Kuliah Umum Prodi Astronomi-Himastron : My Ex-Planet Pluto
Oleh Muhammad Arif
Editor Muhammad Arif
Himpunan Mahasiswa Astronomi ITB (Himastron) dan Program Studi Astronomi FMIPA-ITB mengadakan Kuliah Umum bertajuk “My Ex-Planet : Pluto” pada hari Sabtu, 23 September 2006 di ruang seminar Campus Center Barat ITB. Acara ini merupakan kuliah umum kedua setelah “Penentuan Awal Ramadhan dengan Hilal” pada hari yang sama. Kuliah umum ini diadakan setelah kuliah umum pertama usai, atau tepatnya pukul 13.00 WIB. Pembicara yang memaparkan materi acara ialah Taufik Hidayat, dosen Astronomi ITB. Acara ini memberikan penjelasan mengenai kesepakatan para astronom mengenai status Pluto dalam tata surya kita.
Pluto ditemukan pertama kalinya oleh Clyde Tombaugh pada tahun 1930. Penemuan Pluto sebagai salah satu anggota planet dalam tata surya kita mendapatkan berbagai pendapat kontra. Pendapat kontra ini muncul seiring berkembangnya penelitian-penelitian dalam bidang astronomi. Perdebatan panjang mengenai ukuran Pluto yang kurang dari seperlima diameter Bumi dan orbit Pluto yang memotong orbit Neptunus semakin membawa kontroversi dalam dunia stronomi. Apalagi banyak astronom berpendapat bahwa semakin lama bentuk Pluto lebih menyerupai anggota asteroid Sabuk Kuiper yang terbentang di sekitar Neptunus.
Perdebatan ini akhirnya membawa para astronom untuk membuat Pertemuan International Astronomical Union di Praha pada bulan Agustus 2006. Hasil pertemuan ini diraih dengan jalan voting karena mengalami kesulitan pencapaian kata mufakat. Keputusan pertemuan ini antara lain, merumuskan definisi planet dan memasukkan Pluto dalam kategori Planet Kerdil (Dwarf Planet). Selain itu, definisi benda kecil tata surya juga dibuat dalam pertemuan ini.
Definisi planet menurut hasil pertemuan tersebut antara lain, benda langit yang memiliki massa yang cukup untuk menghasilkan gaya gravitasi sendiri, orbitnya mengelilingi matahari dan orbitnya tidak memotong orbit planet lainnya. Pluto memiliki orbit yang memotong orbit Neptunus sehingga dimasukkan ke dalam Planet Kerdil, dipisahkan dari kategori Planet Kebumian (Bumi, Merkurius, Mars) dan Planet Raksasa/Jovian (seperti Jupiter dan lainnya). “Dasar pemikiran keputusan ini adalah sains yang terus berkembang,” tutur Pak Taufik dalam penutupan acara.
Pluto ditemukan pertama kalinya oleh Clyde Tombaugh pada tahun 1930. Penemuan Pluto sebagai salah satu anggota planet dalam tata surya kita mendapatkan berbagai pendapat kontra. Pendapat kontra ini muncul seiring berkembangnya penelitian-penelitian dalam bidang astronomi. Perdebatan panjang mengenai ukuran Pluto yang kurang dari seperlima diameter Bumi dan orbit Pluto yang memotong orbit Neptunus semakin membawa kontroversi dalam dunia stronomi. Apalagi banyak astronom berpendapat bahwa semakin lama bentuk Pluto lebih menyerupai anggota asteroid Sabuk Kuiper yang terbentang di sekitar Neptunus.
Perdebatan ini akhirnya membawa para astronom untuk membuat Pertemuan International Astronomical Union di Praha pada bulan Agustus 2006. Hasil pertemuan ini diraih dengan jalan voting karena mengalami kesulitan pencapaian kata mufakat. Keputusan pertemuan ini antara lain, merumuskan definisi planet dan memasukkan Pluto dalam kategori Planet Kerdil (Dwarf Planet). Selain itu, definisi benda kecil tata surya juga dibuat dalam pertemuan ini.
Definisi planet menurut hasil pertemuan tersebut antara lain, benda langit yang memiliki massa yang cukup untuk menghasilkan gaya gravitasi sendiri, orbitnya mengelilingi matahari dan orbitnya tidak memotong orbit planet lainnya. Pluto memiliki orbit yang memotong orbit Neptunus sehingga dimasukkan ke dalam Planet Kerdil, dipisahkan dari kategori Planet Kebumian (Bumi, Merkurius, Mars) dan Planet Raksasa/Jovian (seperti Jupiter dan lainnya). “Dasar pemikiran keputusan ini adalah sains yang terus berkembang,” tutur Pak Taufik dalam penutupan acara.