Langkah Mitigasi Badai Geomagnetik: Menangkal Ancaman dan Menjaga Konektivitas
Oleh Anggun Nindita
Editor Anggun Nindita
JATINANGOR, itb.ac.id - Badan Metereologi dan Geofisika (BMKG) sempat mengumumkan bahwa Minggu-Senin (12-13/5/2024) terjadi pelontaran massa korona (Corona Mass Ejection-CME) dan mempengaruhi geomagnetik, sehingga terjadi badai geomagnetik.
Hal ini pun senada dengan unggahan dari Instagram @bosschaobservatory, beberapa waktu lalu, yang mengatakan bahwa bumi tengah diterjang badai geomagnetik. Dalam unggahan tersebut dijelaskan bahwa di balik peristiwa aurora yang indah terjadi belakangan ini, terdapat badai geomagnetik yang terjadi akibat lontaran-lontaran massa korona yang massif dari Matahari yang mengarah ke Bumi. Hal tersebut dikategorikan ke dalam kelas G4-G5 (Severe Extreme). Lantas, dampak apa yang akan terjadi?
Peneliti Fisika Bintang dari Observatorium Bosscha sekaligus alumnus S2 Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB), Agus Triono Puri Jatmiko, mengatakan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan berlebihan mengenai badai geomagnetik ini. Selama langkah mitigasi yang dilakukan tepat, dampaknya pun dapat terminimalisir.
Sebelumnya, Observatorium Bosscha, melakukan pengamatan rutin terhadap matahari. Kemudian menurut keterangan resmi Observatorium Bosscha, pada Sabtu (11/5/2024) terdapat sunspot region 3664 yang teramati dari teleskop pada kunjungan publik Observatorium Bosscha, yang pada saat itu ukurannya berkembang mencapai 17 kali diameter Bumi.
Pernah Terjadi di Swedia dan Afrika Selatan
Agus Triono menjelaskan peristiwa badai Matahari ini merupakan sebuah siklus 10-11 tahunan yang wajar terjadi, meskipun biasanya hanya terjadi di level lebih rendah, yakni G1 (Minor)-G3 (Strong). Pada tahun ini diprediksikan terjadi badai Matahari di level G4 (Severe)-G5 (Extreme).
Peristiwa di Swedia dan Afrika Selatan
Beliau mengatakan bahwa fenomena yang sama pernah terjadi pula di Swedia dan Afrika Selatan pada tahun 2003.
“Yang terjadi di Swedia waktu itu, pembangkit listriknya jebol, overcharge, ada pemadaman listrik kurang lebih 1 jam, sehingga sekitar 50.000 orang tidak bisa menggunakan listrik selama 1 jam itu," ujarnya.
Begitu pula di Afrika selatan, sempat ada pemadaman listrik dalam kurun waktu yang cukup lama, namun akhirnya dapat teratasi.
Dampak dan Mitigasi
Lalu, untuk badai geomagnetik sekarang, apa dampaknya? Apakah akan terjadi badai geomagnetik yang lebih dahsyat hingga menyebabkan seperti kiamat internet?
Badai geomagnetik dapat menyebabkan perubahan densitas atmosfer, terutama di lapisan ionosfer. Hal ini dapat mengganggu komunikasi radio dan satelit yang menggunakan frekuensi tinggi. Gangguan ini paling parah terjadi di wilayah lintang tinggi (dekat kutub), di mana partikel energi tinggi dari badai geomagnetik cenderung diarahkan ke kutub magnet Bumi. Hal tersebut menyebabkan wilayah tersebut lebih rentan terhadap gangguan geomagnetik.
Selain itu, geomagnetik yang sangat kuat juga dapat menghasilkan arus listrik di atmosfer yang cukup besar untuk mengganggu gerak orbit satelit buatan. Gangguan ini dapat menyebabkan satelit keluar dari orbitnya atau bahkan jatuh kembali ke Bumi.
Menurutnya yang paling terdampak adalah para pilot, astronot, hingga para binatang yang membutuhkan sistem navigasi. Namun selama langkah mitigasi yang dilakukan sudah tepat, kiranya dampaknya akan terminimalisir, dan kiamat internet bisa diperkecil kemungkinan terjadinya.
“Langkah mitigasinya itu bisa dianalogikan seperti saat terjadi hujan besar, biasanya kita akan mencabut kabel yang tersambung dengan saklar listrik, karena takutnya terjadi sambaran petir yang akan membuat barang elektronik kita korslet," ungkapnya.
Ini berarti saat terjadinya badai geomagnetik, infrastruktur vital seperti satelit, jaringan listrik, dan sistem komunikasi harus dilindungi. Satelit yang berhadapan langsung dengan badai mungkin perlu dimatikan sementara, dengan dukungan redundansi dari satelit lain sebagai cadangan.
Menurut Journal of Materials Chemistry C, selain cara tersebut, shielding juga sangat penting untuk dilakukan. Shielding bekerja dengan cara memblokir atau mengalihkan radiasi elektromagnetik dari infrastruktur vital. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan seperti logam, bahan ferromagnetik, hingga plastik konduktif.
Kemudian menurut Sahare dkk, shielding disebut amat penting guna melindungi sistem kritis seperti satelit, jaringan listrik, dan sistem komunikasi dari gangguan elektromagnetik, sehingga memastikan keandalan dan keamanannya selama badai geomagnetik terjadi?.
Dengan langkah mitigasi yang dilakukan diharapkan dampak badai geomagnetik ini dapat terminimalisir, sehingga masyarakat dapat menikmati pemandangan fenomena aurora yang indah.
Reporter: Ahza Asadel Hananda Putra (Teknik Pangan, 2021)