Last Lecture Profesor Ida I Dewa Gede Raka

Oleh habiburmuhaimin

Editor habiburmuhaimin

BANDUNG, itb.ac.id - Profesor Ida I Dewa Gede Raka telah memasuki masa purnabakti sebagai Guru Besar ITB per Agustus 2008. Jumat (28/11), pukul 14.00, Gede Raka menyampaikan lazt lecture dengan tema  "Pembangunan Karakter dan Pembangunan Bangsa: Menengok Kembali Peran Perguruan Tinggi" pada sidang terbuka Majelis Guru Besar ITB di Balai Pertemuan Ilmiah ITB. Acara tersebut dihadiri oleh civitas akademika ITB, diantaranya para guru besar, dosen, dan mahasiswa. Berlangsung selama dua jam lebih, acara ini terbagi menjadi dua sesi, yaitu sesi pemaparan Gede Raka dan tanggapan dari pengunjung yang hadir.
Profesor Gede Raka memilih topik "Pembangunan Karakter dan Pembangunan Bangsa: Menengok Kembali Peran Perguruan Tinggi" setelah terdorong oleh menguatnya kecemasan beliau akan kehilangan. Beliau mengungkapkan proses kehilangan di Indonesia, antara lain dengan semakin banyaknya hutan Indonesia yang hilang, semakin hilangnya tanah subur, kehilangan hak guna tanah untuk perkebunan, kehilangan kekayaan alam laut, kehilangan daya saing, kehilangan niat untuk mentaati hukum, kehilangan kecintaan terhadap kesenian dan busana tradisional, kehilangan kejujuran dan rasa malu, kehilangan rasa ke-Indonesiaan, dan kehilangan cita-cita bersama sebagai bangsa Indonesia. Di sisi lain, Gede Raka pun merasakan optimisme terhadap perubahan ke arah yang lebih baik. "Jadi, di balik hal-hal negatif yang terjadi di Indonesia, saya melihat ada hal-hal positif yang hidup di kalangan kelompok-kelompok masyarakat", ujar Gede Raka.

Selanjutnya, dipaparkan mengenai kebutuhan nyata, dulu , dan sekarang. Dalam hal ini, Gede Raka menjelaskan permasalahan lama yang tetap aktual, karakter dan kohesivitas bangsa sebagai kekuatan, serta karakter dan dunia kerja. Pembangunan karakter dan pembangunan bangsa merupakan permasalahan lama yang tetap aktual. Dunia pendidikan Indonesia, lanjutnya, cenderung dilihat hanya sebagai instrument untuk menyiapkan tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan aktivitas ekonomi.

Beberapa penyebab melemahnya karakter dan menurunnya kohesivitas masyarakat indonesia, menurut beliau, adalah bangga berhutang, pembangunan ekonomi yang terlalu bertumpu pada sumber daya alam, menikmati dapat uang tanpa kerja, dan hanya melihat permukaan. Ditambah lagi dengan hilangnya musuh bersama dan kaburnya cita-cita bersama serta terjadinya kesenjangan dan ketimpangan menjadikan semakin lemahnya karakter dan kohesivitas masyarakat Indonesia.

"Orang yang berkarakter" adalah orang yang mempunyai kualitas moral (tertentu) yang positif. Dengan demikian, pendidikan membangun karakter, secara implisit mengandung arti membangun sifat atau pola perilaku yang didasari atau berkaitan dengan dimensi moral yang positif atau yang baik, bukan yang negatif atau yang buruk. Gede Raka juga menggambarkan proses historis bangsa dan pembangunan bangsa. Dimulai dari sumpah pemuda yang mempercepat penyatuan budaya melalui bahasa Indonesia, kemudian proklamasi kemerdekaan yang mengantar bangsa Indonesia masuk ke dalam satu kesatuan legal/konstitusional dan kesatuan ideologi negara.

Selanjutnya, dibahas peran perguruan tinggi dan hal-hal yang perlu dilakukan dalam pembangunan karakter dan pembangunan bangsa. Hal yang perlu dilakukan, antara lain mencakup dalam mencermati perbedaan antara pendidikan dan pelatihan, melihat perguruan tinggi sebagai komunitas bukan sebagai pabrik, perilaku komunitas kampus yang dihela tata-nilai, lebih memperhatikan iklim dan proses pembelajaran, serta menggugah kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial.

Ketika kita menengok kembali posisi ITB, hasrat pembangunan karakter dan pembangunan bangsa secara formal dan eksplisit dinyatakan dalam visi ITB. Tantangan bagi ITB adalah melakukan ikhtiar nyata agar semangat dari cita-cita yang mulia tersebut merasuk dalam semua aspek kehidupan komunitas akademik ITB. Diperlukan juga sinergi yang lebih besar antara masyarakat kampus dan para alumni agar kontribusi keluarga besar ITB bagi kemajuan bangsa bisa ditingkatkan.

Dalam usaha meningkatkan peran perguruan tinggi dalam pembangunan karakter dan pembangunan bangsa, dapat dilihat sebagai upaya untuk menyalakan api idealisme di dunia pendidikan dan merupakan salah satu upaya untuk mendekatkan dunia pendidikan dengan kehidupan.

Pada sesi tanggapan mahasiswa, Iqbal Farabi, Menko I kabinet KM ITB, mengungkapkan sebagian mahasiswa merasakan kecemasan yang sama dengan yang dirasakan oleh Gede Raka dalam kurangnya interaksi antar elemen kampus. Mahasiswa yang dalam keadaan proses pencarian jati diri dihadapkan dengan jalan buntu ketika harus mencari solusi atas proses tersebut.