen juga harus memiliki tim yang memperhatikan bagaimana produk tersebut dipajang di toko, dsb.” Tentang anomali pengklasifikasian pasar berdasarkan segmen dan hasil penjualan produk sendiri, Yongki mengatakan bahwa demografi atau segmen berdasarkan kelas sosial seseorang tidak dapat dijadikan tolak ukur bagi produsen untuk mengambil keputusan tentang produknya akan dijual kepada segmen mana, tetapi sekarang gaya hiduplah yang menjadi penentu. “Sebagian besar pengunjung loyal toserba Griya justru datang dari golongan sosial atas, padahal Griya ditujukan untuk golongan sosial menengah ke bawah. Kelas sosial seseorang tidak menentukan gaya hidupnya.”