Lihat Potensi dari Sampah Plastik, Mahasiswa ITB Juara 3 DBS Young Economist Stand Up

Oleh Luh Komang Wijayanti Kusumastuti

Editor Luh Komang Wijayanti Kusumastuti

BANDUNG, itb.ac.id- Mahasiswa ITB kembali mengukirkan prestasi di panggung nasional. Kali ini adalah mahasiswa Teknik Lingkungan 2012, Akbar Syahid Rabbani yang mendapat peringkat ke-3 dalam kompetisi DBS Young Economist Stand Up 2015. Ide mengubah sampah plastik menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi yaitu bahan bakar minyak membuat Akbar berkesempatan untuk mempresentasikan ide tersebut di DBS Insight Conference pada Selasa (24/11/15) dan mentoring di Singapura pada Januari tahun depan.

Indonesia yang telah merencanakan peningkatan penggunaan energi baru terbarukan dianggap Akbar  perlu fokus dalam mengembangkannya. Berasal dari jurusan teknk lingkungan, Akbar melihat adanya permasalahan sekaligus potensi yaitu sampah plastik yang dapat dimanfaatkan menjadi sumber energi tersebut. "Saya membawa konsep konversi sampah plastik melalui reaktor pirolisis dengan instalasi terpusat," ungkap Akbar.


Kompetisi ini diawali dengan seleksi dari viedo-video mengenai bagaimana inovasi untuk meningkatkan perekonomian indonesia dengan potensi yang ada. Dari sekitar 300 video, terpilih 24 semifinalis yang diadakan di Jakarta. Setelah melalui pelatihan dan berbagai kunjungan, dipilih 11 orang untuk melaju ke final dan terpilihlah tiga orang pemenang dari Universita 11 Maret (UNS), President University dan ITB.  Uniknya, Akbar merupakan satu-satunya mahasiswa teknik yang lolos ke final, sedangkan peserta lainnya adalah mahasiswa ekonomi dan bisnis. Hal ini pula yang menjadikan keunikan idenya dibanding ide peserta lain dengan menggabungkan ekonomi dan teknik.


Kompetisi ini mengarahkan agar peserta melihat peluang dari kondisi perekonomian Indonesia sehingga muncul ide untuk menyelesaikannya ataupun memberikan pengaruh terhadap peningkatan perekonomian Indonesia. Akbar membawa empat permasalahan yang dihadapi Indonesia antara lain tidak stabilnya harga minyak dunia dan negara OPEC yang tetap tidak ingin menurunkan produksi minyaknya sehingga jumlah minyak di pasaran yang tinggi. Konsumsi energi di Indonesia termasuk besar dan terus meningkat, sedangkan produksi Indonesia terus menurun tiap tahun. Serta, Ia menemukan bahwa banyaknya sampah plastik di Indonesia yang tidak bisa dimanajemen dengan baik sehingga hanya menjadi buangan yang merusak lingkungan. Dari 8 juta ton plastik per tahun yang dihasilkan Indonesia, idealnya bisa meproduksi 8 milyar liter solar per tahun. "Dari konversi tersebut, keuntungan negara bisa mencapai 53,6 triliun dalam satu tahun. Jadi saya mengaitkan economist untuk Indonesia dan environment engineering yang saya punya," cerita Akbar. Keadaan tersebut diasumsikan Indonesia telah memiliki infrastruktur dan sistem pengolahannya.


Akbar menceritakan pengalamannya saat di Singapura bahwa  berbagai masukan yang memotivasi didapatkannya dari juri bahkan dari Menko Kemaritiman, Rizal Ramli. "Jadi Pak Rizal Ramli memuji sambutan pidato kami di awal acara, dan mengatakan akan merekrut juara tiga yaitu saya," ungkap Akbar merasa terapresiasi dengan pidato pembukaan oleh Rizal Ramli. Selain itu, secara sederhana Akbar ingin menyampaikan kepada orang banyak bahwa sampah bukan sesuatu yang begitu saja dibuang, tetapi sampah juga memiliki nilai ekonomis. "Selain itu juga khususnya untuk mahasiswa teknik harus melihat sisi perekonomian dari inovasi-inovasi yang dimilikinya agar memiliki nilai jual dan bermanfaat untuk negara," pesan Akbar.