Kunjungan Ditjen Dikti Kemendikbudristek ke STP ITB Gedebage: Dorong Hilirisasi Penelitian dan Pengembangan Sains serta Teknologi
Oleh Anggun Nindita
Editor Anggun Nindita
BANDUNG, itb.ac.id - Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Ditjen Dikti Kemendikbudristek) melakukan kunjungan ke Gedung Science Techno Park Institut Teknologi Bandung (STP ITB), yang berlokasi di kawasan kota terpadu Summarecon Gedebage, Bandung, Jawa Barat, Selasa (13/2/2024).
Turut hadir pada agenda ini, Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC, Ph.D., IPU, ASEAN.Eng., yang disambut oleh Wakil Rektor Bidang Keuangan, Perencanaan dan Pengembangan ITB, Prof. Ir. Muhamad Abduh, M.T., Ph.D.
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Abduh memberikan sambutan sekaligus mewakili Rektor ITB, Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D.
Kemudian dilanjutkan oleh paparan dari Guru Besar Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB, Prof. Dr. Ir. Surjamanto W., M.T. Sebagai informasi, STP ITB sendiri merupakan sebuah kawasan inovasi yang bertujuan untuk mendorong hilirisasi penelitian dan pengembangan dari ITB ke masyarakat.
"STP ini memiliki empat gedung. Total luas bangunan sekitar 50.000 persegi. Di dalamnya nanti ada sejumlah laboratorium serta bisa digunakan juga untuk commercial area," ujarnya.
Beliau menjelaskan dengan berbagai proses pematangan lahan dan konstruksi yang telah dilakukan, nantinya STP ITB akan menjadi gedung tertinggi di kawasan Gedebage, Bandung.
STP ITB pun diproyeksikan menjadi pusat inkubasi bisnis serta pengembangan teknologi terkemuka di Indonesia, yang juga mendukung komersialisasi inovasi dari ITB dan lembaga penelitian lainnya. "Tidak hanya sekadar bangunan saja, tapi STP ini menjadi sebuah ekosistem dan menjadi ujung tombak hilirisasi produk-produk inovasi yang dihasilkan oleh ITB," ungkapnya.
Dalam pengembangannya, ruang lingkup STP ITB terbagi menjadi empat cluster utama, antara lain transportasi, teknologi dan kesehatan, infrastruktur, serta disaster management. Tak hanya itu, STP ITB pun akan menjadi pusat inkubator bagi startup-startup binaan ITB, khususnya yang berfokus di bidang teknologi.
Sementara itu, Prof. Nizam merespons positif terhadap progres pelaksanaan pembangunan gedung STP ITB. "Pembangunan STP ini termasuk hal yang sangat penting untuk mempercepat proses hilirasi hasil penelitian dan pengembangan dari perguruan tinggi ke masyarakat hingga ke dunia industri," tuturnya.
Dia pun menjelaskan keberadaan STP ini bukan hanya sekadar bangunan, namun menekankan mengenai spirit dan tujuan di dalamnya. "Bahwa nantinya riset dan inovasi yang dilakukan bisa menuju ke hilir. Untuk sampai ke hilir, perlu ada penguatan di hulu. Agar kita juga memastikan apa yang menjadi kebutuhan agar dapat semakin bertumbuh dan berkelanjutan," ungkapnya.
Beliau juga mendukung perkembangan startup yang dinilai dapat memiliki prospek yang sangat baik jika memiliki inkubasi seperti STP ITB. Menurutnya STP juga dapat mempunyai potensi untuk menghasilkan startup unicorn atau bahkan decacorn di masa depan.
"Dengan adanya STP, akan semakin membangun ekosistem inovasi yang kondusif. Hal ini tentu perlu semakin dikembangkan secara utuh," pungkasnya.