Kuliah Umum FMIPA ITB dan BPJS Kesehatan, Mengenal Lebih Dekat Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia
Oleh Anggun Nindita
Editor Anggun Nindita
BANDUNG, itb.ac.id - Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ITB bekerja sama dengan BPJS Kesehatan menyelenggarakan kuliah umum “Mengenal Lebih Dekat Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia”, secara bauran, melalui Zoom dan di BSC-A, Lantai 1, ITB Kampus Ganesha, Sabtu (9/12/2023).
Dekan FMIPA ITB, Prof. Ir. Wahyu Srigutomo, S.Si, M.Si, Ph.D., menyambut baik kesempatan yang diberikan Direktur Utama BPJS Kesehatan, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D., AAK, untuk berbagi pengetahuan terkait BPJS dalam pengelolaan dana kesehatan, penjaminan pelayanan kesehatan, manajemen klaim dari peserta, pemenuhan hak peserta BPJS, dan sebagainya.
Beliau mengatakan, FMIPA sebagai bagian dari ITB berkepentingan untuk bersama-sama tumbuh dari segi institusional dengan aspek kerja sama. Kepentingan terhadap analisis data diperlukan untuk pengembangan keilmuan, seperti analisis klaim peserta BPJS, atau masalah lainnya, serta hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan SDM BPJS. Kerja sama tersebut diharapkan saling memperkuat kedua belah pihak.
Dalam presentasinya, Direktur Utama BPJS Kesehatan, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc, Ph.D., AAK, menyampaikan informasi seputar BPJS. Beliau pun menyampaikan perbandingan angka harapan hidup dari sejumlah negara di Asia Tenggara dan Amerika Serikat. Angka harapan hidup Indonesia sendiri mencapai 73,8 tahun, hampir sama dengan Malaysia.
Pada data mortality, BPJS memiliki data eror hanya sebesar 0,0044 persen. Hal ini karena data kesehatan yang besar, bahkan dalam sehari transaksinya dapat lebih dari 1,4 juta. Data yang dihasilkan berupa data realtime dan dari seluruh Indonesia. Namun, hal tersebut jadi tantangan tersendiri bagi BPJS. “Masalahnya di BPJS satu, yang menganalisis kurang,” ujarnya.
BPJS memiliki dana amanat yang merupakan dana titipan yang dipercayakan oleh peserta sehingga tidak berorientasi profit. Dana yang dikelola BPJS merupakan dana titipan sehingga tanggung jawab BPJS tidak kepada kementerian namun langsung kepada presiden yang mewakili rakyat.
Upaya menyosialisasikan BPJS ini membuat orang yang paham tentang BPJS semakin meningkat sehingga tingkat kepercayaan naik. Jumlah peserta per 1 Desember 2023 mencapai lebih dari 266 juta jiwa. Pada tahun ini, BPJS harus mengeluarkan tambahan dana sebesar Rp 40 triliun untuk membayar rumah sakit. Hal ini karena banyak yang memakainya dan setelah dianalisis banyak dari pemakai tersebut merupakan orang-orang baru.
BPJS kesehatan mengelola Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) yaitu menjamin orang untuk akses kualitas layanan tanpa kesulitan keuangan. Layanan BPJS juga meningkat, tiga transformasi mutu pelayanannya yaitu mudah, cepat, dan setara. BPJS bekerja sama dengan berbagai layanan pembayaran dan mengembangkan teknologi baru. Sampai saat ini, BPJS sudah mendapat sejumlah apresiasi baik nasional maupun internasional.
“Sekarang di BPJS bikin semacam teknologi baru, misalnya tahu orang ini sudah minum obat atau belum. Hanya teknologi ini belum kita pakai, tapi teknologinya sudah ada,” ujarnya.
Melimpahnya data yang dimiliki BPJS serta tantangan kurangnya yang menganalisis data tersebut membuka peluang kerja sama. Data yang banyak menjadi peluang bagi ITB untuk mengolah, memodelkan, menganalisisnya sehingga lebih baik dan bisa memberikan masukan untuk BPJS. Bagi ITB sendiri, terutama FMIPA, dapat memanfaatkan data tersebut untuk membuat artikel berskala nasional maupun internasional.
Reporter: Gishelawati (Astronomi, 2019)
Editor: M. Naufal Hafizh